Wujudkan Kampus Bebas Kekerasaan, Polines Gelar Seminar tentang PPKS

Wujudkan Kampus Bebas Kekerasaan, Polines Gelar Seminar tentang PPKS

Semarang, Ditjen Vokasi - Politeknik Negeri Semarang (Polines) terus berkomitmen untuk menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari kekerasaan. Salah satunya adalah dengan memperkuat wawasan civitas academica terkait kekerasan, khususnya kekerasaan seksual.

Guna mendukung penguatan wawasan terkait dengan kekerasaan tersebut, Polines melalui Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) menggelar seminar PPKS di Gedung Kuliah Terpadu Lantai 2 Polines, Selasa, 15 Oktober 2024. Seminar ini sekaligus untuk menyamakan persepsi di antara seluruh civitas academica Polines terkait dengan kekerasan, utama kekerasaan seksual yang terjadi di kampus.

Ketua Satgas PPKS Polines, Rara Ririn Budi Utaminingtyas, menuturkan bahwa di Polines sendiri, Satgas PPKS baru bertugas selama dua tahun. Kendati demikian, wawasan civitas academica di Polines terkait PPKS sendiri masih perlu ditingkatkan.

“Saya kadang-kadang sebagai ketua ditanya sebenarnya (Satgas PPKS itu) apa sih? Kalau tugasnya saja belum banyak yang tau, apalagi program-programnya,” kata dosen yang sering disapa Ririn tersebut.

Padahal, menurutnya, Satgas PPKS sudah berupaya melakukan sosialisasi baik secara fisik maupun melalui kegiatan-kegiatan yang ada. Ia menjelaskan, ketika jurusan atau pun organisasi mahasiswa di Polines menggelar acara, dengan senang hati dirinya mau menjadi narasumber terkait PPKS.

“Melalui X banner dan juga MMT juga sudah beberapa banyak di sudut-sudut kampus kami pasang,” sebutnya.

Ririn menuturkan, pengetahuan terkait PPKS ini perlu dipahami oleh seluruh civitas academica khususnya di Polines. Menurutnya akhir-akhir ini kasus kekerasan seksual meningkat terutama di perguruan tinggi.


“Berdasarkan survei dari Komnas Perempuan bahwa 88% kasus kekerasan itu berupa kekerasan seksual dan 27% terjadi di perguruan tinggi,” ujarnya.

Oleh karena itu, Satgas PPKS juga menurutnya sudah mulai menyosialisasikan terkait kekerasan seksual sedari mahasiswa baru masuk ke Polines. Dengan demikian, harapannya lingkungan kampus  yang aman dan bebas dari kekerasan seksual bisa terwujud.

Ririn berharap dengan adanya seminar yang digelar, pengetahuan dan wawasan terkait PPKS bisa menguat dan diterapkan oleh civitas academica Polines ke depannya. Ia juga mengimbau bagi siapa pun yang menjadi saksi atau korban kekerasan seksual agar tidak ragu ataupun takut untuk melaporkan kejadian tersebut.

“Silakan bisa dilaporkan kepada kami melalui kanal yang tersedia seperti hotline, Instagram, ataupun email satgas.ppks@polines.ac.id,” tandasnya. 

Sementara itu, Wakil Direktur Bidang Akademik, Samuel Beta Kuntardjo, juga mengingatkan bahwa seiring berjalannya waktu, berkembangnya teknologi menjadi salah satu pedang bermata dua. Selain bermanfaat, jika digunakan dengan negatif maka teknologi bisa menjadi senjata.

“Hal ini juga terkait dengan kasus kekerasan seksual yang bisa dilakukan tidak secara langsung, namun melalui media sosial. Contohnya juga adalah bullying,” tambahnya.

Oleh karena itu, Beta mengungkapkan wawasan civitas academica yang baik terhadap pencegahan dan penanganan kekerasan seksual sangatlah penting diketahui semua unsur yang ada di kampus. Dengan demikian, Polines bisa aman dan nyaman bagi siapa pun yang berada di dalamnya.

Dalam seminar yang diikuti oleh unsur mahasiswa, tenaga kependidikan, dan dosen tersebut, dihadirkan tiga narasumber, yakni Yayi Suryo Prabandari (Ketua Satgas PPKS di UGM), Ayu Hermawati (Direktur LBH APIK), dan Abimanyu (Psikolog UNIKA). Kegiatan ini mengusung tema “Mewujudkan Polines Kampus Merdeka dari Kekerasan Seksual”. (Polines/Nan/Cecep)