LKP Bina Putri Riau Lestarikan Pesona Batik Riau dengan Model Busana Kontemporer
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Bina Putri Riau turut mempertahankan pesona batik riau melalui inovasi busana. Dalam acara Expolight 2025, busana ala LKP Bina Putri Riau tampil memukau dan meraih penghargaan. Kegiatan Expolight 2025 merupakan inisiatif Ikatan Penata Busana Kartini Indonesia (IPBI) dan Lembaga Sertifikat Kompetensi (LSK) pada 21—23 Januari 2025 di Jakarta.
Dalam ajang tersebut, LKP Bina Putri Riau mempersembahkan “Jiwana Culture Series”, yang terinspirasi dari motif kain baik Riau dan diproduksi pembatik Tembilahan. Dari tema tersebut, terdapat 5 looks busana dengan gaya yang menarik.
Pemimpin LKP Bina Putri Riau, Dewi Rezki Yanti, mengungkapkan bahwa LKP yang bergerak di bidang tata busana tersebut mendorong pelestarian batik Riau. Hal ini termasuk melalui ajang kompetisi di acara Expolight 2025. Sebagai pendesain busana tersebut, Dewi memberikan sentuhan kontemporer sekaligus elegan. Koleksi busana tersebut pun terdapat perpaduan warna dongker, kuning, putih yang dapat diartikan dengan kepercayaan, kebahagiaan, dan kebersihan.
“Kami sangat bangga dengan pencapaian ini. Batik adalah identitas bangsa, termasuk batik khas Riau. Dengan tangan-tangan kreatif, kami berharap batik ini dapat dikenal lebih luas," ujar Dewi.
Koleksi busana ini meliputi batik Riau yang bermotif rumah Melayu dan kopra. Selain itu terdapat juga texmo, yang merupakan pemanfaatan perca yang sudah dihaluskan dan dilakukan quilting sehingga menjadi nilai tambah pada busana tersebut.
Dewi berhasil mencuri perhatian para juri dengan teknik dan kreativitas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bagaimana batik dapat diubah menjadi busana modern tanpa menghilangkan unsur-unsur tradisionalnya.
Sebagai informasi, kompetisi ini diikuti oleh 150 peserta Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan penguji tata busana dari seluruh provinsi di Indonesia, yang berfokus pada keterampilan dan inovasi dalam tata busana.
Mengembangkan Keterampilan Vokasi
Ajang ini pun menjadi momen dalam pengembangan keterampilan vokasi melalui kursus dan pelatihan. Berdasarkan penjelasan Dewi, ia pun dibantu oleh para alumni program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) untuk menambah kemahiran mereka dalam menjahit. Program PKK merupakan prioritas dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam mengembangkan potensi peserta didik kursus dan pelatihan dengan pelatihan vokasional.
Dewi menjelaskan, “Tentunya dalam menjahit busana saya tidak sendiri, saya dapat bantuan dari alumni PKK. Mereka bertanggung jawab dalam menjahit bagian balero, lubang kancing, makrame, dan finishing.”
Tak hanya untuk ajang kompetisi, LKP Bina Putri Riau pun memfasilitasi peserta didik untuk bisa membuat baju Melayu sibar kikik yang otentik. Dengan menyiapkan modul pelatihan pula, LKP Bina Putri Riau turut mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan menjahit yang cekatan sekaligus mempertahankan budaya lokal.
“Kami kombinasikan batik riau dengan teknik dan model lain, agar lebih modis dan peserta pun bisa belajar untuk lebih kreatif,” tutur Dewi. (Zia/Cecep)