Vokasifest Jadi Ajang Pembuktian Talenta Vokasi Siap Masuk Industri Animasi

Vokasifest Jadi Ajang Pembuktian Talenta Vokasi Siap Masuk Industri Animasi

Jakarta, Ditjen Vokasi - Vokasifest X Festival Kampus Merdeka 203 baru saja usai. Selain menyuguhkan berbagai keseruan, ajang ini sekaligus menjadi pembuktikan keseriusan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) dalam mendukung pengembangan industri animasi sebagai salah satu subsektor dari ekonomi kreatif di Indonesia. 


Setidaknya ada empat karya animasi dari satuan pendidikan vokasi, mulai dari sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi vokasi (PTV), hingga lembaga kursus dan pelatihan (LKP) yang diputar di panggung untuk menghibur para pengunjung Vokasifest X Festival Kampus Merdeka. Keempat film animasi tersebut adalah Si Warik (D-4 Animasi, Universitas Dian Nuswastoro/Udinus), Waka Kibo (SMK Raden Umar Said Kudus), Ficusia (Politeknik Negeri Batam), dan Si Ocip (LKP Cyber Media College).


Selain sempat ditayangkan dan menjadi agenda rangkaian Vokasifest X Festival Kampus Merdeka, stan animasi Si Warik bahkan sempat didatangi langsung oleh Presiden Joko Widodo sebelum memasuki teater utama di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. 


Presiden Joko Widodo juga sempat memberikan apresiasi terhadap animasi Si Warik yang tak lain merupakan hasil dari praktik baik program Matching Fund Vokasi 2022 tersebut.


“Saya tidak menyangka Bapak Presiden akan mengapresiasi karya kami. Pak Presiden bilang, “bagus-bagus” pas saya menjelaskan tentang Si Warik,” kata Muhamad Naviis Muzakki, salah satu mahasiswa Udinus yang bertugas menjaga stan pameran Udinus.


Secara umum, sebagai mahasiswa Prodi Animasi, Muhamad Naviis melihat film-film animasi yang tampil di Vokasifest X Festival Kampus Merdeka memiliki kualitas yang layak dengan produksi animasi-animasi sekelas industri. Misalnya adalah animasi Ficusia, yang berhasil masuk sebagai nominasi film animasi pendek terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2023. Sementara Waka Kibo, karya SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus akan dirilis secara komersial di salah satu televisi swasta. 

 

Potensial 

Sebagai bagian dari subsektor ekonomi kreatif, animasi memiliki potensi pasar yang cukup besar. Animasi tidak hanya mencakup industri perfilman saja, tetapi juga industri periklanan, bahkan hingga media sosial.


Berdasarkan riset Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI), dalam lima tahun terakhir, yakni kurun 2015—2019, industri animasi Indonesia telah tumbuh sebesar 153% dengan rata-rata kenaikan mencapai 26% per tahunnya. Jumlah studio animasi juga terus bertambah dan tersebar di 23 kota di seluruh dunia. Jumlah tersebut menunjukkan bukti ekosistem sektor industri kreatif berkembang pesat di Indonesia.


Produk-produk animasi studio-studi tersebut juga telah menembus lima negara, yakni Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, Kanada, dan Korea Selatan. 


Pertumbuhan industri animasi itu diperkirakan akan terus berkembang dengan meningkatnya permintaan produk animasi pada kanal-kanal over-the-top, seperti YouTube, Instagram, Netflix, Viu, dan Goplay. Industri ini juga akan diprediksi akan semakin berkembang di tengah permintaan iklan dan branding perusahaan menggunakan animasi.


Komitmen Kuat

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, mengatakan bahwa sebagai institusi yang berperan dalam menyiapkan talenta-talenta unggul termasuk di bidang animasi, Ditjen Pendidikan Vokasi berkomitmen kuat untuk mendukung pengembangan industri kreatif di Indonesia, salah satunya industri animasi.


Menurut Dirjen Kiki, saat ini ada lebih dari 3.329 dari 14.478 SMK di Indonesia yang menangani bidang industri kreatif dan hampir 339.279 siswa SMK yang  saat ini sedang belajar di bidang-bidang yang terkait dengan industri kreatif, salah satunya adalah bidang animasi. 


Menurut Dirjen Kiki, melalui skema teaching factory, saat ini banyak SMK ataupun politeknik di Indonesia yang memiliki fasilitas laboratorium sekelas rumah produksi yang digunakan untuk menyelesaikan proyek-proyek animasi bersama industri. 


“Mereka mengerjakan pesanan industri, bahkan ada pesanan dari industri luar negeri, seperti SMK RUS Kudus misalnya,” kata Dirjen Kiki. (Nan/Cecep)