SMK Satya Praja 2 Petarukan Ciptakan Mesin Pengolah Sampah Menjadi BBM

SMK Satya Praja 2 Petarukan Ciptakan Mesin Pengolah Sampah Menjadi BBM

Pemalang, Ditjen Vokasi – Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, inovasi menjadi kunci untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan yang ada. Salah satu permasalahan yang mendesak adalah pengolahan sampah.


Masalah sampah merupakan salah satu masalah yang banyak menyita perhatian karena jumlahnya selalu bertambah dan meninggalkan dampak buruk untuk lingkungan. Di tengah sibuknya dunia memikirkan masalah pengolahan sampah, kabar baik datang dari SMK Satya Praja 2 Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah. SMK ini menangkap permasalahan tersebut menjadi peluang untuk menciptakan solusi yang inovatif. 


Melalui Jurusan Teknik Mekanik Industri, SMK Satya Praja 2 Petarukan telah berhasil menciptakan mesin pengolah sampah menjadi bahan bakar minyak (BBM). Ini bukan hanya menciptakan solusi bagi persoalan sampah, tetapi juga memperlihatkan potensi besar dalam menghasilkan energi alternatif yang berkelanjutan.


Mesin pengolah sampah menjadi BBM yang dikembangkan oleh SMK Satya Praja 2 Petarukan ini adalah tonggak penting dalam upaya mengatasi permasalahan sampah di wilayah tersebut. Mesin ini memiliki kemampuan untuk mengubah sampah anorganik seperti plastik menjadi BBM yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.



Kepala SMK Satya Praja 2 Petarukan, Purwo Setya Witanto, menyampaikan bahwa SMK Satya Praja 2 Petarukan bekerja sama dengan Persatuan Alumni Jerman (PJA) membuat alat pengolah sampah untuk mengurangi sampah plastik di wilayah Pemalang khususnya. 


“Para alumni ini memberikan training kepada anak didik kami sehingga berhasil membuat mesin yang diharapkan nantikan bisa bermanfaat bagi semua,” ucap Witanto.


Secara umum cara kerja mesin ini yakni merubah plastik atau oli bekas menjadi hidrokarbon. Komponen mesinnya berupa reaktor, tower katalis, pemurni solar, penampung nafta, penampung bensin, dan bak sirkulasi pendingin. Mesin ini diklaim dapat menghasilkan 85—94% bahan bakar sejenis solar dengan kualitas euro 4 dan sisanya 6—15% berupa nafta dengan total kapasitas 500—1.000 liter per hari. 


Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemalang, Raharjo, berharap, mesin ini dapat menanggulangi persoalan sampah plastik di Kabupaten Pemalang dan memberikan alternatif bahan bakar yang ekonomis bagi masyarakat. 


“Pemda sangat mendukung kegiatan inovatif semacam ini. Yang penting konsisten dan berkelanjutan menciptakan inovasi-inovasi baru agar dapat berguna bagi masyarakat. Kita akan bantu agar semuanya legal, secara emisi, secara aturan. Kita akan lakukan pendampingan,” ucap Raharjo. (Aya/Cecep)