Praktisi Kehumasan Ingatkan Pentingnya Manajemen Krisis
Jakarta, Ditjen Vokasi - Mitigasi risiko dan perencanaan secara berkelanjutan menjadi salah satu kunci penting dalam mencegah terjadinya krisis komunikasi. Identifikasi dan analisis isu hingga aktivitas media monitoring pun diperlukan sebagai bagian dari manajemen krisis dalam sebuah organisasi atau instansi.
Media monitoring tidak hanya bertujuan untuk mengetahui exposure pemberitaan tentang instansi di media. Lebih dari itu, media monitoring dapat bermanfaat sebagai mitigasi isu/krisis. Melalui media monitoring, instansi dapat mengetahui perbincangan, gejala, atau “serangan” isu sebelum menyebar lebih luas.
Hal tersebut disampaikan oleh CEO dari perusahaan komunikasi, Center for Public Relations, Outreach, and Communication (CPROCOM) Emilia Bassar saat acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Kehumasan dan Keprotokolan Vokasi 2023 yang digelar oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, di Jakarta, Kamis (26-10-2023).
Menurut Emilia, yang sudah berkecimpung di dunia kehumasan sebagai praktifisi sekaligus dosen ini mengatakan bahwa pada dasarnya setiap isu selalu memiliki risiko untuk berkembang menjadi krisis. Terlebih jika insan humas di suatu instansi tersebut tidak “aware” terhadap isu-isu tersebut.
“Kita harus bisa “membaca” sebuah isu ini akan sampai ke mana? Apakah bisa sampai ke Menteri atau bahkan bisa sampai ke DPR,” kata Emilia.
Bagi Emilia, mencegah terjadi krisis akan jauh lebih baik, sementara melakukan media monitoring sesungguhnya menjadi bagian dari manajemen krisis yang bisa diaplikasikan oleh setiap organisasi/instansi, termasuk di lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.
Pada kegiatan Bimtek tersebut, Emilia juga meminta kepada para peserta yang merupakan unsur humas dari perguruan tinggi vokasi dan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi untuk melakukan identifikasi dan menganalisis isu yang ada di setiap instansi mereka. Untuk melakukan analisis isu, menurut Emilia, dapat dilakukan dengan menggunakan analisis PEST yang merupakan singkatan dari Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi.
“Sebuah isu jika tidak bisa kita identifikasi, kita kelola dapat berkembang menjadi krisis. Langkah pertamanya adalah dengan menganalisis isu itu sendiri, salah satunya dengan PEST analyze ini,” kata Emilia.
Analisis PEST, lanjut Emilia, akan memudahkan kerja humas dalam identifikasi isu yang dilakukan berdasarkan bidang tertentu, yakni politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Politik merupakan isu yang berkaitan dengan regulasi, kebijakan, dan tata kelola. Ekonomi menyangkut sumber pendanaan, kerja sama, hibah, kebijakan ekonomi, keuangan, dan insentif. Bidang sosial meliputi monitoring media, persepsi publik, atau percakapan di media sosial (medsos). Teknologi meliputi analisis melalui website, medsos, research development, hotline center, atau live chat box.
“Dengan kita melakukan analisis, kita bisa mengidentifikasi isu kita sehingga kita akan bisa lebih aware dengan potensi isu krisis kita sendiri,” Emilia menambahkan.
Sebelumnya, saat membuka acara Bimtek, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Saryadi, mengatakan bahwa selama ini masih belum banyak pelatihan bagi kehumasan yang dapat membantu humas dalam memproteksi potensi masalah yang dihadapi oleh politeknik maupun satuan pendidikan vokasi lainnya.
Oleh karena itu, pelaksanaan Bimtek ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai manajemen krisis yang dapat diaplikasikan untuk memproteksi munculnya krisis-krisis yang bisa saja dihadapi oleh politeknik maupun satuan kerja lainnya.
“Humas mendapat peran utama dalam penanganan saat terjadi krisis. Dengan bimtek ini diharapkan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya manajemen isu dan manajemen krisis,” ujar Saryadi. (Nan/Cecep)