Meningkatkan Kompetensi Guru, Lulusan Vokasi Lebih Siap Kerja
Depok, Ditjen Vokasi PKPLK - Pendidik vokasi memiliki peran penting dan strategis dalam menghadirkan pembelajaran yang inovatif sesuai tuntutan zaman. Program pelatihan dan penyelarasan yang berkelanjutan pun terus dilakukan untuk mewujudkan pendidikan vokasi yang selaras dan relevan dengan kebutuhan industri.
Peningkatan kompetensi para pendidik vokasi, baik guru sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun instruktur lembaga kursus dan pelatihan (LKP) salah satunya diupayakan melalui program Peningkatan dan Penyelarasan Kompetensi atau yang lebih dikenal sebagai Upskilling dan Reskilling.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Tatang Muttaqin, menyampaikan pentingnya program peningkatan dan penyelarasan keterampilan bagi para pendidik vokasi berbasis industri.
“Melalui program ini, diharapkan dapat semakin meningkatkan kompetensi profesional para pendidik vokasi, terkait teknis kejuruan sesuai bidang keahlian, yang terstandar, dan terbarukan sesuai kebutuhan dunia kerja. Selain itu, program ini juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta kemampuan dalam menjalin kemitraan dan penyelarasan dengan dunia kerja dari para alumni program ini,” kata Tatang saat sambutan dalam acara Peningkatan Kompetensi serta Panen Hasil Inovasi Guru SMK dan Instruktur LKP di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bidang Bisnis dan Pariwisata (Bispar), Selasa (22-4-2025).
Selama lima tahun terakhir, program Upskilling dan Reskilling telah membantu lebih dari 71.000 pendidik dan tenaga kependidikan vokasi untuk meningkatkan kompetensi mereka. Tahun ini Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK menargetkan 7.178 guru SMK dan instruktur LKP bisa mengikuti program Upskilling dan Reskilling Berstandar Industri yang dilakukan di tujuh Balai Besar/Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BB/BPPMPV).
Banyak Peminat
Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan, Perikanan, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPPMPV KPTK) Gowa, Sulawesi Selatan menjadi salah satu pelaksana program Upskilling dan Reskilling. Di balai ini, program Upskilling dan Reskilling menyasar guru SMK di tiga bidang keahlian, yakni kelautan, perikanan, serta teknologi informasi dan komunikasi yang ada di seluruh Indonesia.
Pengembang Teknologi Pembelajaran sekaligus penanggung jawab program Upskiling dan Reskilling BPPMPV KPTK, Yopi Sopian, mengatakan bahwa tahun lalu BPPMPV KPTK telah melatih 1.026 pendidik vokasi. Jumlah tersebut sedikit lebih banyak dari target awal yang ditetapkan, yakni 1.000 guru SMK.
“Setiap tahunnya kami ada Renstra untuk target pelatihan Upskilling dan Reskilling guru dan biasanya selalu melampaui target,” kata Yopi di BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata.
Di BPPMPV KPTK, program ini sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2020 lalu. Setiap tahunnya, jumlah peminat atau guru SMK yang mendaftar program ini terbilang cukup besar. Terlebih, bidang keahlian yang diajarkan merupakan salah satu yang terbanyak.
“Guru bidang TIK itu kan termasuk dalam tiga besar guru SMK terbanyak di Indonesia sehingga memang peminatnya selalu banyak,” tambah Yopi.
Tahun lalu BPPMPV KPTK membuka 50 kelas pelatihan. Setiap kelas diisi oleh 24 guru agar pelatihan yang dilakukan efektif. Pelaksanaan Upskilling dan Reskilling dilakukan secara daring dan luring dalam tiga tahapan. Pertama, para guru akan mengikuti pelatihan secara daring yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan secara luring di balai. Setelah itu para peserta akan mengikuti program magang yang dilakukan di industri mitra.
"Sebelum para guru mengikuti magang di industri, para peserta mengikuti uji kompetensi selama dua hari dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Setelah magang mereka akan melakukan magang langsung di industri," kata Yopi.
Di akhir pelatihan, para guru dibekali dengan materi Rencana Tindak Lanjut (RTL), di mana guru diwajibkan untuk membuat produk atau inovasi pembelajaran yang bisa berdampak kepada peserta didik.
Berdampak
Etik Sukmawati, Wakil Kepala Sekolah Bidang Pengembangan Mutu, SMKN 1 Cikalongkulon, Cianjur, Jawa Barat menjadi salah satu guru yang merasakan manfaat program Upskilling dan Reskilling. Melalui program ini, Etik berhasil mengembangkan inovasi pembelajaran berupa Journal OPPA yang dikembangkan bersama dengan BBPPMPV Pertanian di Cianjur, Jawa Barat.
“Journal ini menjadi inovasi pembelajaran yang kami kembangkan bersama-sama dengan BBPPMPV Cianjur dan menjadi praktik baik dari program Upskilling dan Reskilling,” kata Etik.
Journal OPPA menjadi media pembelajaran yang inovatif, khususnya bagi para siswa Jurusan Peternakan. Dengan Journal OPPA, peserta didik diajarkan untuk mengikuti setiap sesi pembelajaran berbasis teaching factory peternakan unggas dari hulu hingga hilir.
“Setiap tahapan pelajaran juga bisa kami ketahui hasilnya dan peserta didik bisa melakukan refleksi kompetensi apa yang masih kurang,” kata Etik.
Di sekolah Etik, tidak hanya ia yang mengikuti Upskilling dan Reskilling. Beberapa rekan guru lain juga juga telah mengikuti program serupa.
“Banyak yang sudah ikut karena memang dampaknya sangat terasa untuk meningkatkan kompetensi guru. Tapi tidak semua ikut Upskilling dan Reskilling di BBPPMPV Pertanian, Cianjur karena disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang diajarkan oleh guru," kata Etik.
Bagi Etik, kesempatan mengikuti program ini menjadi ajang meng-upgrade kompetensi, sekaligus belajar kompetensi baru untuk mendukung kompetensi keahlian yang sudah dimiliki. Selain itu, melalui magang, program Upskilling dan Reskilling ini juga memberikan kesempatan untuk menyelaraskan kompetensi mereka dengan industri.
Neng Lovi Rezaintania, salah satu siswa SMKN 1 Cikalongkulon, merasakan keberadaan Jurnal OPPA yang memudahkan dirinya dalam belajar. Keberadaan Jurnal OPPA membantunya dalam mencatat kegiatan yang ia lakukan selama Pemeliharaan Ayam Pedaging di Teaching Farm.
“Saya bisa menyampaikan apa yg saya sudah pahami dan apa yang saya masih belum pahami sehingga bisa dijelaskan oleh guru saya esok harinya. Saya merasa enjoy dengan pembelajaran berbasis teaching factory karena saya bisa fokus dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan dalam memelihara ayam pedaging,” ujar Neng Lovi. (Nan/Dani)