Polije Ciptakan Penyemprot Hama Tenaga Surya
Jember, Ditjen Vokasi - Pemanfaatan energi surya sebagai energi alternatif terus meningkat, mulai dari skala kecil hingga besar, seperti untuk sumber energi cadangan pada rambu-rambu lalu lintas, kendaraan, dan bidang pertanian. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Jovanca Alvareza Arya Pratama, mahasiswa Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Jember (Polije), yang mengembangkan alat penyemprot atau sprayer hama tanaman tenaga surya.
Selain menggunakan tenaga surya, inovasi ini juga unik karena menggunakan bahan-bahan limbah, seperti accu atau aki sepeda motor, tangki semprot model pompa bekas, serta besi bekas sebagai penopang tangki semprot. Alat semprot ini juga relatif jauh lebih efisien.
"Selama ini untuk mengatasi serangan hama, para petani menggunakan insektisida dengan alat penyemprot tanaman. Alat yang digunakan petani pada umumnya masih manual sprayer yang kurang efektif dan efisien," kata Jovanca.
Alat penyemprot atau sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan, atau suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tumbuhan.
Menurut Jovanca, panel surya yang ia kembangkan dalam perangkat penyemprot hamanya tersebut berfungi untuk menangkap sinar matahari, yang kemudian disimpan di dalam aki yang digunakan sebagai energi listrik untuk menggerakkan pompa sebagai penggerak penyemprotan. “Penyemprotan menggunakan solar cell ini bisa dipakai hingga 3 jam,” katanya.
Masih menurut Jovanca, berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, solar cell pada alat penyemprot hama tenaga surya memiliki nilai persentase efisiensi sebesar 8,240%. Debit air yang dikeluarkan tangki penyemprotan melalui nozzle didapatkan hasil rata-rata debit 0,0341 L/s.
Sementara itu, Mahsus Nurmanto, Kepala Unit Humas dan Protokol Polije, mengatakan bahwa alat penyemprot hama tenaga surya ini
berdampak pada efisiensi biaya produksi. “Karena sekarang tenaga kerja harian lebih mahal, apabila proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat semprot tenaga surya tersebut maka biaya produksinya lebih murah,” kata Mahsus.
Mengingat inovasi teknologi ini cukup sederhana, diharapkan alat tersebut dapat diproduksi sendiri oleh masyarakat. Terlebih, alat dan bahan yang digunakan cukup mudah didapat dan harganya juga terjangkau. “Mahasiswa Polije siap memberikan edukasi dan pelatihan ringan agar para petani mampu berkreasi dan berdaya serta mampu membuat sendiri,” tambah Mahsus. (Diksi/Nan/AP/NA)