Musa: Dari Penjahit Biasa, Kini Menjadi Pengusaha Tata Busana Karena Kursus
Cerita perubahan alumni kursus seperti tidak pernah terputus. Kali ini di tanah Minang, Musa, pemuda 21 tahun pada saat itu memulai hidupnya dengan kursus di tahun 2013 secara gratis. Siapa yang sangka, tekad, kerja keras, dan semangatnya untuk berjuang berhasil menjadikannya pengusaha di bidang tata busana.
Jauh sebelum mengikuti kursus, Musa hanyalah seorang penjahit biasa lulusan SMA yang ikut di toko jahit orang lain. Ia pun tidak mendapatkan gaji yang tetap. Bahkan, ia pernah tidak mendapatkan gaji sama sekali. Pemuda asal Palembang itu hidup di perantauan sendirian dengan uang seadanya. Ia pun pernah puasa selama satu tahun untuk mengurangi biaya hidup. Namun, ketika ia memulai langkah sederhana dengan mengikuti kursus, kehidupannya mulai berubah.
Musa menerangkan masa-masa pahitnya, “Sebelum ikut kursus, hidup saya penuh perjuangan untuk bertahan hidup. Lalu, saya tidak sengaja mengikuti kursus gratis LKP Muslimah Group Solok karena diberikan jalan oleh Pemda dan LKP juga.”
Dengan melaksanakan kursus 30 hari, ia mempelajari lebih dalam tentang jahit dan bordir. Sebelumnya, Musa memang sudah memiliki kemampuan dasar menjahit, ia pun jadi salah satu siswa unggulan di LKP tersebut. Setelah program kursus selesai, ia melaksanakan magang dan bekerja di industri kecil menengah (IKM) Muslimah Group Solok sampai tahun 2015. Namun, karena tidak mau terus-terusan bekerja di tempat orang, ia pun memutuskan untuk membuka usaha mandiri pada tahun 2016.
Pada usia yang masih tergolong muda, Musa membuka usaha Penjahit Syafa’at di Jambi, kota tempat pujaan hatinya tinggal. Ia memutuskan untuk menikah dan membuka usaha jahit di Jambi. Awal membuka usaha memang agak kesulitan bagi Musa karena klien yang sudah ia kenal berada di Solok dan Padang. Maka dari itu, ia memulai langkah baru usahanya dengan pelanggan pertama adalah saudara dan tetangganya sendiri.
“Awalnya saya serba sendiri, tapi sekarang saya sudah punya karyawan tiga orang,” tutur Musa ketika ia bercerita tentang awal membuka usaha.
Ia juga mengatakan bahwa modalnya hanyalah satu mesin jahit bekas dan satu mesin obras. Namun, kini, ia sudah menambah fasilitas tokonya dengan tiga mesin jahit modern, tiga mesin obras, dan satu mesin khusus lubang kancing.
Dari hasil kerja kerasnya tersebut, Musa berhasil meraih pendapatan tertinggi sebesar Rp25 juta jika mendapat orderan borongan. Sementara itu, jika orderan normal ia mendapatkan omzet Rp3 juta - Rp10 juta.
Sejauh ini ia sudah memiliki beberapa pelanggan, yaitu tiga pesantren modern di Jambi yang tiap tahun membuat seragam. Menurutnya ia akan kebanjiran order jika tahun ajaran baru dan sebelum hari raya.
Dengan memiliki kemampuan mekanik, ia pun merambah usaha ke dunia mesin jahit. Ia mempunyai toko servis dan jual mesin jahit yang berlokasi di tempat yang sama. Ia juga sebagai supplier mesin jahit untuk program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) di LKP Muslimah Group Solok, tempat belajarnya dahulu.
Untuk membuat usahanya tambah maju, ia pun membuat akun YouTube bernama Mamat Ting Ting dan Facebook yaitu Toko Mesin Jahit Seken & Servis. Kedua akun media sosial tersebut berisi tips and trick menjahit. Kini, akun YouTube-nya sudah memiliki lebih dari 13.000 subscriber, sedangkan Facebook-nya mencapai 12.000 followers.
“Sesuai kata pepatah Minang, kalau menanam sayur, jangan kol saja, tapi tanam juga cabe, terong, bayam, dan lain-lain. Makanya saya tidak hanya buka usaha menjahit, tapi juga usaha jual dan servis mesin jahit serta merambah ke dunia media sosial,” tutur Musa.
Musa percaya apa yang dia dapatkan dari usaha dan kerja kerasnya hanyalah titipan karena sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu, ia juga menjadi instruktur tata busana di sebuah SMK swasta di Jambi. Ia juga sering menerima tetangga dan saudaranya apabila ada yang ingin belajar menjahit.
Musa berharap, “Saya ingin orang-orang di sekitar saya, khususnya anak didik saya mampu mengamalkan kembali ilmu yang didapatkan.”
Konsistensi Muslimah Group Solok di Bidang Tata Busana
Keberhasilan Musa tidak terlepas dari pilihannya mengikuti kursus di LKP Muslimah Group Solok. LKP tersebut sudah menghasilkan lulusan sebanyak 5.000 alumni dan memberikan peran yang besar di hidup Musa.
Muslimah Group Solok juga memiliki kisah yang panjang dalam mencetak lulusan yang unggul di bidang tata busana. Bukan hanya mengelola LKP, Muslimah Group Solok juga mengelola industri kecil menengah (IKM) di bidang fesyen dan tata busana. Rosmawati yang pada waktu itu memiliki keterampilan menjahit, sementara Almito yang memasarkan. Maka terciptalah Muslimah Group Solok.
Pada awalnya, di tahun 1992, Almito dan sang istri, Rosmawati, hanya bermodalkan Rp75.000,00 untuk membeli satu mesin jahit bekas. Dulu pun Muslimah Group tidak memiliki toko dan tempat belajar bagi peserta didik. Kegiatan hanya dilakukan di satu kontrakan kecil. Namun kini, Muslimah Solok sudah memiliki 5 cabang di tempat yang berbeda. LKP Muslimah Group juga menjadi LKP berprestasi dan memiliki beberapa mesin jahit yang canggih.
Dalam materi pembelajaran, LKP Muslimah Group mencanangkan empat fokus utama materi, yaitu busana, bordir, sulam, dan rajut. Bukan hanya pengembangan materi menjahit, tetapi peserta didik juga memperdalami materi kewirausahaan. Dengan kombinasi kedua materi itu, LKP Muslimah Group Solok mempersiapkan lulusan kompeten di bidang tata busana yang siap berwirausaha.
Pimpinan Muslimah Group Solok, Almito, mengungkapkan bahwa ia memang ingin mencetak wirausahawan yang sukses di bidang tata busana.
“Makanya, Muslimah Group Solok mengikuti program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) dari tahun ke tahun agar lulusannya membuka usaha dan sukses setelah kursus di LKP Muslimah Group,” jelas Almito
Peserta didik juga diperkenalkan dengan menjahit baju basiba dan baju koko, yaitu pakaian adat khas Minangkabau. Setelah itu, mereka unjuk gigi dalam acara fashion show di LKP tersebut.
Sebagai LKP, Muslimah Group juga menjadi tempat uji kompetensi (TUK) untuk keterampilan tata busana dan bordir. Sementara sebagai industri, ia pun membuka kesempatan yang selebar-lebarnya untuk menerima lulusan setelah mengikuti kursus. Untuk saat ini IKM Muslimah Group sudah memasarkan produk bukan hanya ke Sumatra Barat, tetapi juga Jambi, Riau, dan masih banyak lagi. Bahkan, IKM Muslimah Group pernah mendapatkan 10.000 orderan baju. (Zia/Cecep Somantri)