Miliki Keterbatasan, Naya Pancarkan Pesona Kain Batik dan Mampu Merintis Usaha
Yogyakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Usaha tidak menghianati hasil dan kerja keras tidak mengecewakan keyakinan. Ini lah yang dirasakan Nisrina Dhiya Puspitasanti atau biasa disapa Naya. Perempuan yang berprofesi sebagai pembatik muda ini kini sukses merintis dan menekuni passion brand batik miliknya, yaitu Omah Batik Srengenge.
Perjalanannya dalam membatik bermula dari keberaniannya dalam mengikuti kursus membatik di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Arimbi, D.I. Yogyakarta. Bermula dari kursus reguler, ia pun melanjutkan untuk memperdalami keterampilan dan kewirausahaan dengan mengikuti program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) 2022 di LKP yang sama.
Meskipun memiliki kekurangan yaitu Slow Learning, ia terus berupaya menggali potensi diri sampai ia mampu memiliki ciri batik yang khas. Kreativitas Naya dituangkan dalam sketsa karya-karya motif batik tulis ekspresif yang melandasi filosofi semangat Srengenge yang bermakna Matahari.
“Matahari adalah simbol cahaya dan harapan yang menginspirasi nuansa kota Yogyakarta dan Omah Batik Srengenge,” papar seniman batik berusia 21 tahun tersebut melalui pesan teks.
Pemimpin LKP Arimbi, Sumarmi Arimbi, menjelaskan bahwa Naya mengikuti program PKW pada 2022 karena saat itu ia belum mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Sebelumnya, Naya pun tidak memiliki keahlian di bidang tekstil ataupun batik. Namun, di luar dugaan, ternyata Naya mau berusaha dan terus mencoba meskipun sempat gagal.
“Saya menyertakan Naya untuk mengikuti sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) agar bisa mendapat sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Ini proses yang sulit sekali, bahkan untuk peserta yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Di ujian pertama Naya belum berhasil. Untungnya, Naya berani mencoba untuk kedua kalinya dan akhirnya lulus. Naya adalah seniman batik dengan sertifikasi LSP untuk batik tulis,” imbuh Arimbi.
Merintis dan Berkarya
Omah Batik Srengenge memproduksi batik-batik karya Naya yang menerima pesanan batik dan kain shibori, bahkan bisa disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Naya dapat menyelesaikan satu lembar batik tulis dalam waktu 2 minggu sampai 1 bulan, tergantung motif dan tingkat kesulitan. Sementara shibori bisa diselesaikan dalam waktu tiga hingga tujuh hari.
Saat ini Naya menjalankan usaha batiknya bersama orang-orang dalam lingkup terdekatnya, yaitu keluarga dan pihak LKP Arimbi. Batik dari Omah Batik Srengenge dipasarkan melalui media sosial dan berbagai kegiatan, seperti expo atau bazar, dengan pembeli dari berbagai kota di Indonesia. Meski rintisan usaha yang terhitung masih baru, Omah Batik Srengenge telah mendapatkan NIB (Nomor Induk Berusaha) dari Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Yogyakarta.
“Tantangan terbesar dalam mengembangkan branding Omah Batik Srengenge adalah pemasaran. Namun dukungan dari LKP Arimbi sangat besar. Saat Naya harus kejar tayang karena ada pesanan, Bunda Arimbi dan tim LKP langsung membantu Naya,” jelas Damai Andria, ibunda Naya yang selama ini menjadi pendukung utama Naya dalam menjalankan Omah Batik Srengenge.
Asah Komunikasi dan Berwirausaha
Program PKW batik di LKP Arimbi menjadi kesempatan belajar membangun pengetahuan dan skills membatik, serta kecerdasan sosial bagi Naya. Tak hanya teknik membatik atau branding dan digital marketing, LKP Arimbi membuka kesempatan bagi Naya untuk meningkatkan skills sosial dan kemampuan komunikasinya.
“Mengikuti PKW adalah pengalaman yang sangat luar biasa, bisa bertemu dengan Bunda Arimbi dan akhirnya Naya bisa seperti sekarang ini,” ungkap seniman batik berusia 21 tahun ini dalam teks tertulisnya.
Tak hanya membantu memenuhi kebutuhan belajar atau mengembangkan usaha Omah Batik Srengenge, kini LKP Arimbu justru berkolaborasi dengan Naya. Seniman batik ini sering dilibatkan dalam aktivitas pendidikan atau workshop yang melibatkan atau diselenggarakan oleh LKP Arimbi. Contohnya adalah Pameran 1000 Srikandi di Yogyakarta, hingga Naya turut berpartisipasi dalam workshop batik untuk 150 siswa SMA Ma’arif dari Lampung Tengah di LKP Arimbi pada awal 2025 ini.
Workshop dengan peserta cukup banyak ini menjadi kesempatan berharga baik untuk Naya maupun siswa peserta workshop. “Naya mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuan komunikasinya, sementara para siswa SMA dapat memperoleh insight mengenai semangat belajar dan kreativitas Naya dalam membatik,” ujar Arimbi. (Zia/Cecep)