Meretas Jalan Sukses ala Ulin Nuha Melalui PKW
Melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW), Muhammad Ulin Nuha kini layak dipanggil tuan, bukan karyawan
Berasal dari keluarga kurang mampu, tidak menyurutkan niat Muhammad Ulin Nuha untuk menjadi seorang wirausahawan muda yang sukses. Berbekal tekad dan keterampilan barista yang ia peroleh dari program PKW, Ulin kini meretas jalan meraih kesuksesannya sebagai pemilik sejumlah kedai kopi di kampung halamannya, Pulosari, Pemalang, Jawa Tengah.
Poskopi, begitu nama yang dipilih Ulin untuk kedai kopi miliknya. Lokasinya strategis, berada di Jalan Raya Pulosari, Krajan, Pulosari, Pemalang, Jawa Tengah. Dengan tata interior yang apik dan suguhan kopi yang beragam, tak heran jika Poskopi menjadi salah satu rujukan kedai kopi warga sekitar.
Sejak didirikan setahun lalu, usaha Poskopi Ulin juga terus berkembang. Agustus lalu, Ulin kembali membuat kedai kopi berkonsep angkringan, Ulin menyebutnya sebagai Angkringan Poskopi.
Perlahan namun pasti, ikhtiar Ulin untuk bisa berdikari di kampung halamannya sendiri pun terwujud. Kini Ulin tidak hanya bisa berdikari dan mandiri, Ulin bahkan bisa menciptakan lapangan kerja untuk warga di sekitar tempat tinggalnya.
"Sejak dahulu saya memang punya cita-cita untuk bisa memiliki usaha sendiri di rumah. Jadi, tidak perlu lagi merantau jauh-jauh ke Jakarta. Bisa menemani orang tua di rumah,” kata Ulin beberapa waktu lalu.
Meski memiliki keinginan untuk membuka usaha sendiri di kampung halaman, namun Ulin sebenarnya tidak pernah terpikir sama sekali untuk membuat kedai kopi, meskipun sejatinya Ulin telah mengakrabi kopi sedari ia masih kecil.
Lahir dan besar di desa Pulosari, Ulin memang sudah tidak asing lagi dengan dengan kopi. Kedua orang tua Ulin juga petani kopi. Sedari kecil Ulin sudah terbiasa membantu orang tuanya merawat tanaman-tanaman kopi, seperti memetik kopi yang sudah matang, menjemur kopi, dan sebagainya. Ulin kecil juga terbiasa menyeruput kopi layaknya penduduk Desa Pulosari pada umumnya.
Pulosari sendiri memang dikenal sebagai satu dari sekitar tujuh desa penghasil kopi terbaik di Pemalang. Desa di kaki Gunung Slamet, di sisi selatan Kabupaten Pemalang ini dikenal memiliki hasil bumi berupa kopi yang melimpah, baik dari jenis arabika maupun robusta. Bagi penikmat kopi, cita rasa kopi Pulosari ini cukup khas, pekat dengan tekstur yang halus dan aroma yang khas.
"Dari dulu kami hanya mengolah kopi seperti biasa saja. Kami petik, kemudian kami keringkan, lalu kami jual. Kalaupun diolah paling hanya untuk keperluan ngopi sehari-hari saja. Saya sendiri jujur tidak kepikiran untuk mengolah kopi-kopi ini sampai membuka kedai kopi,” kata Ulin.
Seiring perkembangan tren kopi di Indonesia yang ditandai dengan maraknya kedai-kedai kopi kekinian, Ulin pun mulai terpikir untuk membuka kedai kopi. Apalagi, tren minum kopi di kedai-kedai kopi tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi juga merambah ke desa-desa. Akan tetapi, saat itu Ulin masih bingung harus memulai usaha tersebut dari mana.
Seiring perjalanan waktu, jalan untuk memulai usaha membuka kedai kopi perlahan mulai terbuka. Salah satu temannya mengajaknya Ulin untuk bergabung mengikuti pelatihan barisata. Pelatihan ini merupakan bagian dari program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) dari Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program pelatihannya diselenggarakan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Putra Bangsa.
Meski masih berada di kabupaten yang sama, namun PKBM Putra Bangsa berada di Kecamatan Comal, cukup jauh dari Pulosari. Ia harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan tersebut. Akan tetapi, itu semua tidak sedikit pun menyurutkan niat Ulin. “Apalagi pelatihan ini gratis, jadi saya pikir kapan lagi dapat kesempatan seperti ini,” kata Ulin.
Singkat cerita, Ulin akhirnya menjadi satu dari 25 peserta program PKW pelatihan barista tahun 2021 yang diselenggarakan di PKBM Putra Bangsa. Dengan mengendarai sepeda motor, setiap harinya Ulin harus melintasi desa demi desa demi bisa menimba ilmu barista di PKBM Putra Bangsa tersebut.
Berbagai suka duka dirasakan Ulin selama mengikuti pelatihan. Terkadang, ia harus mengganjal perut laparnya hanya dengan air putih selama menempuh perjalanan pulang dan pergi pelatihan. Air putih ia bawa sendiri dari rumah.
"Kalau dipikir-pikir memang lelah sekali karena jaraknya memang cukup jauh dari rumah. Ban bocor di jalan pernah, kehabisan bensin dan uang pernah, kehujanan sering. Macam-macam lah ceritanya,” kata Ulin mengenang perjuangannya tersebut.
Usai menamatkan 250 jam pelajaran semasa pelatihan, Ulin pun akhirnya berhasil lulus dari program pelatihan barista PKW 2021 tersebut. Asa untuk segera bisa membuka usaha kian menyala. Harapan akan hadirnya sebuah kedai kopi impian terasa nyata. Ulin mengibaratkan pelatihan tersebut seperti energi baru yang memotivasi dan menjadi kekuatan baginya untuk segera memulai usaha.
Apalagi, Ulin tidak hanya sudah mengantongi kompetensi sebagai barista. Selama pelatihan, Ulin juga banyak dipertemukan dengan sejumlah teman yang memiliki visi yang sama dengannya, yaitu menjadi wirausaha. Ia juga banyak bertemu pengusaha yang membekali soft skills tentang bagaimana menjadi seorang wirausahawan yang diakuinya memang tidak mudah, membutuhkan ketangguhan mental.
Berbekal kompetensi barista, bantuan alat dan bahan usaha, Ulin pun memantapkan langkah membuka usaha. Berbagai persiapan dilakukan. Ia tidak hanya meracang desain untuk kedai kopinya, Ulin juga menyiapkan resep-resep racikan kopi dan sebagainya.
Dukungan orang tua semakin menguatkan tekad Ulin untuk memantapkan diri berdikari dengan membuka kedai kopi. Uang hasil menggadaikan rumah orang tuanya tidak hanya menjadi suntikan modal untuk usaha kedai kopinya, tetapi juga menjadi pelecut semangat untuk sukses membangun bisnis kopinya tersebut.
“Jujur awalnya sempat ragu sebenarnya, tapi alhamdulillah orang tua mendukung. Jadi, ya bismillah saja,” kata Ulin.
Kini Ulin telah mewujudkan mimpinya, ia telah berdikari di kampung halamannya sendiri dengan kedai kopi yang ia kelola sendiri. Harapannya agar masyarakat terbiasa mengonsumsi kopi olahan langsung dari petani juga mulai terwujud. Kian hari, kedai kopi Ulin semakin ramai. Pelanggannya tidak hanya anak-anak muda di Pulosari saja, tetapi juga masyarakat yang ingin menikmati secangkir kopi sembari menikmati kesejukan udara di kaki Gunung Slamet.
“Saya berharap semakin banyak orang yang mengenal kopi Pulosari dan petani kopi akan semakin sejahtera,” kata Ulin. (Diksi/Nan/AP/NA)