Merdeka Belajar, Mahasiswa PPNS Hasilkan Kapal Kayu Berteknologi Modern

Merdeka Belajar, Mahasiswa PPNS Hasilkan Kapal Kayu Berteknologi Modern

Lamongan, Ditjen Vokasi - Program dana padanan atau MatchingFund Vokasi menjadi salah satu program unggulan Merdeka Belajar edisi vokasi. Selain menguatkan kolaborasi pendidikan tinggi vokasi dengan industri, program ini juga menciptakan ekosistem Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang mendorong lahirnya berbagai inovasi, salah satunya Kapal Pencalang “Putra Sunan Drajat” karya mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Kapal ini berhasil memadukan teknologi kapal kayu tradisional dengan teknologi kapal modern.


Kapal Pencalang “Putra Sunan Drajat” yang baru saja diresmikan ini bukan sembarang kapal kayu biasa. PPNS berhasil merealisasikan salah satu kapal yang memiliki nilai sejarah yang tinggi di masa lalu dengan teknologi kapal modern yang ada saat ini. 


Sejumlah perangkat teknologi modern ditanamkan dalam kapal yang diberi nama dari salah satu Wali Songo tersebut. Misalnya saja, penggunaan solar panel untuk keperluan elektrifikasi kapal, seperti untuk menyalakan lampu, kipas angin, maupun perangkat elektronik lainnya.  


Untuk membantu navigasi, kapal ini juga dibekali dengan teknologi AIS (automatic identification system). Teknologi AIS jamak digunakan pada kapal-kapal modern dan kapal-kapal besar untuk mendeteksi keberadaan kapal-kapal lain pengguna AIS. Kapal juga dilengkapi dengan Passive Radar Reflector supaya kapal besar mengetahui keberadaan kapal kecil. Dengan demikian, kapal akan lebih aman saat berlayar. 


Meskipun dilengkapi dengan peralatan canggih, kapal ini tetap tidak kehilangan ciri khasnya, yakni penggunaan layar jenis tanjak. Jenis layar ini sangat jarang ditemukan saat ini. Penggunaan layar tanjak ini memungkinkan kapal untuk melakukan manuver dengan leluasa di laut.



Kolaborasi Insan Vokasi


Direktur PPNS, Eko Julianto, mengatakan bahwa pembuatan Kapal Pencalang ini tidak lepas dari program “Revitalisasi Jalur Rempah” yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek.  Revitalisasi Jalur Rempah terdiri atas sejumlah program, salah satunya revitalisasi kapal tradisional yang dilakukan oleh PPNS.


“Proyek ini mendapat dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melalui program Matching Fund tahap kedua tahun 2022,” kata Eko.


Menurut Eko, ada dua jenis kapal kayu tradisional yang dibuat dalam rangka revitalisasi kapal tradisional tersebut, yaitu Kapal Pencalang dan Kapal Ijon-ijon. Kapal pencalang, lanjut Eko, dibuat oleh PPNS,sedangkan kapal Ijon-Ijon dibuat oleh SMKN 3 Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. 


Masih menurut Eko, proses pembuatan kapal tersebut dilakukan secara bersama-sama meskipun di lokasi galangan yang berbeda. Akan tetapi,kedua satuan pendidikan vokasi tersebut saling bertukar ilmu selama proses pembuatan. 


“Jadi, ini menunjukkan bahwa ada integrasi antara SMK dan politeknik. Apa yang dipelajari di SMK itu ada kesinambungan dengan apa yang dipelajari di politeknik, akan diperkuat lagi di politeknik,”kata Eko.


Masih menurut Eko, integrasi yang terjadi dalam proses pembuat kapal Pencalang tidak hanya dengan satuan pendidikan vokasi, tetapi juga industri yang terlibat dalam proyek pembangunan kapal tersebut. Setidaknya ada lima industri yang terlibat dalam proyek pembuatan kapal-kapal ini, satu di antaranya adalah PT Blambangan Bahari Shipyard yang merupakan industri milik salah satu alumni PPNS.


“Kolaborasi antarseluruh insan vokasi dalam proses pembuatan kapal inilah yang akhirnya membangun ekosistem Merdeka Belajar. Mereka secara langsung ikut membangun kapal dari awal sampai akhir dan ini membuat siswa tentu akan lebih kompeten, produktif, dan kompetitif,” kata Eko.



Lintas Jurusan 


Koordinator mahasiswa Kapal Pencalang, Rusdianto Syarif, mengatakan bahwa secara keseluruhan pembuatan Kapal Pencalang memakan waktu sekitar empat bulan. Rusdi sendiri mulai masuk dalam program ini sejak September 2022 lalu. Saat itu proses pengerjaan kapal sudah dilakukan di galangan kapal di Lamongan. 


"Pengalaman yang luar biasa.Kami belajar langsung membuat kapal dari awal. Apa yang tidak kami dapatkan di kampus, bisa kami dapatkan di sini. Bagaimana kita harus berpikir kritis, kolaborasi, memecahkan masalah, dan manajemen waktu. Ini luar biasa,” kata Rusdi. 


Menurut Rusdi, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi sesuai kompetensi mereka masing-masing dalam proyek tersebut. Misalnya saja, mahasiswa Jurusan Desain Konstruksi Kapal akan mengerjakan berbagai hal terkait konstruksi kapal mulai dari desainnya, kerangka kapal, dan sebagainya. Sementara itu, mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis bertugas untuk mengatur sistem kerja dan pembagian waktu kerja.


“Jadi, proyek ini adalah proyek yang lintas jurusan dan lintas angkatan. Semua terlibat semua merasakan seperti apa suasana industri pembuatan kapal,” kata Rusdi.


Total selama proses pengerjaan kapal di Paciran sendiri melibatkan sekitar 25-35 mahasiswa. Mereka merupakan mahasiswa dari D-3 Teknik Bangunan Kapal, D-3 dan D-4 Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal, D-4 Teknik Permesinan Kapal, dan D-4 Manajemen Bisnis.


Di tahap awal, pembuatan kapal ini juga sudah melibatkan sekitar 87 mahasiswa. Mereka merupakan mahasiswa semester 3 yang hanya ikut saat persiapan awal material di kampus. Para mahasiswa tersebut terlibat pada penyiapan material seperti ketam kayu dan memotong kayu melalui mata kuliah praktik nonmetal.


Sementara itu, Direktur PT Blambangan Bahari Shipyard, Hamidah, mengatakanbahwa sebagai industri yang terlibat dalam pembuatan Kapal Pencalang ini mengaku senang dapat dilibatkan dalam proses tersebut.


“Kami selama ini memang lebih banyak membuat kapal fiber, tapi kami juga pernah membuat kapal kayu dan pengalaman industri itulah yang kami bagikan kepada mahasiswa. Akan tetapi, kami juga belajar tentang teknologinya, jadi bagaimana membuat kapal kayu yang modern,” kata Hamidah.


Menurut Hamidah, sebagai industri ia melihat peluang kapal kayu masih cukup tinggi di Indonesia. Tidak hanya digunakan oleh para nelayanatau sebagai alat transportasi antar pulau-pulau kecil, kapal-kapal kayu tradisional dengan sentuhan teknologi modern juga sangat diminati utamanya untuk menunjang kegiatan pariwisata seperti Kapal Pinisi di Labuan Bajo. (Nan/Cecep Industri)