Mahakarya Adibusana Vokasi Siap Bangkitkan Industri Fesyen Tanah Air
Tangerang, Ditjen Vokasi – Usai melewati masa pandemi, kini pemerintah terus menggenjot berbagai bidang agar perekonomian di Indonesia dapat bangkit dan pulih lebih cepat. Tak terkecuali di sektor fashion busana muslim, yang tak terlepas dari potensi negeri ini yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia.
Tak pelak, hadirnya Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2023 yang dihelat di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten pada 20-22 Oktober 2022, menjadi peluang besar pendidikan vokasi menghadirkan para talentanya yang memiliki kompetensi unggul di bidang fesyen.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, dalam sambutannya menyebutkan, hadirnya JMFW tahun ini membuat Indonesia berpeluang besar menjadi pusat fashion muslim dunia. “JMFW tahun ini tidak hanya menghadirkan nama besar (desainer, red), melankan juga dari satuan pendidikan vokasi. Kami melibatkan pakar akademik dan profesional untuk menyeleksi karya-karya tersebut. Selain itu, disajikan juga penampilan dari lembaga kursus dan pelatihan (LKP),” terangnya di ICE BSD, Tangerang (22/10).
Nadiem pun berharap akan banyak lagi satuan pendidikan vokasi yang berperan memajukan industri fesyen tanah air. Tercatat, sebanyak 1.200 SMK yang telah membuka jurusan tata busana dan banyak di antaranya telah bekerja sama dengan industri.
“Untuk itulah, kita terus menjalin kerja sama dan mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak. Selamat kepada satuan pendidikan vokasi yang tampil demi mewujudkan Indonesia menjadi pusat fesyen muslim dunia,” tutur Nadiem.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, mengatakan bahwa sebelumnya Mahakarya Vokasi juga telah hadir di ajang “Vokasiland” di Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. “Sekarang hadir melalui Mahakarya Adibusana Vokasi. Kami menyadari Indonesia tengah bangkit. Saatnya kita berkolaborasi melalui pendidikan vokasi yang kali ini mendukung industri halal dengan memasuki dunia fashion,” ujar Kiki pada acara konferensi pers dengan media di sela-sela kegiatan JMFW 2023.
Kiki menjelaskan, melalui ajang tersebut, Ditjen Pendidikan Vokasi juga ingin menunjukkan bahwa Mahakarya Vokasi dapat hadir melalui kolaborasi. “Kami meyakini tidak ada inovasi tanpa kolaborasi. Jadi, untuk menghasilkan Mahakarya Vokasi dibutuhkan kolaborasi dan inovasi,” ujarnya.
Dirjen Kiki menambahkan, pihaknya juga tengah menyusun strategi agar dapat berkontribusi bagi pemulihan ekonomi bangsa. Ini sesuai dengan misi yang mengemban nilai pendidikan, ekonomi, dan sosial. “Kami pun mendorong insan vokasi terus melakukan pengembangan agar industri kita bisa bersaing hingga global,” jelasnya.
Dirjen Pendidikan Vokasi, terang Kiki, berkeinginan untuk terus menyediakan pendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat. “Kami ingin berkontribusi menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi. Meski pendidikan vokasi lebih cepat dan efektif, namun tetap dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat,” ujarnya.
Dirjen Kiki pun menjelaskan, dengan didorong oleh skill dan kebutuhan saat ini, melalui program Merdeka Belajar, pendidikan vokasi menjadi lebih lentur disesuaikan dengan kebutuhan usaha maupun industri.
“Mahakarya Adibusana Vokasi yang kami persembahkan merupakan bukti bahwa pendidikan vokasi akan terus berkontribusi bagi pembangunan bangsa,” tegas Kiki.
Tampilnya 10 Satdik Vokasi
Sementara itu, Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Saryadi, menjelaskan bahwa pada JMFW 2023 ini Mahakarya Adibusana Vokasi yang disajikan berasal dari 10 satuan pendidikan (satdik) vokasi yang terdiri atas 6 SMK dan 4 perguruan tinggi vokasi.
Dari jenjang SMK, karya yang tampil berasal dari SMKN 3 Malang, SMKN 7 Malang, SMKN 1 Buduran, SMKN 3 Blitar, SMK NU Banat Kudus, dan SMK Syubbanul Wathon. Sedangkan dari perguruan tinggi vokasi adalah Politeknik Negeri Media Kreatif, ISWI Jakarta, ISI Denpasar, dan Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
“Dalam kegiatan ini, juga disajikan penampilan dari 2 LKP, yakni LKP Simphony Music (Tasikmalaya) dan LKP Yayasan Sekolah Musik Vidi Vici, Jakarta,” tutur Saryadi.
Senada dengan Ditjen Kiki, Saryadi menyebutkan bahwa Mahakarya Vokasi tidak akan tercipta apabila tidak ada kolaborasi. “Terima kasih atas dukungan semua pihak. Kami juga mengundang industri untuk berkolaborasi dengan satuan pendidikan vokasi,” ujarnya.
Menurut salah seorang kurator yang mewakili akademisi, Yosepin, hasil desain busana muslim yang ditampilkan telah melewati proses kurasi. “Hasil karya vokasi ini luar biasa hingga membuat kurator kebingungan menentukan peserta yang lolos seleksi,” ujar pengajar Universitas Kristen Maranatha, Bandung, tersebut.
Yosepin pun berharap, talenta Indonesia yang lahir dari pendidikan vokasi bisa menjadi leader, hingga akhirnya Indonesia menjadi produsen busana muslim dunia. (Diksi/AP)