Bio Briket dari Tempurung Kelapa, Solusi Energi Terbarukan Karya SMKN 2 Banjarbaru

Bio Briket dari Tempurung Kelapa, Solusi Energi Terbarukan Karya SMKN 2 Banjarbaru

Banjarbaru, Ditjen Vokasi PKPLK – Di tengah isu lingkungan yang sedang gencar dibicarakan oleh banyak orang, kita dituntut berpikir kreatif untuk mengurai permasalahan lingkungan. 


Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menguraikannya, misalnya dengan mengganti bahan bakar minyak bumi dengan energi terbarukan. Kalimantan Selatan memiliki potensi besar dalam pemanfaatan tempurung kelapa sebagai bahan baku energi terbarukan mengingat wilayah ini merupakan salah satu penghasil kelapa yang cukup melimpah. Dengan perkebunan kelapa yang tersebar di berbagai daerah seperti, limbah tempurung kelapa yang dihasilkan cukup banyak dan sering kali belum dimanfaatkan secara optimal. 


Padahal, tempurung kelapa memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai bahan dasar pembuatan bio briket, karbon aktif, dan arang yang dapat digunakan untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga. Melihat situasi ini, SMKN 2 Banjarbaru, Kalimantan Selatan mengambil peran dengan memproduksi bio briket berbahan dasar tempurung kelapa.


Produk ini dibuat langsung oleh siswa Konsentrasi Keahlian Teknik Energi Biomassa. Kepala SMKN 2 Banjarbaru, Suyani, menyampaikan bahwa sekolah berusaha untuk terus mendorong inovasi berbasis lingkungan agar siswa tidak hanya memperoleh keterampilan teknis, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap keberlanjutan energi di masa depan.


“Bio briket yang kami produksi memiliki daya bakar lebih lama, menghasilkan panas tinggi, serta rendah emisi sehingga lebih ramah lingkungan,” ucap Suyani. 


Keunggulan lain dari inovasi ini adalah nilai ekonomisnya. Limbah tempurung kelapa yang sebelumnya tidak dimanfaatkan kini memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Para siswa juga diajarkan keterampilan kewirausahaan dengan memasarkan bio briket ini ke masyarakat sekitar.  Dalam sehari siswa SMKN 2 Banjarbaru mampu memproduksi 1,5 ton arang briket. 


Arang briket buatan siswa SMKN 2 Banjarbaru sendiri dengan kemasan kardus dengan berat 1 Kg dibandrol seharga Rp 35 ribu. Sementara untuk kemasan bungkus plastik klip berat 1 Kg dibanderol Rp 25 ribu.

“Jika dikelola dengan baik, potensi ini dapat menjadi solusi alternatif dalam mengurangi limbah organik sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya lokal di Kalimantan Selatan,” pungkas Suyani. (SMKN 2 Banjarbaru/Aya/Cecep)