Langka di Indonesia, SMKN 3 Kasihan menjadi Salah Satu dari Dua SMK dengan Konsentrasi Seni Patung di Indonesia

Langka di Indonesia, SMKN 3 Kasihan menjadi Salah Satu dari Dua SMK dengan Konsentrasi Seni Patung di Indonesia

Bantul, Ditjen Vokasi – Di tengah perkembangan zaman yang serba modern dan teknologi yang terus maju, keberadaan seni rupa tradisional seperti seni patung semakin jarang ditemukan di dunia pendidikan. 


Di Indonesia sendiri hanya terdapat dua SMK yang menyelenggarakan Konsentrasi Keahlian Seni Patung, satu di antaranya adalah SMKN 3 Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta. SMKN 3 Kasihan atau yang dikenal sebagai Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) ini tampil sebagai salah satu penjaga api seni patung yang telah menjadi hal langka dan bernilai di tanah air. 


Seni patung adalah salah satu bentuk seni rupa yang memiliki peran penting dalam sejarah budaya Indonesia. Karya-karya patung tradisional, seperti patung relief candi atau arca, menjadi warisan berharga yang menceritakan banyak kisah tentang kebudayaan Nusantara. Dalam konteks modern, seni patung tetap relevan sebagai medium ekspresi yang kuat, baik di ruang publik maupun privat. 


Keberadaan Konsentrasi Keahlian Seni Patung di SMKN 3 Kasihan ini menjadi salah satu wujud pelestarian bentuk seni rupa tertua ini. Melalui konsentrasi ini, para siswa tidak hanya dibekali keterampilan untuk menciptakan karya seni tiga dimensi, tetapi juga didorong untuk memahami filosofi di balik seni patung itu sendiri yang menggabungkan unsur kreativitas, estetika, dan budaya. 


Guru Konsentrasi Keahlian Seni Patung SMKN 3 Kasihan, Purwantoro, menyampaikan bahwa seni patung di SMKN 3 Kasihan tidak hanya menekankan keterampilan teknis, tetapi juga kreativitas dan inovasi. Hal ini menjadi faktor penting dalam menyiapkan generasi seniman patung masa depan yang mampu bersaing di kancah nasional dan internasional. 


Para siswa didorong untuk menghasilkan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki makna mendalam yang merefleksikan nilai-nilai budaya Indonesia.


“Membuat patung bukanlah hal yang mudah, diperlukan ketekunan, keseriusan, dan imajinasi yang tinggi untuk menghasilkan karya patung yang luar biasa. Peserta didik ditempa dengan berbagai gaya patung sehingga nanti ketika sudah kelar pendidikan mereka bisa menguasai ilmu patung,” ucap Purwantoro. 


Sementara itu, Kepala SMKN 3 Kasihan, Ngadinem, menyampaikan bahwa di tengah arus modernisasi yang serba cepat, tidak mudah bagi sekolah-sekolah yang mengusung keahlian seni tradisional untuk tetap bertahan. Untuk menyiapkan siswa yang berkompeten di bidang seni patung, SMKN 3 Kasihan memfasilitasi berbagai sarana prasarana, mulai dari studio patung, peralatan, hingga bahan-bahan yang dibutuhkan untuk berkarya. 


“lulusan dari program ini tidak hanya mampu berkontribusi dalam dunia seni, tetapi juga menjadi pelestari warisan budaya Indonesia melalui karya-karya mereka,” ucap Ngadinem. 


Dimas Dwi Saputra, siswa kelas XI Konsentrasi Keahlian Seni Patung SMKN 3 Kasihan, menuturkan bahwa belajar seni patung tidak hanya sekadar belajar keterampilan praktis. Seni patung mengajarkan nilai-nilai tentang keindahan, kesabaran, dan dedikasi.


“Belajar seni patung sama halnya belajar kehidupan. Semoga seni patung ini semakin mendapat tempat di dunia seni kontemporer dan menjadi jembatan antara warisan tradisional dengan inovasi modern,” ucap Dimas. (Aya/Cecep)