Dessy Ratna: Bangga Jadi Penenun Berkat Program PKW

Dessy Ratna: Bangga Jadi Penenun Berkat Program PKW

Lahir dari keluarga penenun tak lantas membuat Dessy Ratna tertarik menenun. Minatnya pada tenun justru didapat dari program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang ia ikuti tahun 2021 lalu. 

 

Dessy Ratna kini dikenal sebagai salah satu perintis usaha tenun muda asal Buas, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Usianya memang masih terbilang muda, 21 tahun. Tak hanya itu, Dessy juga dikenal sebagai ketua kelompok PKW angkatan 2021. Ia kerap diminta untuk mengisi materi pada pelatihan-pelatihan tenun yang digelar oleh Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) di daerahnya. 

 

Setelah lulus program PKW pada Oktober tahun lalu, Dessy kini memilih berkiprah sebagai penenun. Suatu hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dengan alat tenun bantuan program PKW sebagai modal, Dessy menyalurkan hasil karyanya melalui Dekranas Kabupaten Manggarai Barat. Dessy juga kerap membawa hasil tenunnya ke sejumlah pameran-pameran.  

 

Layaknya lulusan sekolah umumnya, Dessy awalnya memimpikan bisa bekerja di industri pariwisata selepas lulus sekolah. Industri pariwisata memang sedang tumbuh begitu pesat di kampung halamannya, Manggarai Barat. 

 

Sebagaimana diketahui, penetapan ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, yakni Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas dan premium, telah menumbuhkan industri properti, restoran, dan wisata di kawasan tersebut. Hal tersebut sedikit banyak berdampak pada minta anak muda, seperti Dessy untuk bisa berkarier di bidang-bidang tersebut. Generasi muda seperti Dessy pun cenderung lebih banyak memilih untuk bekerja daripada menenun. 

 

“Sebenarnya memang awalnya tidak pernah terpikir untuk menenun. Apalagi menjadikan tenun sebagai usaha seperti saat ini. Awalnya ya ingin bekerja saja,” Kata Dessy beberapa waktu lalu. 



Namun, jalan hidup Dessy berubah. Lulus di masa pandemi, membuat Dessy kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sektor pariwisata yang limbung, termasuk di kawasan Labuhan Bajo, membuat Dessy juga kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sementara untuk melanjutkan sekolah pun dirasa tidak mungkin.

 

“Akhirnya ya di rumah saja setelah lulus sekolah. Akan tetapi, kemudian saya diajak untuk ikut program PKW. Jadi, saya pikir ya sudah saya coba saja. Pekerjaan juga kan tidak ada karena sedang pandemi. Susah juga cari kerja,” kata Dessy.

 

Minat Dessy semakin kuat karena ibunya juga terlibat aktif dalam program tersebut. Ibunya memang penenun dan menjadi salah satu pelatih dalam program yang digagas oleh Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dan berkolaborasi dengan Dekranasda tersebut. “Mama memang penenun jadi dilibatkan dalam PKW,” kata Dessy.

 

Keikutsertaan Dessy pada akhirnya membuatnya resmi menjadi satu dari 1.000 pemuda/pemudi NTT yang mengikuti program PKW Tekun Tenun 2021. Program ini menyasar 1.000 peserta dari 18 kabupaten/kota se-Provinsi NTT. Kabupaten Manggarai Barat adalah salah satunya.  

 

Dessy menjadi angkatan pertama dari 64 peserta di Kabupaten Manggarai Barat. Jumlah tersebut kemudian dibagi dalam dua gelombang pelatihan. Dessy menjadi gelobang pertama sekaligus ketua kelompoknya.

 

“Saya ingat saat itu program PKW dilaksanakan di kantor Desa Aula Kantor Kecamatan Lembor pada Rabu, 20 Oktober 2021. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Ketua Dekranasda Kabupaten Manggarai Barat, Ibu Trince Yuni Endi,” kata Dessy. 

 

Selama sebulan masa pelatihan, Dessy harus menempuh jarak yang lumayan jauh ke Kantor Desa Poco Rutang, tempat ia menghabiskan masa pelatihan menenun. Meski masih dalam satu kecamatan, namun Dessy harus menghabiskan waktu sekitar satu jam dari rumahnya di Kampung Ngancar, Desa Buas ke Kantor Desa Poco Rutang tersebut.

 

Selama masa pelatihan, Dessy mempelajari banyak hal tentang menenun, mulai bagaimana menghani yang menjadi tahap awal pada proses menenun, penyetelan alat tenun, hingga proses menenun itu sendiri. 

 

“Ternyata memang tidak mudah, tapi setelah dipelajari, rupanya  menyenangkan dan bisa juga ternyata saya memenun,” kata Dessy.

 

Setelah selesai masa pelatihan, Dessy dan timnya kemudian dibekali dengan alat tenun beserta dengan benang sebagai modal untuk usaha. Di rumahnya di Kampung Ngancar, Desa Buas, Kecamatan Lembor, Dessy kembali mulai menenun. Sesekali bersama ibunya, Dessy ikut serta untuk berkeliling ke desa-desa lain untuk memastikan alumni PKW tetap aktif menenun.

 

Kompetensi Dessy dalam menenun lambat hari semakin terasah. Berbagai motif khas Manggarai Barat seperti motif mata manuk ia kuasai dengan mudah. Dessy juga cukup produktif dalam menenun. Dalam sebulan ia bisa menghasilkan sekitar 10 lembar kain tenun yang ia jual dengan harga berkisar antara Rp800 ribu hingga Rp2,5 juta. 

 

Saat ada kegiatan atau kunjungan pejabat-pejabat dari pusat di Manggarai Barat, tenun Dessy juga kerap dipamerkan dan laris manis di borong para tamu. Dessy juga kerap tampil untuk memperkenalkan kain tenun Manggarai Barat atau memperagakan cara menenun di hadapan para tamu-tamu yang datang.

 

Salah satunya adalah saat kunjungan kerja Ibu Negara, Iriana Joko Widodo bersama anggota OASE Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) di Hotel Meruorah Komodo, Labuan Bajo, akhir September lalu. Saat itu, Dessy sebagai peserta didik binaan program PKW mendemokan praktik tenun secara langsung di hadapan Ibu Negara dan tamu-tamu lainnya, termasuk Ibu Mendikbudristek, Franka Makarim yang langsung mendapat apresiasi dari Ibu Iriana Joko Widodo.

 

Untuk menambah kemampuan menenun, Dessy kemudian mengikuti pelatihan teknik pewarnaan alami yang semakin menambah nilai jual dari kain tenun karyanya. Ini juga yang membuat permintaan tenunnya semakin bertambah.

 

“Puji Tuhan, beruntung sekali bisa ikut kegiatan PKW karena jadi bisa tenun, bisa kerja juga di sini. Pokoknya bangga jadi penenun karena bisa memperkenalkan kain tenun Manggarai Barat, ciri khasnya seperti apa ke orang-orang di luar sana. Ketemu banyak orang juga,” kata Dessy yang mengaku senang bisa bertemu dengan orang-orang penting dari kegiatan PKW Tekun Tenun 2021 yang ia ikuti. (Diksi/Nan/AP)