Ciptakan Lapangan Kerja, dari Secarik Kertas SMKN 1 Buduran Wujudkan Busana Berkualitas

Ciptakan Lapangan Kerja, dari Secarik Kertas SMKN 1 Buduran Wujudkan Busana Berkualitas

Sidoarjo, Ditjen Vokasi – Siapa sangka dari gambar yang dicoretkan dalam secarik kertas bisa menghasilkan produk yang berkualitas dan bernilai tinggi. Bahkan, tidak hanya bernilai tinggi, tetapi bisa memberikan pekerjaan untuk orang banyak.

Dewasa ini dunia fesyen mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini mendorong berbagai pihak untuk berlomba-lomba menciptakan busana sesuai permintaan pasar.

SMKN 1 Buduran menjadi salah satu SMK Pusat Keunggulan (PK) yang menghasilkan busana-busana yang tak kalah dengan busana karya desainer kondang. Semua busana dibuat oleh para siswa SMKN 1 Buduran, mulai dari desain hingga terbentuk sebuah baju.

Proses pembelajaran di sini terbilang sangat menyenangkan. Siswa dibiarkan untuk berkarya membuat model baju sesuai keinginannya. Para siswa mengeksekusi semuanya di ruang produksi. Dalam sehari, para siswa bisa menghabiskan waktu selama 8 jam berkutat dengan desain hingga menjahit. 

Kegiatan ini juga selaras dengan pelaksanaan teaching factory di SMKN 1 Buduran. Siswa dibimbing untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Guru Tata Busana SMKN 1 Buduran, Kusrianah, menyampaikan bahwa banyak instansi pemerintah yang bekerja sama dengan SMKN 1 Buduran untuk memesan busana baik seragam atau pun lainnya. 

“Kami banyak menerima order dari luar seperti pembuatan baju seragam,” ucap Kusrianah.


Pembelajaran Menyenangkan

Siswa kelas 13 SMKN 1 Buduran, Tara Ghaniy Syah Griselda, menceritakan bahwa ia sangat senang bisa bersekolah mengambil kompetensi Desain Fesyen. Hal ini dikarenakan Tara memang sudah sejak kecil suka menggambar.

Di sini Tara dan para siswi yang lain diajari terkait desain, membuat pola busana, belajar menjahit, menghias busana sesuai desain, mengembangkan bisnis busana, dan presentasi karya. Apabila mengalami kendala, guru Tata Busana selalu memberikan solusi dan arahan.

“Saya dari dulu seneng ngegambar. Akhirnya saya masuk ke sini, apalagi ibu di rumah juga seorang penjahit. Saya semakin semangat untuk belajar. Banyak yang saya dapatkan dari sini,” ucap Tara.

Selain mendapatkan ilmu, Tara dan teman-teman lainnya juga bisa menghasilkan uang sendiri karena tak jarang desain dan busana yang mereka buat dibeli oleh konsumen. Bahkan banyak juga yang sengaja memesan baju ke siswa SMKN 1 Buduran.

Busana-busana yang dihasilkan beraneka ragam ada busana kerja, kebaya, gaun, kemeja, jas, celana, rok, dan lain sebagainya. Semua busana tersebut memiliki tingkat kerumitannya sendiri-sendiri.

Tahapan Pembuatan Busana

Tara menceritakan bahwa dalam membuat satu busana harus melalui beberapa tahapan. Sebelum memulai tahapan pembuatan busana harus ditentukan dahulu tema yang diusung, baru kemudian tahapan demi tahapan bisa dikerjakan.

Tahapan yang pertama dilakukan yakni dengan menggambar desain secara manual. Para siswa mencoretkan idenya dalam selembar kertas kosong yang kemudian digambar dan diwarnai sesuai keinginannya.

Tahapan kedua yakni para siswa memindahkan desain manual ke desain digital. Menurut Tara, dalam sehari bisa terselesaikan tiga desain digital sekaligus. Desain digital membantu untuk melihat apakah desain tersebut sudah presisi atau belum. 

Nah, setelah melalui tahapan desain digital lanjut ke tahap pembuatan pola. Desain yang sudah dibuat kemudian dibuat pola sesuai ukuran baju yang diinginkan. Dalam pembuatan pola ini harus diperhatikan setiap detail ukuran, karena kalau ukurannya salah akan mempengaruhi hasil busananya.

Setelah pola dibuat kemudian pindah ke proses pengguntingan kain. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain pengguntingan harus mengikuti arah serat kain, membedakan potongan depan dan belakang, dan menggunting setiap pola yang telah dibuat.

Selesai pengguntingan, potongan-potongan kain tersebut masuk ke proses penjahitan. Nah dalam proses ini terdapat istilah obras. Obras berfungsi untuk merapikan jahitan pertama sehingga busana yang dihasilkan jahitannya rapi di dalam dan rapi juga di luar.

Pembuatan satu busana yang dikerjakan oleh siswi SMKN 1 Buduran memakan waktu yang bervariasi tergantung dari kerumitan desain bajunya. Tidak bisa dipungkiri, memang busana yang dihasilkan oleh para siswa SMKN 1 Buduran sangatlah bagus, bahkan tidak kalah dengan busana yang dibuat oleh desainer profesional.

Karya Busana SMKN 1 Busana di Ajang Fesyen

Tak jarang karya-karya mereka dipentaskan dalam perhelatan fesyen baik di wilayah Jawa Timur ataupun di ibu kota seperti Jakarta Muslim Fashion dan Indonesia Fashion Week. Tara menjadi salah satu siswi yang terpilih untuk mendesain busana yang ditampilkan dalam ajang Indonesia Fashion Week (IFW) yang digelar pada tanggal 24 Februari 2023 di Jakarta.

Ia mengerjakan karya tersebut tidak lebih dari satu minggu. Setelah tema didapat ia langsung mengeksekusinya. Tara merasa bahagia karena karyanya tidak hanya dinikmati oleh orang lokal, tetapi bisa ditampilkan dalam ajang bergengsi tersebut.

“Senang sekali, karena tidak nyangka karya saya bisa berangkat ke Jakarta dan dipakai oleh model profesional disaksikan para desainer-desainer hebat. Hal semacam ini membuat saya tertantang untuk meningkatkan kemampuan saya lagi,” ujar Tara.

Buat kalian yang penasaran dengan busana karya SMKN 1 Buduran. Hasil karya siswa SMKN 1 Buduran dijual untuk umum dengan harga yang bervariasi. Karya mereka bisa dibeli melalui offline store yang terdapat di sekolah dan online store dengan merk Ageman. 

Ciptakan Lapangan Pekerjaan

Masih menurut Kusrianah, ilmu yang didapatkan oleh siswa di sekolah kemudian diaplikasikan oleh mereka di luar jam sekolah. Banyak siswa yang telah menerima order dari masyarakat sekitar. Selain itu banyak alumni yang kemudian berwirausaha dengan membuka butik. Para alumni memberikan kesempatan magang bahkan menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. 

Winda, salah satu alumni Jurusan Tata Busana SMKN 1 Buduran yang memutuskan untuk berwirausaha dengan membuka butik bernama Winda Dressmaker pada tahun 2016.

“Saya berasal dari keluarga yang tidak memiliki background penjahit kemudian masuk di Jurusan Tata Busana SMKN 1 Buduran,” ungkap Winda.

Semasa pendidikan ia digembleng dan ditarget untuk mendapatkan customer jahitan. Setelah lulus Winda bekerja di salah satu butik bridal gaun pengantin sembari melanjutkan pendidikan. Winda memiliki keinginan untuk berwirausaha. Berbekal dari ilmu yang telah didapat ketika sekolah dan tempat kerja sebelumnya akhirnya Winda memutuskan untuk membuka butik sendiri. 

Dari awal hingga sekarang peminatnya semakin banyak sehingga jangkauan pasarnya pun semakin luas. Hal ini berdampak pada roda perekonomian yang mana melalui butik ini Winda mempekerjakan karyawan, seperti ibu-ibu rumah tangga yang berumur dan memiliki skills untuk mengerjakan jahitan yang mana pekerjaan tersebut bisa dikerjakan di rumah atau pun di galeri.

“Alhamdulillah, dari ilmu tata busana saya bisa memberikan hal yang bermanfaat untuk sekitar, bisa membuka lapangan pekerjaan. Kami mempekerjakan dari banyak kalangan, salah satunya ibu-ibu rumah tangga berumur,” pungkas Winda. (Aya/NA)