Alumnus Kursus Tata Busana Sukses Membuka Usaha Konveksi dan Berkolaborasi dengan Banyak Merek Fesyen
Cimahi, Ditjen Vokasi - Daerah Bandung dan sekitarnya menjadi salah satu kota pusat fesyen di Indonesia. Para pemilik merek fesyen tersebut pun membutuhkan jasa jahit atau konveksi jahit. Berdasarkan tingginya minat terhadap fesyen, tak heran dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) terampil di bidang tata busana/menjahit. Untuk meningkatkan kompetensi SDM tersebut, pendidikan nonformal melalui lembaga kursus dan pelatihan (LKP) mempunyai peran yang sangat penting.
LKP pun turut menghadirkan alumni sukses sesuai bidangnya, tak terkecuali di bidang tata busana. Lulusan tata busana dapat membuka usaha mulai dari usaha jahit/konveksi, bahkan membuat brand fesyen. Salah satu alumnus dari LKP Dress Making, Cimahi, Jawa Barat yang sudah berkolaborasi dengan banyak merek fesyen ternama di Bandung dan sekitarnya adalah Nuroh Nuraeni.
“Saya membuka usaha jahit Fazri Tailor ketika lulus yaitu 2011. Namun, tahun 2022 kemarin pun saya ikut kursus menjahit kembali di LKP karena ingin meningkatkan kompetensi sesuai dengan tren yang ada,” ujar Nuroh.
Nuroh bercerita bahwa ia dipercaya oleh berbagai merek fesyen, salah satunya adalah Kitsymomo. Berkat promosi dari mulut ke mulut dan akun media sosial, ia pun menjalin kerja sama dengan merek fesyen tersebut.
“Mereka suka dengan hasil jahitan saya karena rapi selain itu juga karena saya lulusan kursus tata busana/menjahit. Jadi, para pemilik merek fesyen tersebut tidak ragu untuk menjahit baju di saya,” ungkap Nuroh.
Berdasarkan penjelasan Nuroh, dalam seminggu ia menerima desain baju dan menjahit sesuai pola yang sudah dibuatnya. Bersama suami dan tiga karyawannya ia bisa menyelesaikan 40—50 pcs baju per minggu berbagai model. Ia pun pernah mendapatkan orderan ratusan pcs dan diselesaikan dalam satu minggu.
Nuroh juga bercerita berkat kolaborasi dengan berbagai merek fesyen, ia dapat menghidupi keluarganya. Ia pun dapat menambah berbagai mesin jahit dan obras untuk keperluan usaha.
Tak mau seperti kacang yang lupa kulit, Nuroh pun tak melupakan jasa LKP Dress Making yang membantunya dalam mengembangkan kompetensi. Ia berbesar hati untuk menjadi instruktur tamu di LKP Dress Making dan memberikan semangat kepada peserta pelatihan.
“Beliau sudah jadi mitra kami dan kontribusi dari beliau yaitu ikut mengajar peserta didik,” ungkap Dewi Fujiwara selaku pemimpin LKP Dress Making.
Menurut Dewi, Nuroh sangat membantu dalam materi pembuatan pola dan kewirausahaan. Dengan begitu dapat memberikan semangat kepada peserta didik untuk menjadi wirausaha, terutama untuk program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) atau program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) sebagai program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.
“Saya senang ikut mengajar di LKP Dress Making dan berkontribusi turut menghadirkan wirausaha baru dan pekerja yang kompeten,” ungkap Nuroh. (Zia/Cecep)