Jajakan ‘Bandung Cheesecuit’, Jebolan SMK Raih Omzet Ratusan Juta

Jakarta, Ditjen Diksi – Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dibekali dengan kompetensi untuk menjadi SDM unggul dan berdaya saing global dibuktikan oleh Taufiq Hidayat. Alumnus SMKN 3 Bandung, Jawa Barat, ini nyatanya mampu membuka lapangan pekerjaan dan menjawab tantangan zaman.

Melalui Bandung Cheesecuit, Taufiq mengembangkan bisnisnya di bidang kuliner sejak tahun 2017 dengan visi menjadi toko dessert olahan keju nomor satu di Bandung. Untuk itu, Taufiq membuat inovasi menu dessert olahan keju yang berbeda, menarik, dan digemari oleh banyak orang. Tidak hanya itu, dengan telaten Taufiq juga berupaya untuk melakukan branding dengan ciri khas olahan keju untuk menjadi salah satu strategi komunikasinya kepada pelanggan.

Upaya yang dilakukan Taufiq tersebut pun berbuah manis. Hingga kini Bandung Cheesecuit sudah memiliki dua cabang toko di wilayah Bandung, yakni di Central Kitchen dan Jalan Lodaya, Bandung.

“Saya mendirikan usaha ini karena ingin membuat lapangan pekerjaan untuk diri sendiri dan orang lain. Alhamdulillah, sekarang sudah memiliki dua cabang, hingga total ada tiga outlet,” tutur Taufiq.

Lahirnya Bandung Cheesecuit ini selaras dengan bidang keahlian yang dipelajari Taufiq saat menempuh pendidikan di sekolahnya, yaitu program keahlian multimedia. Bermula dari membuat inovasi produk makanan yang dianalisis melalui internet, Taufiq pun mulai membuat foto produk yang menarik hingga strategi pemasaran melalui berbagai platform digital.

“Meskipun usaha yang saya geluti di bidang kuliner, tapi tolak ukur lahirnya usaha ini dilatarbelakangi dari ilmu multimedia yang saya pelajari di SMK. Seperti awal mula membuat inovasi produk makanan yang dianalisis lewat internet, kemudian  membuat foto produk yang menarik, membuat logo dan kemasan yang menarik, membuat flyer, memasarkan produk secara digital, mengolah produk organik menjadi konsumsi digital yang menarik, dan tentunya masih banyak lagi ilmu multimedia yang pasti akan terus kita pakai dalam mengelola usaha ini,” terang Taufiq.

Dalam mengembangkan bisnisnya, Taufiq juga melakukan berbagai upaya perencanaan yang matang, seperti menganalisis target pasar, mencari inovasi produk, membuat resep original, memperkenalkan produk, berjualan secara daring, membuka toko offline, serta rutin memasang iklan di media sosial.

Tidak ada hasil yang mengkhianati proses. Dengan kegigihannya mendirikan bisnis di bidang kuliner, Taufiq bahkan sempat meraih omzet hingga Rp150 juta per bulan untuk satu cabang outlet. “Omzet tertinggi yang pernah dicapai kurang lebih Rp150 juta per bulan dari 1 cabang outlet. Biasanya bisa dicapai sebelum dan sesudah Lebaran Idul Fitri,” lanjut Taufiq.

Dalam perjalanannya, tentu Taufiq pernah menemukan kerikil-kerikil yang menjadi hambatannya, seperti bagaimana bisa mempertahankan dan memperkuat branding saat banyak bermunculan produk pesaing. Bahkan sebelumnya, Taufiq juga pernah menjalankan usaha di bidang fotografi wedding service yang digelutinya sambil kuliah. Belajar dari pengalaman tersebut, Taufiq pun mampu mengatasi apa yang menjadi hambatan dalam mengembangkan bisnisnya.

Tak ketinggalan, Taufiq pun berpesan dalam menggeluti sebuah bisnis haruslah terus berikhtiar. “Jangan kejar hidup enak, tapi lupa mati tenang. Maksudnya dalam menggeluti apapun, termasuk menjalankan usaha, kita harus mencontoh Nabi Muhammad SAW, yaitu berikhtiar, menyayangi dan menghormati orang tua, rajin menunaikan zakat, senang bersedekah, serta menjauhi riba agar segala jalan dipermudah,” ujarnya. (Diksi/Tan/AP)