Sritek Palembang : Pencetak Teknisi AC Andal nan Singkat

Palembang, Ditjen Diksi – Bermula mengajar kursus komputer sekitar dua tahun sejak tamat kuliah pada 2002, sosok Ardiansyah memberanikan diri membuat lembaga kursus mandiri. Alhasil, bermodal sisa honor Rp1,5 juta yang dipakai untuk menyewa ruko, lelaki asli Palembang ini pun mulai menata usahanya.

The power of ‘kepepet’ untuk menafkahi diri membuat saya memberanikan diri membuka kursus dengan menyewa ruko lalu memasang plang ‘kursus komputer’, meski komputernya belum ada,” kisah Ardiansyah memulai asal-usul Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja (LPPK) Sriwijaya Teknigraphy (Sritek) di Palembang, Sumatra Selatan.

Hebatnya lagi, awal lembaga kursus tersebut dibuka langsung bekerja sama dengan SMK Pembina. “Karena pada 2004 kursus komputer tengah banyak peminat, maka ruko tiga lantai ini pun terpakai semua untuk pendidikan para pesertanya. Hingga akhirnya pada 2008 namanya menjadi Sriwijaya Teknigraphy dan menambah program jurusan AC (pendingin ruangan),” terang Ardiansyah.

Menurut Ardiansyah, pada 2009 justru jurusan teknisi AC lebih berkembang dibandingkan dengan kursus komputer. Strategi mencari pangsa pasar peserta didik pun mulai dilakoni Ardiansyah dengan menggelar kursus teknisi AC secara gratis. “Jadi, kami berikan kursus gratis selama satu bulan, lalu magang selama tiga bulan. Alhasil, peserta didik mendapatkan sertifikat kursus dan sertifikat magang. Setelah itu kami memberikan kesempatan kepada mereka untuk bergabung atau mandiri,” jelasnya

Strategi itu pun menghasilkan buah manis dengan banyaknya teknisi AC mandiri di Kota Pempek dan sekitarnya yang telah mendapatkan kursus di Sritek secara cuma-cuma. “Malah, kala itu saya jual semua komputer dan fokus untuk membesarkan jurusan teknisi AC,” ujar Ardiansyah.

Wakil Ketua Asosiasi Praktisi Pendingin dan Tata Udara Indonesia (Apitu) DPD Sumsel tersebut menjelaskan, semua industri di bidang AC telah menjadi partner kerja sama, seperti Daikin, Panasonic, dan Sharp. “Makanya, ketika kami mendapatkan PKW dari Kemendikbudristek, perusahaan tersebut langsung bekerja sama dengan turut menyediakan fasilitasnya. Pengajarnya pun berasal dari mereka,” tutur Ardiansyah.

Adapun untuk peserta didik yang berbayar, tambah Ardiansyah, umumnya berasal dari perhotelan untuk melatih para pegawai teknisi AC. “Jadi, yang berbayar biasanya untuk melatih para karyawan perusahaan,” ujarnya.

Seiring berjalannya Sritek yang telah beken dengan kursus AC, kini Ardiansyah berencana akan membuka kembali pelatihan di bidang komputer. “Karena, basic ilmu saya juga komputer. Tetapi, akan didirikan di lokasi berbeda agar keduanya fokus di masing-masing bidangnya. Selain itu, insya Allah di sini akan dijadikan main dealer AC merek Fuji,” pungkasnya. (Diksi/AP)