SMK PK Ciptakan Ekosistem Sekolah Menyenangkan
Yogyakarta, Ditjen Diksi – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) Kemendikbudristek melalui Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha Dunia Industri (Mitras DUDI) kembali menggelar kegiatan dalam upaya peningkatan kompetensi kapabilitas manajerial kepala sekolah. Kegiatan tersebut diwujudkan dalam “Workshop Penguatan Ekosistem Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bagi Kepala SMK Pelaksana Program SMK Pusat Keunggulan (PK) Tahun 2021 Batch 1” di Kota Sleman, Yogyakarta, pada 29 September-1 Oktober 2021.
Dari total 901 SMK pelaksana program SMK PK, 483 di antaranya akan mengikuti workshop yang digelar pada 2021 ini yang terbagi dalam 5 batch pelaksanaan dengan narasumber dari tim Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang dipimpin langsung oleh founder GSM Muhammad Nur Rizal.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto menjelaskan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut komitmen Ditjen Diksi untuk menuntaskan workshop penguatan ekosistem yang telah dilaksanakan di tahun 2020. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan internalisasi bagi kepala SMK, khususnya kepala SMK pelaksana program SMK PK terhadap pentingnya penyiptaan ekosistem sekolah yang menarik dan menyenangkan.
Wikan menjelaskan, kepala SMK memiliki peran penting dalam penyiptaan ekosistem yang menarik, yang sangat mendukung pengembangan diri peserta didik. “Kepala sekolah adalah sosok yang dapat langsung membimbing para guru dan tenaga kependidikan di sekolahnya agar pembentukan ekosistem yang menyenangkan ini dapat terwujud,” tuturnya.
Menurut Wikan, kepala sekolah yang dapat langsung mengajak para guru dan tenaga kependidikan, tentunya akan dapat mengoptimalkan semangat belajar peserta didik. Mereka akan memacu dirinya untuk terus menggali potensi, minat, dan bakatnya. “Dalam penerapan ekosistem yang menyenangkan ini guru dituntut lebih kreatif, mampu mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam menggali potensinya, baik yang terpendam maupun yang sudah terlihat,” terangnya.
Adapun founder GSM Muhammad Nur Rizal juga menjelaskan kepada para peserta bahwa dengan membangun ekosistem baru yang lebih memanusiakan dan memerdekakan anak didik, maka mereka akan merasa memiliki ruang-ruang otonominya sendiri agar bisa membangun bakat, talenta, dan passion dalam proses belajar di sekolah.
“Ekosistem yang menyenangkan ini dibutuhkan karena anak didik akan mempunyai rasa senang di dalam mengikuti proses belajarnya di sekolah,” ujar Rizal.
Rizal menambahkan bahwa dunia sekolah membutuhkan pola paradigma berpikir yang baru, serta ekosistem yang lebih memanusiakan dan memenuhi kodrat-kodrat manusia. Sehingga, “link and match” di masa depan bukan hanya dengan industri, tapi lebih kejuruan yang dimiliki, baik aspek pengetahuan maupun keterampilan yang ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat.
“Di era ke depan kita sedang mendidik anak generasi milenial yang cara berpikir dan cara bertindaknya sangat berbeda dengan para pemandu kebijakan saat ini, termasuk para kepala sekolah. Maka, kita harus melakukan terobosan-terobosan dan cara-cara baru yang sesuai dengan kebutuhan anak didik. Sehingga, peserta didik yang sudah lulus juga dapat mengembangkan UMKM, desa wisata, wiraswasta, dan lain-lain,” pungkas Rizal. (Diksi/RK/AP/KR)