Peserta Tata Rias Pengantin Wajib Tahu, Inilah Unsur dan Filosofi Paes

Peserta Tata Rias Pengantin Wajib Tahu, Inilah Unsur dan Filosofi Paes

Karanganyar, Ditjen Vokasi - Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam, terlebih untuk riasan pengantin. Contohnya saja adalah riasan pengantin budaya Jawa. Berbicara tentang riasan pengantin Jawa, tentu saja yang paling terkenal adalah riasan pengantin Yogyakarta dan Solo. Kedua riasan tersebut berkembang sesuai dengan kebudayaan di masing-masing keraton. 


Salah satu ciri khas yang hampir mirip dari kedua riasan tersebut adalah paes. Serupa tapi tak sama kedua paes tersebut pun memiliki keunikan dan perbedaannya tersendiri. Paes Yogyakarta memakai prodo, sementara paes Solo tidak dan dilukis menggunakan pidih.


Pimpinan LKP Van yaitu Agusvirna Henny Ekosaputri atau biasa disapa Virna mengungkapkan bahwa secara umum paes Yogyakarta maupun paes Solo serupa. Keduanya memiliki unsur gajahan, pengapit, penitis, dan juga godheg. Namun, tahukah kamu bahwa unsur paes tersebut ada filosofinya tersendiri? Berikut adalah pembahasannya.


  1. Gajahan

Gajahan merupakan bagian di paling depan dahi yang melambangkan trimurti/tiga kekuatan dewa. Bentuknya yang paling besar mewakilkan sebuah harapan jika kehormatan dan derajat seorang perempuan ditinggikan ketika dia menikah.


  1. Pengapit

Berada di pinggir gajahan, pengapit ada dua sisi kanan dan kiri gajahan. Tak heran, bentuk ini diibaratkan sebagai pengendali gajahan. Artinya walaupun di dalam rumah tangga terdapat banyak rintangan, pengantin diharapkan selalu berjalan lurus sesuai tujuan yang mulia mempertahankan pernikahan.


  1. Penitis 

Di sisi setelah pengapit, terdapatlah penitis. Penitis ini memiliki makna bahwa segala sesuatu di rumah tangga harus memiliki tujuan dan dijalankan secara efektif. Contohnya adalah seperti urusan mengelola keuangan keluarga. Seperti yang diketahui bersama bahwa masalah keuangan perlulah dikelola dengan efektif untuk memenuhi segala kebutuhan.


  1. Godheg

Di bagian depan telinga atau bagian pelipis kepala terdapat unsur paes terakhir, yaitu godheg. Godheg ini berbentuk melengkung ke arah bawah samping telinga. Berdasarkan filosofinya godheg melambangkan kebijaksanaan. Godheg merupakan pengingat bagi calon pengantin untuk selalu intropeksi diri serta sebuah doa agar pengantin diberi keturunan.


Dari filosofi tersebut, tentunya kita dapat menyimpulkan bahwa paes Solo maupun Yogyakarta adalah warisan budaya yang kaya dan penuh makna filosofis. Filosofi paes mengajarkan kesederhanaan, kesetiaan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui simbolisme dan motifnya, paes Solo mengajak kita untuk lebih menghargai nilai-nilai moral dan mengambil keputusan yang bijaksana dalam berumah tangga. (Zia/Cecep)