Peluang Kekinian di Balik Tren Make Up
Jakarta, Ditjen Diksi - Melihat tren masa kini, tak bisa dipungkiri bahwa kegiatan tata rias merupakan salah satu aktivitas yang kian diminati oleh kaum remaja hingga dewasa. Tren inilah yang kemudian menyebabkan melonjaknya pasar produk kecantikan setiap tahunnya. Produk kecantikan kini bukan hanya dilihat sebagai kebutuhan, namun juga sebagai karya artistik yang membutuhkan skill tersendiri. Alhasil, perkembangan bidang ini juga menjadikan tata rias sebagai pekerjaan yang kian banyak digeluti secara profesional oleh banyak orang.
Salah satunya adalah Suci Utari yang berhasil menjadikan passion yang dimilikinya dalam dunia make up menjadi sebuah pekerjaan yang menjanjikan. Dalam bincang ringannya bersama “Vokasi Kini” pada Jumat (10/07), Suci menceritakan perjalanannya yang berawal dari seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Bogor, menjadi seorang make up artist yang berpengalaman.
Suci yang sudah memulai hobinya dalam bidang tata rias sejak 2011 ini sengaja memilih SMK untuk meningkatkan skill yang dimilikinya. Selain mendapatkan kebutuhan praktik dan teori, menurut Suci, pendidikan di sekolah juga banyak mengajarkan banyak hal yang belum ia ketahui dalam bidang kecantikan.
“Jadi, di sekolah itu kita tidak hanya belajar make up, tapi juga belajar facial, perawatan badan, perawatan badan pascapelatihan, manicure, dan pedicure,” jelasnya.
Usai mengenyam pendidikan di sekolah, Suci pun tidak berhenti mengikuti tren yang berjalan agar kemampuannya terus berkembang. Dalam melakukan upskilling tersebut, dirinya kerap mencari ide dari berbagai laman media sosial. “Saya biasanya lihat Youtube untuk ide make up dan tutorial make up artist, terus saya bikin ulang dan saya share di Instagram,” ujarnya.
Dalam acara yang disiarkan oleh stasiun TVRI ini juga menghadirkan Market Development Executive PT Paragon Technology & Inovation Ajeng Ayu Cahyadita sebagai perwakilan dari sektor industri untuk berbagi cerita, mengenai link and match sebuah industri kecantikan dengan bidang pekerjaan make up artist. Bukannya mengapa, meningkatnya ketertarikan generasi masa kini dalam dunia tata rias tentunya menjadi hal yang juga menguntungkan bagi industri kecantikan.
Ajeng menjelaskan, selaku perusahaan yang bergerak di bidang kecantikan, Paragon turut memberikan dukungan yang beragam, misalnya memberikan beasiswa pada sekolah kejuruan, mengadakan pelatihan ke sekolah, mengundang make up artist untuk bekerja sama, membuat komunitas make up artist, dan melakukan kompetisi untuk terus mengasah kemampuan yang dimiliki masing- masing make up artist.
Ajeng pun mengakui besarnya peran make up artist dalam meningkatkan angka penjualan dan tingkat kepercayaan konsumen terhadap sebuah produk. “Peran perias profesional itu, tentunya sangat penting. Karena dengan perias profesional menggunakan produk tersebut, akan membentuk opini di masyarakat dan meninggalkan kesan tersendiri,” jelasnya.
Namun, selain hard skill, Ajeng juga menambahkan beberapa soft skill yang juga harus dimiliki oleh penata rias agar dapat bersaing dalam bidangnya. Di antaranya adalah kemampuan untuk menggunakan sosial media sebagai marketing, mengumpulkan testimoni klien, dan tetap berhubungan baik dengan klien.
Sedangkan menurut Suci sebagai seorang ahli di bidang tata rias, kemampuan untuk berinteraksi dengan klien juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan agar sukses bekerja dalam industri ini.
Berbekal modal yang hanya sebesar Rp400 ribu, kini Suci mampu bertahan dalam dunia tata rias profesional selama kurang lebih 9 tahun. Tata rias yang dulunya merupakan passion, kini dapat ia jadikan pekerjaan dengan hasil yang menjanjikan. Passion adalah bahan bakar bagi setiap individu untuk terus bergerak produktif.
Seperti yang kerap dikatakan oleh Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto, passion adalah hal yang sangat penting untuk menunjang produktivitas individu. Keberadaan passion dalam menempuh pendidikan kejuruan, serta melakukan upskilling dan reskilling adalah dua poin penting dari sekian banyak program yang diluncurkan pemerintah untuk meningkatkan performa pendidikan vokasi, yang kemudian diharapkan dapat terus melahirkan SDM unggul untuk Indonesia di masa depan. (Diksi/TM/AP)