New TeFa 2021 Tumbuhkan Jiwa Entrepreneurship
Jakarta, Ditjen Diksi – New Teaching Factory (TeFa) 2021 mulai dirilis sejak bulan Maret 2021 dengan mengadakan agenda sosialisasi pembaruan pendekatan dari TeFa sebelumnya. Adapun pada Mei 2021 ini menjadi pembukaan bagi peserta yang ingin melakukan pengajuan proposal TeFa 2021. New TeFa 2021 merupakan program bantuan SMK yang diperuntukkan bagi sekolah yang telah siap untuk mengembangkan produk yang siap produksi sesuai standar mutu industri. Di samping itu, program tersebut juga memberikan kesempatan bagi SMK untuk mendapatkan pendampingan oleh mitra industri yang kompeten.
Pada tahun 2021 ini, TeFa hadir dengan pendekatan yang baru, yakni mengembangkan jiwa entrepreneruship. “Tefa itu jangan diartikan hanya bikin alat terus dijual. Seharusnya tefa berkolaborasi dengan kurikulum. Jangan sampai produk tefa adalah produk yang ingin kita bikin, tapi tidak bisa dihilirkan (dipasarkan),” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto pada webinar New TeFa 2021 (19/5).
Wikan juga menjelaskan bahwa pencapaian keberhasilan yang ingin dicapai adalah lulusan yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja (DUDIKA), memiliki kompetensi yang andal, soft skills yang andal dan hard skills yang terus berkembang, serta jiwa yang mau terus berjuang. Selain itu, pencapaian dari pendidikan vokasi lainnya adalah menghasilkan produk riset terapan, baik melalui tefa (teaching industry) atau project based learning.
Alhasil, pada TeFa tahun 2021, tidak cukup hanya dengan melahirkan produk yang berkualitas, tapi bagaimana bisa memasarkan produk sehingga dapat diterima dan diminati masyarakat. Karenanya, baik kepala sekolah, guru maupun peserta didik SMK perlu memiliki jiwa entrepreneurship.
“SMK itu tidak hanya diajari teknisnya, tapi mental entrepreneurship juga. Jadi, bisa melatih pikiran kritis siswa sehingga dia mampu menghilirkan (memasarkan) produknya ke masyarakat,” tambah Wikan.
Sehingga, guna mencapai keberhasilan dalam TeFa 2021, diperlukan guru yang tidak hanya memikirkan teknis, tapi mampu menjadi coach sehingga dapat melatih perencanaan bisnisnya. Hal itu sejalan dengan apa yang menjadi pendekatan New TeFa 2021 yang tidak hanya berfokus pada apa yang dapat dijual. Akan tetapi, sudah harus berkembang mengenai bagaimana cara agar tefa dapat membangun entrepreneurship pada mindset pada siswa.
Hingga akhirnya, TeFa 2021 ini juga diharapkan dapat menjadi penyemangat yang konkret, yang harus berpikir mengenai hasil akhir tentang siapa yang akan membeli produk. Bahkan, hingga berapa lama usia produk tersebut tetap diminati oleh masyarakat. (Diksi/Tan/AP/KR)