Menjawab Tantangan Zaman dengan Vokasi
Jakarta, Ditjen Diksi – Pendidikan vokasi merupakan salah satu jawaban dari adanya tantangan zaman yang semakin berkembang. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kemendikbudristek berupaya terus memperkuat pendidikan vokasi untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan mampu berdaya saing global.
“Tantangannya yang nomor satu itu, ya memang SDM. Jadi, tidak hanya hard skills, tapi meningkatkan diri karena passion sehingga lulusan vokasi akan menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat,” ujar Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, pada acara talk show oleh Tempo.co (24/5).
Bukannya mengapa, sumber daya manusia menjadi tantangan dalam menghadapi Indonesia menuju bonus demografi pada 2045 mendatang. Karenanya, kualitas SDM unggul perlu untuk terus diasah, terutama pada generasi-generasi penerus bangsa agar nantinya bonus demografi dapat menjadi sebuah peluang baik bagi Indonesia. Hal itu tentunya didukung dengan berbagai upaya, salah satunya penguatan pendidikan vokasi.
Meski sebagian Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) masih mengalami keterbatasan infrastruktur, Wikan menegaskan bahwa segala praktik dari pembelajaran vokasi ini dapat tetap berjalan dengan baik, asalkan dapat menerapkan “link and match” dengan industri.
Dengan adanya “link and match” dengan industri, maka implementasi pendidikan vokasi dapat dilakukan dengan dual system, yakni magang dan bekerja. Bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan vokasi, magang dapat dilakukan tidak hanya satu semester, tapi diperbolehkan hingga dua atau bahkan tiga semester.
Hal itu tentunya menguntungkan juga bagi industri. Sistem simbiosis mutualisme inilah yang dapat diterapkan, jika terjalin “link and match” antara PTPPV dengan industri. Industri merasa diuntungkan karena dapat menghemat biaya perekrutan, dan mahasiswa vokasi dapat semakin terasah kompetensinya. Bahkan, meraka berpeluang untuk lebih mudah dan cepat terserap di industri, dunia usaha, dan dunia kerja. Terlebih, lulusan vokasi ini akan menjadi BMW yang merupakan kependekan dari “Bekerja, Melanjutkan studi, serta Wirausaha”.
“Lulusan vokasi ini akan menjadi BMW. B ini juga terbagi menjadi dua, yaitu B1 sebagai teknisi dan B2 sebagai manajer. Maka dari itu, lulusan vokasi jangan cuma ijazah, tapi sertifikasi kompetensi,” pungkas Wikan. (Diksi/Tan/AP/KR/Teguh Susanto)