Menikmati ‘Busana’ Vokasi via Sajian VR

Menikmati ‘Busana’ Vokasi via Sajian VR

Tangerang, Ditjen Diksi – Senada dengan ajang “Vokasiland” beberapa waktu lalu di Surabaya, Jawa Timur, kali ini Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi kembali menyajikan virtual reality (VR) Mahakarya Adibusana Vokasi yang dihelat di ajang Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2023 pada 20-22 Oktober 2022 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten. “Perbedaannya adalah VR sekarang dilengkapi dengan produk unggulan fashion dari pendidikan vokasi. Yang disajikan adalah produk fashion dari ISI Denpasar, ISWI Fashion Academy, LPK Pison Surabaya, Polimedia Kreatif, SMK NU Banat Kudus, SMK Syubbanul Wathon, SMKN 1 Buduran, SMKN 3 Blitar, SMKN 3 Malang, SMKN 7 Malang, dan Unkris Maranatha,” ujar Riwinoto, pengajar Politeknik Negeri Batam, yang turut mengerjakan produk VR tersebut.

 

Menurut pria yang akrab disapa Riwi tersebut, produk-produk fashion ini ditempatkan pada pulau Borobudur, Prambanan, dan Monas. “Adapun waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan VR sekitar 1 bulan, mulai dari kurasi besar, kurasi detail, dan integrasi dengan VR Mahakarya,” jelasnya.

 

Riwi menjelaskan, pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan produk tersebut adalah tim kurator dari Kementerian Perdagangan dan desainer desain profesional yang menyeleksi produk-produk vokasi. “Kemudian SMK RUS Kudus yang mempunyai peran membuat environment lingkungan 3 dimensi, ISBI Bandung yang mendesain suara/backsound, dan Politeknik Negeri Batam yang membuat program untuk interaksi menggunakan VR,” terangnya.

 

Menurut Riwi, secara umum teknologi yang digunakan kali ini sama dengan Vokasiland sebelummya, hanya konten fashion yang ditambahkan. “Tantangan dalam pembuatan Mahakarya Adibusana Vokasi kali ini adalah penambahan obyek busana yang membuat pengembangannya harus menyesuaikan rute perjalanan di Vokasiland, yakni perubahan rute lama dan pembuatan rute baru dalam bentuk teleport. “Kami harus membuat rute-rute tersebut nyaman dilalui dan mampu memberikan suasana immersif kepada pengguna, ujarnya.

 

Tantangan lain, ujar Riwi, adalah penambahan kristal untuk produk fashion yang harus unik dalam satu pulau dan harus dalam posisi yang tidak terlalu jauh dan dekat antarkristal. Ke depan, sajian VR bakal melakukan pengembangan promosi produk bidang-bidang vokasi yang spesifik, misalnya pertanian, perikanan, dan pertambangan. “Tentunya, pengembangan pulau vokasi bisa lebih besar dan banyak dari yang ada sekarang. Ini membutuhkan usaha yang besar, mengingat banyak sekali bidang keilmuan vokasi yang masih belum dipublikasikan, mulai dari koleksi materi, kurasi, dan integrasi ke Mahakarya Vokasiland,” terang Riwi.

 

Riwi pun berharap, pendidikan vokasi bisa menerapkan teknologi VR dalam proses belajar mengajar agar lebih efektif dan efisien. “Pembuatan modul-modul berbasis VR segera dipercepat. Jadi, ketika teknologi VR sudah sangat terjangkau harganya, pendidikan vokasi sudah siap menggunakannya, bukan baru mempersiapkan,” pungkasnya. (Diksi/AP)