Manfaatkan Limbah Kelapa Sawit, SMKN 1 Tapung Hulu Kembangbiakkan Jamur Merang
Kampar, Ditjen Vokasi – Limbah menjadi salah satu hal yang cukup menyita perhatian kita. Pengolahan limbah yang tepat akan membantu dalam mengurangi pencemaran lingkungan.
Ada berbagai jenis limbah yang terdapat di sekitar kita, mulai dari limbah rumah tangga hingga limbah perkebunan. Sebagaimana diketahui, Pulau Sumatra menjadi salah satu wilayah penghasil kelapa sawit. Setiap hari limbah kelapa sawit yang tidak terpakai selalu bertambah. Alhasil penumpukan limbah pun terjadi yang akhirnya menimbulkan polusi udara dan sebagainya.
SMKN 1 Tapung Hulu, Kampar, Riau melalui Jurusan Agroteknologi Pengolahan Hasil Pertanian pun menjawab persoalan yang terjadi dengan mengolah limbah kelapa sawit menjadi media tanam jamur merang.
Dini Syaiful, guru Jurusan Agroteknologi Pengolahan Hasil Pertanian SMKN 1 Tapung Hulu menuturkan bahwa dalam pemanfaatan tersebut, SMKN 1 Tapung Hulu bekerja sama dengan para pemilik perkebunan kelapa sawit. Setiap hari SMKN 1 Tapung Hulu mendapatkan kiriman limbah kelapa sawit yang kemudian diolah oleh para siswa menjadi media tanam siap pakai. Media-media tanam ini kemudian digunakan untuk mengembangbiakan jamur merang di sekolah.
Jamur merang menjadi salah satu produk unggulan dari SMKN 1 Tapung Hulu. Permintaan akan ketersediaan jamur merang di pasaran cukup tinggi sehingga sekali selam dua pulau terlampaui sembari mengolah limbah-limbah tersebut, SMKN 1 Tapung Hulu pun mengembangkan jamur merang untuk memenuhi permintaan pasar.
“Jamur ini menjadi salah satu bahan lauk pauk yang banyak dicari oleh masyarakat. Bahkan tidak hanya untuk lauk, jamur pun bisa dijadikan sebagai bahan membuat camilan. Tidak heran jika permintaannya selalu tinggi,” ucap Dini.
Dalam membudidayakan jamur di sekolah, seluruh siswa jurusan terkait dilibatkan untuk ikut mengolah, mulai dari membuat media tanam, menanam, merawat, memanen, dan memasarkan. Proses budidaya jamur merang hingga masa panen membutuhkan waktu 11 hari. Jamur merang yang sudah bisa dipanen memiliki ciri-ciri tinggi sekitar 3—6 cm.
Jamur merang yang sudah dipanen kemudian dikemas dan dipasarkan ke masyarakat langsung ataupun diambil oleh para pengepul.
“Memberikan pengalaman tersendiri ya untuk kita karena ada skil-skil lain yang kita dapatkan dari seluruh proses ini. Kita benar-benar harus teliti dalam merawat jamur merang agar bisa tumbuh dengan baik,” ucap Muhammad Rafiansyah, siswa Jurusan Agroteknologi Pengolahan Hasil Pertanian, SMKN 1 Tapung Hulu. (Aya/Cecep)