Maksimalkan Potensi Siswa Jurusan Tata Busana dengan Pembagian 4 Kelas
Sidoarjo, Ditjen Vokasi – Setiap sekolah pasti menginginkan peserta didiknya bisa memaksimalkan potensinya melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Berbagai upaya pun dilakukan untuk bisa mencapai hal tersebut.
SMKN 1 Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur merupakan salah satu SMK Pusat Keunggulan (PK). Salah satu jurusan yang dimiliki ialah Jurusan Tata Busana. Sebagian besar masyarakat mungkin sudah tak asing dengan jurusan ini terlebih karya yang dibuat oleh siswa Jurusan Tata Busana SMKN 1 Buduran sudah sering seliweran di panggung fesyen, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Kualitas siswa yang dihasilkan tak lepas dari program yang diterapkan oleh SMKN 1 Buduran. Untuk memaksimalkan kompetensi siswa Jurusan Tata Busana, SMKN 1 Buduran membagi jurusan ini menjadi empat kelas, kelas garmen, kelas desain, kelas butik, dan kelas industri.
“Pembagian kelas ini tujuannya untuk memetakan potensi dan passion dari masing-masing siswa. Kalau dulu pembagiannya dilakukan di kelas X semester 2 dan sekarang pembagiannya dilakukan di kelas XI semester 1,” ucap Kusrianah, Guru Jurusan Tata Busana, SMKN 1 Buduran.
Ana menerangkan bahwa secara keseluruhan siswa Jurusan Tata Busana harus bisa menggambar, mendesain, membuat pola, menjahit, memahami pengetahuan bahan tekstil dan materi-materi dasar terkait tata busana. Perbedaanya itu terletak pada pendalaman materi yang didapatkan.
Kelas Desain
Untuk siswa yang lebih unggul pada bidang menggambar mereka akan masuk kelas desain. Di sini mereka akan belajar membuat desain secara manual dan menggunakan teknologi.
“Sekarang teknologi berkembang dengan pesat. Untuk siswa kelas desain selain bisa menggambar secara manual di kertas gambar mereka juga akan diajari membuat desain secara digital menggunakan aplikasi CAD 2D, CAD 3D, Ibis Paint, dan aplikasi digital lainnya,” ucap Kusrianah.
Kelas Industri
Dalam kelas industri siswa akan sering bertemu dengan dunia industri. Mereka akan belajar bagaimana melihat kebutuhan busana sesuai pasar industri.
“Untuk kelas industri ini kami berkolaborasi dengan industri Kekean. Kurikulum yang digunakan dalam kelas industri pun kami sinkronkan dengan industri mitra. Siswa sering berdiskusi dengan pihak industri terkait mode-mode busana, apa yang harus dilakukan untuk membaca pasar busana, bahkan kami sering diajak berkolaborasi untuk tampil dalam sebuah pagelaran fesyen,” ucap Kusrianah.
Kelas Busana Butik
Siswa yang memiliki keterampilan menjahit halus akan masuk dalam kelas busana butik. Oleh karena itu siswa yang masuk kelas ini akan lebih banyak belajar terkait teknik jahit halus standar butik.
“Busana butik itu berbeda dengan busana lainnya. Dibutuhkan keuletan untuk menghasilkan jahitan yang halus sesuai standar jahitan teknik butik,” ucap Kusrianah.
Kelas Garmen
Kelas garmen ini diperuntukan untuk siswa yang memiliki keterampilan jahit cepat. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam dunia garmen dibutuhkan kecepatan untuk menyelesaikan jahitan. Meskipun harus selesai dengan cepat, kualitas jahitan juga perlu diperhatikan. Siswa Jurusan Tata Busana yang masuk dalam kelas ini akan belajar lebih dalam terkait teknik menjahit secara cepat untuk menghasilkan jahitan standar garmen.
“Kemampuan siswa itu berbeda, ada yang bisa menjahit dengan cepat, ada yang lebih suka gambar, ada yang fokus dengan tren busana, dan ada yang menjahit dengan lembut. Masing-masing pasti dibutuhkan dalam industri fesyen. Upaya yang dilakukan ini tujuan utamanya untuk membantu siswa memaksimalkan potensi dirinya supaya ke depan bisa bermanfaat dalam mengembangkan kariernya,” ucap Kusrianah. (Aya/Cecep)