Keahlian Spesifik Semakin Dibutuhkan, Ditjen Pendidikan Vokasi Perkuat Kerja Sama melalui Sikerma

Keahlian Spesifik Semakin Dibutuhkan, Ditjen Pendidikan Vokasi Perkuat Kerja Sama melalui Sikerma

Jakarta, Ditjen Vokasi - Tuntutan akan keahlian yang spesifik, adaptif, dan inovatif semakin meningkat di tengah transformasi digital dan revolusi industri 4.0 yang terus berkembang. Oleh karena itu, sistem pendidikan vokasi dituntut mampu menyiapkan lulusan dengan keterampilan teknis yang unggul, sikap profesional, serta kemampuan untuk terus belajar dan berkembang. 


Untuk itulah, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sendiri terus mendorong kerja sama antara satuan pendidikan vokasi dengan berbagai entitas mitra, seperti dunia usaha dan dunia industri (DUDI), pemerintah, dan lembaga internasional. Melalui kerja sama yang solid, satuan pendidikan vokasi diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang relevan dan dinamis untuk menjawab tuntutan pasar tenaga kerja. 


Hal tersebut disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Saryadi, saat memberikan sambutan pada acara “Konsolidasi Sistem Manajemen Kerja Sama (Sikerma)”, di Jakarta, Rabu (18-9-2024). Menurut Saryadi, kerja sama dalam konteks pendidikan vokasi tidak hanya terbatas pada transfer pengetahuan dan teknologi, tetapi juga mencakup peningkatan standar kompetensi serta penguatan ekosistem pendidikan vokasi.


“Inilah mengapa kerja sama yang efektif dan berkelanjutan menjadi salah satu prioritas utama kami di Ditjen Pendidikan Vokasi,” kata Saryadi. 




Ditjen Pendidikan Vokasi, lanjut Saryadi, terus berkomitmen memperkuat hubungan sinergis antara pendidikan vokasi dan berbagai mitra pembangunan untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi sekaligus merespons dinamika kebutuhan tenaga kerja yang kian kompleks. Salah satu langkah konkret adalah pengembangan Sikerma.


“Sikerma dirancang untuk menjadi alat yang komprehensif dalam memfasilitasi, memonitor, dan mengoptimalkan kerja sama antara satuan pendidikan vokasi dan mitra-mitranya. Sikerma bukanlah sekadar platform pencatatan, melainkan sebuah ekosistem kolaboratif yang memungkinkan satuan pendidikan vokasi untuk mengukur dampak dari setiap kemitraan,” ujar Saryadi.




Melalui sistem ini, diharapkan sinergi yang kuat dan terukur serta berkelanjutan antara satuan pendidikan vokasi dengan berbagai entitas mitra dapat terus dilakukan. 


“Kami ingin memastikan bahwa setiap kerja sama yang terjalin memberikan manfaat nyata bagi semua pihak,” tambah Saryadi.


Di sisi lain, Ditjen Pendidikan Vokasi juga mendorong satuan pendidikan vokasi di seluruh Indonesia untuk lebih proaktif dalam membangun jejaring kerja sama, baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini sangat penting agar lulusan vokasi tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan industri. 


Senada dengan Saryadi, anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan, juga menekankan pentingnya kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dengan industri. Belajar dari pengalamannya di industri broadcasting, menurut Putra Nababan, kolaborasi menjadi kunci kesuksesan dalam berbagai hal, termasuk dalam pendidikan vokasi yang selaras dengan industri.


“Keberhasilan pendidikan vokasi harus menekankan kolaborasi antara supply dan demand,” kata Putra Nababan.




Pada kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya keahlian spesifik yang harus dimiliki oleh para lulusan vokasi. Dengan keahlian yang spesifik tersebut, diharapkan lulusan vokasi mudah diserap oleh industri dan tidak lagi menjadi penyumbang pengangguran.


“Lulusan vokasi harus memiliki keterampilan yang spesial, menjadi spesialis, sub spesialis bahkan, super spesialis,” kata Putra.


Selain kolaborasi, Putra juga mengingatkan keterampilan lain yang harus diajarkan oleh para guru di satuan-satuan pendidikan vokasi, diantaranya adalah kemampuan leadership, komunikasi, dan kemampuan untuk berpikir dengan cepat. Dengan kemampuan tersebut, Putra Nababan yakin bahwa pendidikan vokasi akan mampu menjadi penopang perekonomian Indonesia. (Nan/Cecep)