Kampus Merdeka Vokasi Perkuat Sinergi dengan Industri
Jakarta, Ditjen Diksi – Pemerintah melalui Kemdikbud-Ristek kembali menggelar Merdeka Belajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada episode ke-11 ini Merdeka Belajar mengusung tema “Kampus Merdeka Vokasi” yang resmi diluncurkan pada Selasa (11/5).
Pada program Merdeka Belajar episode ke-11 ini ada dua fokus utama yang akan dirilis, yakni dana kompetitif kampus vokasi dan dana padanan kampus vokasi. “Dana kompetitif kampus vokasi nilainya sebesar Rp90 miliar. Dana ini dibatasi untuk dua program, yakni SMK D2 jalur cepat dan prodi yang melakukan upgrade D3 menjadi D4 atau sarjana terapan,” tutur Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim.
Sementara itu dana padanan kampus vokasi memiliki besaran senilai Rp180 miliar. Dana ini merupakan matching fund vokasi yang diperuntukkan untuk tiga program, yaitu pengembangan pusat unggulan teknologi, hilirisasi produk riset terapan, dan start up kampus vokasi yang dibangun bersama dunia kerja.
Adapun Wikan Sakarinto selaku Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi menambahkan, kekuatan program Kampus Merdeka Vokasi adalah penguatan satuan pendidikan vokasi yang mengundang pelibatan yang komprehensif menyeluruh dan mendalam dari industri serta dunia kerja. “Program Kampus Merdeka Vokasi juga sekaligus menjadi akselerator bagi perguruan tinggi vokasi untuk mencapai target kinerja utama dengan melakukan kolaborasi melalui ‘link and match’ dengan industri, civitas akademik, dan pendidikan tinggi, serta seluruh stakeholder pendidikan vokasi,” terangnya.
Harapan dari diluncurkannya program tersebut adalah agar pendidikan vokasi tidak hanya menghasilkan lulusan sebagai pekerja. Akan tetapi, dapat menghasilkan lulusan yang ahli dan terampil, memiliki soft skills dan karakter yang kuat, serta technical skill yang berkembang sepanjang waktu, baik sebagai teknisi yang andal, manajer lapangan yang mumpuni maupun entrepreneur.
Sesuai dengan visi penguatan pendidikan vokasi, adanya program ini juga dirilis untuk memastikan integrasi antara pendidikan vokasi dan dunia kerja menjadi semakin erat. Erat yang dimaksud adalah keeratan dan sinkronisasi dalam mengembangkan program-program yang meningkatkan mutu dari lulusan pendidikan vokasi.
“Goal kita sangat jelas dengan mereka mendapatkan pekerjaan secepat mungkin yang sesuai dan dengan upah yang sesuai. Kita ingin lulusan yang kompeten, produktif, dan kompetitif. Ini yang benar-benar perlu kita transformasikan dari perguruan tinggi atau politeknik,” tambah Menteri Nadiem.
Nadiem juga menjelaskan bahwa Kemdikbud Ristek melalui Direktoran Jenderal Pendidikan Vokasi menyediakan standar 8+i dalam mendukung keberhasilan program melalui “link and match” dengan industri. Standar tersebut mencakup kurikulum “link and match” bersama industri, pembelajaran berdasarkan project based, partisipasi praktisi dan instruktur industri minimal 5 jam per prodi, kewajiban minimal 1 semester untuk magang, lulusan atau dosennya memiliki sertifikasi yang tepat sesuai dengan keahliannya, memastikan dosen atau instruktur secara rutin mendapat update teknologi dan pelatihan dari industri, mempunyai riset terapan yang mendukung teaching factory atau teaching industry, serta komitmen serapan lulusan dalam dunia kerja.
Selain itu, hal penting lainnya adalah menjalin berbagai kemitraan dan kerja sama dengan berbagai stakeholder, termasuk industri-industri yang dilibatkan dalam mebuat keselarasan kurikulum pendidikan vokasi agar sesuai dengan kebutuhan industri. (Diksi/Tan/AP/Adi Sutrisno)