Jadi Alat Komunikasi Kaum Tunarungu, Yuk Mengenal Bahasa Isyarat di Indonesia

Jadi Alat Komunikasi Kaum Tunarungu, Yuk Mengenal Bahasa Isyarat di Indonesia

Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Berkomunikasi dengan berbicara menjadi ciri khas manusia sebagai makhluk sosial. Namun, bagi kaum tunarungu, komunikasi dengan bicara akan menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, untuk menjembatani komunikasi kaum tunarungu, dikembangkanlah bahasa isyarat yang digunakan sebagai media untuk berkomunikasi.


Saat ini, di Indonesia setidaknya mengenal dua bahasa isyarat yang digunakan oleh kaum tunarungu untuk berkomunikasi, yaitu Bahasa Isyarat Indonesia atau Bisindo dan Sistem Bahasa Isyarat Indonesia atau Sibi. Bisindo merupakan bahasa isyarat yang dibuat oleh teman-teman tuli yang divariasikan antara bahasa isyarat ibu yang otentik, dan juga bahasa Indonesia yang disederhanakan.


Sebagai bahasa yang digunakan oleh komunitas penyandang disabilitas pendengaran, Bisindo ini memiliki sistem komunikasi yang unik yang memungkinkan penyandang disabilitas pendengaran untuk berkomunikasi dengan lancar dan efektif. 


Kemunculan Bisindo terjadi secara alamiah di kalangan tunarungu sehingga penggunaannya dalam proses komunikasi sehari-hari lebih mudah. Karena itulah, Bisindo akhirnya ditetapkan menjadi alat komunikasi utama mereka. 


Karena muncul secara alami, penggunaan Bisindo memiliki variasi gerakan yang berbeda-beda di setiap daerah, tergantung dengan budaya Tuli di daerah tersebut. Dalam penggunaanya, Bisindo dilakukan dengan gerakan tangan serta ekspresi wajah dan bahasa tubuh untuk mendukung pemahaman pesan.


Bisindo diperkenalkan dan diperjuangkan oleh almarhum Bapak Siregar sejak 1960. Perjuangan ini dilanjutkan oleh sebuah organisasi Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), yang selanjutnya, kini dikoordinasikan oleh Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo). Pusbisindo tersebut bertujuan untuk memperjuangkan literasi kaum teman tuli dalam bahasa Indonesia melalui Bisindo. 


Sementara itu, Sibi merupakan salah satu sistem bahasa isyarat yang dibuat secara khusus untuk menyesuaikan bahasa isyarat dengan struktur bahasa Indonesia. Sibi dirancang agar lebih mudah dipahami oleh orang-orang yang sudah menguasai bahasa Indonesia lisan, terutama dalam konteks pendidikan formal. 


Jika Bisindo terbentuk secara alami dalam komunitas Tuli, maka Sibi merupakan sebuah sistem bahasa isyarat yang dibentuk oleh mantan kepala Sekolah Luar Biasa (SLB). Pembuatan Sibi diadopsi dari bahasa isyarat Amerika (ASL) dan telah diresmikan oleh pemerintah Indonesia. 


Dalam penggunaannya, Sibi biasanya digunakan pada pembelajaran di SLB. Namun, penggunaan Sibi sebenarnya dianggap lebih sulit oleh Teman Tuli. Ini dikarenakan Sibi mengandung kosakata yang baku dan rumit yang disesuaikan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serta memiliki awalan dan akhiran, berbeda dengan Bisindo yang penggunaannya lebih sederhana. (Dari berbagai sumber/Nan/Cecep)