Inovasi Mahasiswa Poliban Ini Bisa Jadi Solusi Para Pecinta Camping
Banjarmasin, Ditjen Vokasi – Tim mahasiswa dan dosen Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) berkolaborasi membuat inovasi Turbin Uap Mini Berbahan Bakar Biomassa. Inovasi turbin ini dapat berfungsi sebagai pembangkit listrik portabel.
Salah satu dosen pembimbing pada penelitian ini, Teguh Suprianto, mengatakan bahwa ide inovasi ini bermula dari aktivitas camping yang kini tengah marak dilakukan oleh masyarakat sebagai hobi. Para pecinta camping ini biasanya akan mengunjungi dan melakukan aktivitas camping di pegunungan atau daerah terpencil.
Namun, karena lokasi camping yang berada di pegunungan dan daerah terpencil, mereka sulit mendapatkan pasokan listrik untuk keperluan penerangan dan untuk mengisi baterai ponsel mereka.
“Untuk itu kita membuat inovasi dalam menghasilkan listrik dengan sumber daya yang tersedia di hutan, biomassa dan kayu,” kata Teguh.
Menurut Teguh, kedua bahan biomassa tersebut dipilih karena kedua bahan ini dapat dengan mudah ditemukan di hutan dan dapat menjadi salah satu sumber energi alternatif.
Berbeda dengan turbin uap biasanya, Teguh menjelaskan bahwa turbin uap mini biomassa menggunakan prinsip energi uap yang dihasilkan dari pembakaran kayu dan menjadi pembangkit listrik portabel.
Dengan demikian, turbin uap mini menjadi solusi inovatif yang membawa kenyamanan dalam kegiatan camping sambil tetap memperhatikan keberlanjutan alam.
“Inovasi yang kami buat bersama mahasiswa ini juga ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan bakar alami yang melimpah di lingkungan camping,” paparnya.
Sementara itu, mewakili rekan-rekan mahasiswa yang terlibat dalam tim ini, Rahmat Padillah mengatakan bahwa turbin uap mini portabel adalah sebuah inovasi teknologi yang memiliki potensi besar untuk berbagai aplikasi, terutama dalam konteks kegiatan outdoor seperti berkemah dan penelitian lapangan.
“Inovasi ini juga bisa menjadi sumber energi darurat, seperti saat terjadi bencana alam di suatu wilayah misalnya,” terang Rahmat Padillah.
Lebih lanjut, Rahmat menjelaskan bahwa cara kerja dari turbin tersebut adalah dengan memanfaatkan ranting kayu sebagai bahan bakar untuk merebus air di dalam panci. Uap dalam panci yang dihasilkan dari proses merebus tersebut digunakan untuk mendorong turbin berputar. Dengan demikian, turbin tersebut akan menghasilkan arus listrik.
“Selain ranting kayu, sisa serbuk gergaji dan limbah pertanian juga dapat digunakan untuk menghasilkan energi,” ungkap Rahmat.
Oleh karena itu, Rahmat meyakini jika inovasi yang mereka kembangkan ini tidak hanya memberikan kenyamanan saat camping, tetapi inovasi ini juga bisa menjadi solusi bagi masalah lingkungan.
“Dengan adanya turbin uap biomassa, semoga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terutama kalangan muda tentang energi terbarukan dan keberlanjutan lingkungan dan menjadi pemecahan masalah disaat darurat listrik,” tambah Rahmat.
Rahmat dan timnya juga akan akan terus melanjutkan dan mengembangkan penelitian ini untuk membuat turbin yang lebih kuat dan daya yang dihasilkan lebih besar. Dengan demikian inovasi ini tidak sebatas penelitian, tetapi bisa dilanjutkan untuk produksinya. (Poliban/Nan/Cecep)