Ini Strategi Program MBKM di Polinema!

Ini Strategi Program MBKM di Polinema!

Malang, Ditjen Vokasi -- Politeknik Negeri Malang (Polinema) menjadi salah satu politeknik yang sudah mengimplementasikan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ada beragam strategi yang dilakukan, salah satunya melalui penguatan kemitraan strategis bersama dengan industri dan pemangku kepentingan lainnya. 

 

Hal tersebut disampaikan oleh Pembantu Direktur IV Polinema, Ratih Indri Hapsari, saat menjadi pembicara dalam sesi Webinar Agrotalk dengan tema “Strategi Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka di Perguruan Tinggi Vokasi” yang diselenggarakan oleh Politeknik Pertanian Negeri Kupang beberapa waktu lalu. 

 

Menurut Ratih, salah satu yang dilakukan oleh Polinema adalah dengan mendatangkan industri ke dalam kampus. Polinema berupaya untuk menjalin banyak kerja sama dengan banyak industri.

 

Terlebih, menurut Ratih, saat ini integrasi pendidikan tinggi vokasi dan dunia kerja dilaksanakan melalui link and match 8+i. “Tidak hanya MoU yang harus diperbanyak, tetapi MoU yang bisa berdampak terhadap aktivitas lain yang ada di dalam kampus,” katanya.

 

Kerja sama dengan industri dilakukan dalam berbagai skema. Misalnya melalui magang industri yang tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa, tetapi juga oleh para dosen, peningkatan jumlah dan peran dosen/instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja, dan sebagainya.

 

"Kami juga melakukan standardisasi keahlian dosen dengan terus memberikan pelatihan dan sertifikat kompetensi untuk menjamin bahwa para dosen memang telah terstandar,” ujar Ratih.

 

Polinema juga menyelenggarakan kegiatan yang berbasis industri, yakni dalam bentuk teaching factory. Polinema sendiri memiliki sejumlah fasilitas teaching factory yang sudah berjalan, misalnya Jossie yang merupakan produk minuman sari buah dari kegiatan teaching factory Jurusan Teknik Kimia.   

 

Dari sisi kurikulum, juga harus disusun dengan mengutamakan penguatan aspek soft skills dan karakter kebekerjaan untuk melengkapi aspek hard skills yang sesuai kebutuhan dunia kerja. Selain itu, pembelajaran project based learning (PBL) juga diperlukan untuk memastikan hard skills yang disertai soft skills dan karakter yang kuat.  

 

Dari segi persiapan institusi, Ratih juga menekankan pentingnya gugus tim di kampus yang bertanggung jawab khusus terhadap pelaksanaan program MBKM tersebut.

 

"Kita menyinergikan sektor yang terlibat, yaitu akademisi (perguruan tinggi), pemerintah, industri, masyarakat, dan media. Diharapkan, sinergi ini akan mendukung program pengembangan perguruan tinggi vokasi,”  terang Ratih.

 

Saat ini beberapa implementasi program MBKM yang sudah dilakukan di Polinema, meliputi magang industri kemitraan institusi, kelas kerja sama, teaching factory, Google bangkit/decoding, studi independen, Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Kampus Merdeka, dan transfer kredit.

 

Polinema juga menerapkan strategi kemitraan untuk menguatkan MBKM melalui bidang kerja sama, yaitu dengan memperluas kelas atau prodi kerja sama serta meningkatkan partisipasi pada hibah kemitraan bidang akademik dan penelitian, seperti Matching Fund (MF), Competitive Fund (CF), Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR), Praktisi Mengajar, dan Indonesian International Student Mobility Awards Vocational Edition (IISMAVO).

 

“Strategi lainnya adalah dengan memperluas kerja sama luar negeri, penguatan brand image Polinema, penguatan teching factory untuk pembelajaran melalui kemitraan bisnis di unit usaha, penguatan grup riset kolaboratif, penguatan industri bisnis untuk komersialisasi produk inovatif mahasiswa, dan berbagai program kegiatan lainnya, termasuk perbaikan tata kelola dan sistem informasi,” pungkas Ratih. (Diksi/Nan/AP/NA)