Gempa 6,7 SR Tak Ciutkan Nyali ‘Nikahkan’ Vokasi dan DUDI
Malang, Ditjen Diksi – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melalui Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) melaksanakan kemitraan strategis dengan dunia kerja melalui penyelenggaraan forum group discussion (FGD) dalam rangka pendirian SMK Animasi Super dan Pembentukan Rantai Nilai antara pendidikan vokasi dan dunia kerja bidang animasi di Indonesia, serta penerapan Common ASEAN Tourism Curriculum (CATC) bagi SMK di Kota Malang, Jawa Timur (10/4).
Dalam acara ini sempat terjadi insiden gempa bumi yang berkekuatan 6,7 SR. Peserta dan seluruh panitia pun berlarian untuk menyelamatkan diri. Meski demikian, alhamdulillah tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Insiden itu pun tak menyurutkan semangat untuk terus melakukan FGD dengan berpindah tempat ke aula Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Malang yang difasilitasi oleh Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak.
“Karena ini momen yang sangat penting bagi kemajuan kita semua, maka kondisi ini tidak menjadi penghalang untuk kita bergandengan tangan bersama-sama mewujudkan cita-cita bersama,” ujar Emil.
Menurut Emil, Malang sebagai kota kampus, mempunyai modal dasar yang luar biasa sebagai tempat berkumpulnya anak-anak muda yang melahirkan karya-karya kreatif luar bisa. “Malang ini ternyata gudangnya animasi. Jadi, dibutuhkan satu kluster khusus yang di dalamnya ada industri dan institusi pendidikan,” tuturnya.
Kegiatan FGD ini merupakan strategi dalam upaya membangun kerangka studi kelayakan pendirian SMK Animasi Super di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari dan justifikasi peran masing-masing stakeholder terkait dalam pengembangan bidang animasi di Indonesia. Selain menghadirkan narasumber dari pemerintah daerah terkait, kegiatan tersebut bakal melibatkan peserta yang terdiri dari kepala SMK dari jurusan animasi, serta dinas pendidikan dan dunia kerja bidang animasi di wilayah setempat.
“Untuk mendukung industri animasi yang kreatif dibutuhkan suatu ekosistem yang di dalamnya didukung dengan SDM yang berkompeten. Oleh karena itu, kami siap mendukung pengembangan pendidikan vokasi di kawasan-kawasan industri. Adapun di Jawa Timur bekerja sama dengan KEK Shingasari. Kita akan memperkuat SMK-SMK yang existing di sekitar KEK sepagai penomang SDM yang unggul,” ungkap Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto.
Menurut Wikan, saat ini dunia animasi di Indonesia masih belum berkembang secara maksimal. Terlebih, kurangnya sumber daya manusia (SDM) menjadi kendala terbesar dari perkembangan dunia animasi di Indonesia. Karenanya, perlu penguatan “link and match” antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia kerja bidang animasi di Indonesia.
Wikan juga menyatakan komitmennya untuk selalu mendukung upaya peningkatkan kualitas pembelajaran SMK melalui penyelarasan dan kemitraan strategis dengan dunia usaha/dunia industri. Salah satunya adalah implementasi CATC yang telah dimulai sejak tahun 2018. Penerapan CATC diawali oleh 11 SMK pilot project yang harapannya dapat mengimbas kepada seluruh SMK bidang pariwisata di seluruh Indonesia.
“Agar nantinya proses ‘link and match’ antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia kerja dapat berjalan selaras, maka perlu pembentukan justifikasi peran masing-masing, baik pihak kementerian, pemerintah daerah selaku pembina SMK, dan dunia kerja di seluruh Indonesia,” terang Wikan.
Senada dengan Wikan, Direktur Mitras DUDI Ahmad Saufi menyampaikan dari catatan KEK melalui data Asosiasi Game Indonesia (AGI), pemain industri game nasional masih sangat sedikit, hanya ada 15 perusahaan dan 135 tim developer di Indonesia. “Untuk dapat memaksimalkan hal ini, perlu diwujudkan suatu bentuk ekosistem yang saling mendukung antara satuan pendidikan vokasi, dunia kerja bidang animasi, dan dukungan optimal dari pemerintah pusat dan daerah,” tuturnya.
Saufi menambahkan, untuk lebih meningkatkan kompetensi lulusan pendidikan vokasi pada bidang animasi, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, antara lain kurikulum, pelaksanaan praktik kerja lapangan, penyediaan infrasruktur, dan sertifikasi yang didukung oleh dunia kerja. “Melalui kegiatan FGD ini diharapkan akan ada penguatan melalui komitmen bersama untuk mendukung ‘link and match’ satuan pendidikan vokasi, khususnya SMK dengan dunia kerja bidang animasi yang lebih baik lagi,” jelasnya.
Dalam hal penerapan CATC di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan senantiasa bekerja sama dengan pihak terkait dari proses implementasi CATC di Indonesia, mulai penerjemahan skema standar ASEAN sampai dengan sertifikasi, Hal ini tidak dapat tercapai tanpa adanya kerja sama antara Kementerian, BNSP, dan SMK. Sehingga, diharapkan lulusan SMK yang telah menerapkan CATC di Indonesia dapat bersaing dalam bidang perhotelan di lingkup regional ASEAN.
Kolaborasi sekarang juga! Vokasi kuat, menguatkan Indonesia! (Diksi/DN/AP)