Demi Menjaga Kualitas, SMK Restumuning Pertahankan Cara Tradisional dalam Memproduksi “Lengis Tanusan”
Tabanan, Ditjen Vokasi – Di zaman yang serba canggih ini kita terbiasa dimanjakan dengan teknologi modern yang membantu kita dalam menghasilkan sesuatu. Akan tetapi, perlu digarisbawahi meskipun teknologi modern membuat kita lebih mudah, kita juga tidak boleh melupakan teknologi tradisional yang telah membaur terlebih dahulu dengan kehidupan kita.
Teknologi tradisional tidak selamanya buruk karena penerapan teknologi tradisional juga membantu manusia dalam melestarikan lingkungannya. Isu tentang lingkungan menjadi bagian yang penting dalam mewujudkan kehidupan berkelanjutan atau yang biasa dikenal dengan istilah sustainable development goals (SDGs).
Ada banyak cara untuk memperkenalkan teknologi tradisional kepada generasi muda salah satunya melalui kegiatan teaching factory (Tefa). Hal inilah yang dilakukan oleh SMK Restumuning, Tabanan, Bali dalam memperkenalkan teknologi warisan leluhurnya kepada siswanya.
Salah satu produk yang dihasilkan oleh Tefa SMK Restumuning ialah lengis tanusan. Lengis tanusan merupakan herbal oil yang terbuat dari kelapa yang diolah secara tradisional sesuai dengan kebudayaan Bali.
Lengis tanusan merupakan salah satu produk unggulan dari SMK Restumuning. Produk ini pertama kali dibuat di tahun 2019.
“Tahun tersebut kan bertepatan saat kita menghadapi wabah covid ya. Momen di saat kita bingung harus berbuat apa. Akan tetapi, seluruh pendidik dituntut untuk terus kreatif agar pembelajaran bisa tetap berjalan. Akhirnya tercetuslah minyak tanusan ini,” ucap Ni Putu Suwikanti, Kepala SMK Restumuning.
Pandemi covid-19 yang melanda pada waktu itu menjadi titik balik bagi SMK Restumuning untuk memperkenalkan teknologi tradisional kepada siswa.
“Kalau kita mengingat kembali momen tersebut, momen di mana industri-industri dengan teknologi modern tutup secara masif. Orang-orang mulai kembali ke yang alami dan tradisional. Masyarakat lebih memilih produk yang senatural mungkin untuk dikonsumsi. Mereka percaya produk yang dibuat secara tradisional dan masih menggunakan bahan alam itu kualitasnya lebih bagus dan dapat membantu mereka dalam menjaga kesehatan,” ucap Suwikanti.
Lengis tanusan dibuat oleh siswa SMK Restumuning. Produk minyak ini dipilih karena Bali terkenal akan minyak tradisionalnya. Akan tetapi, saat ini kebanyakan minyak Bali yang beredar di pasaran tidak murni sepenuhnya. Ada tambahan bahan lain yang membuat manfaat dari minyak tradisional bali menjadi berubah. Oleh karena itu, SMK Restumuning berusaha untuk menghasilkan minyak tradisional Bali semurni mungkin tanpa adanya campuran bahan yang tidak alami.
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat lengis tanusan ialah kelapa. Sepuluh butir kelapa yang diolah dapat menghasilkan kurang lebih satu liter minyak. Proses pembuatannya yang masih sangat tradisional membuat waktu pengolahan minyak ini menjadi lama. Proses awal hingga akhir bisa memakan waktu hampir satu hari.
“Alasan kenapa kita masih mempertahankan proses tradisional ini adalah untuk mempertahankan tradisi orang Bali. Anak-anak juga perlu mengetahui warisan leluhurnya. Kebanyakan anak sekarang kan tahunya yang serba modern. Kalau mereka tidak kenal yang tradisional maka wujud kecerdasan masa lampau dari nenek moyang kita bisa hilang,” ucap Suwikanti.
Sementara itu, Ni Kadek Mira Arista Dewi Lestari siswa Jurusan Tata Boga SMK Restumuning menjelaskan dalam proses pemasakan untuk menghasilkan setetes minyak mereka menggunakan kayu bakar.
“Masyarakat Bali percaya bahwa dengan menggunakan kayu bakar dalam proses memasak santan dapat menghasilkan minyak yang lebih nikmat. Oleh karena itu, kepercayaan ini tetap kami jaga agar minyak yang kami hasilkan sesuai dengan resep tradisional nenek moyang kami. Rasa dan aroma yang dihasilkan pun unik karena pembuatannya masih tradisional,” ucap Mira.
Minyak kelapa yang telah dihasilkan kemudian dikemas ke dalam botol. Lengis tanusan tidak hanya berfungsi sebagai minyak goreng saja. Para siswa SMK Restumuning juga mengkreasikan minyak kelapa ini dengan mencampurkannya dengan bahan alam lainnya hingga bisa menjadi produk baru seperti minyak rambut dan body oil.
Minyak rambut buatan SMK Restumuning mengandung vitamin E dan asam lemak esensial yang dapat membantu pertumbuhan rambut menjadi hitam dan sehat. Penambahan bunga sandat dan cempaka membuat minyak ini memiliki aroma yang harum.
“Pengguna cukup meneteskan 5—10 tetes minyak ke telapak tangan, oleskan pada kulit kepala lalu biarkan semalaman dan keramas keesokan harinya. untuk hasil maksimal dapat digunakan setiap hari,” ucap Mira.
Kemudian body oil dari minyak kelapa memiliki kandungan antibakteri yang baik untuk kulit yang dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri pada kulit. Selain itu, minyak ini juga dapat melembabkan kulit dan membuat penggunanya rileks setelah dioleskan ke tubuh sebagai massage oil.
Produk lengis tanusan yang sudah jadi kemudian dipasarkan langsung kepada masyarakat umum. Harga yang ditawarkan pun bervariasi tergantung kapasitas kemasan dan variannya.
Menurut Suwikanti, lengis tanusan ini menjadi salah satu produk yang dicari oleh konsumen karena lengis tanusan ini masih terjaga kemurnian minyaknya.
“Bali itu terkenal akan herbal oil-nya, tetapi saat ini telah banyak produk-produk yang telah dicampur sehingga keaslian minyak yang dihasilkan pun tidak murni 100% dan ini juga berpengaruh pada manfaatnya,” ucap Suwikanti. (Aya/Cecep)