Data BPS 2024: Waktu Tunggu Lulusan SMK Bekerja Rata-rata 0—2 Bulan

Data BPS 2024: Waktu Tunggu Lulusan SMK Bekerja Rata-rata 0—2 Bulan

Jakarta, Ditjen Vokasi - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru pada tahun 2024 yang menunjukkan tren positif dalam penyerapan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) ke dunia kerja. Hal ini menunjukan bahwa lulusan SMK kini lebih cepat diterima kerja dengan rata-rata waktu tunggu selama 0—2 bulan. 


Pemaparan hasil data BPS tersebut terangkum dalam kegiatan Bincang Santai dengan Media terkait Berita Resmi Statistik: Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2024 pada Jumat (29-11-2024). Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Ali Said, memaparkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) mengenai Penduduk Usia Kerja Lulusan SMK Setahun yang Lalu Bekerja Setelah lulus Menurut Lamanya Waktu Tunggu (2022-2024).


“Lulusan SMK yang lulus setahun yang lalu memiliki waktu tunggu yang bervariasi, tetapi secara umum paling banyak memiliki waktu tunggu 0—2 bulan,” ungkap Ali. 


Dari data tersebut, Ali menjelaskan bahwa dalam bulan Agustus 2024, terdapat 240 ribu lulusan SMK yang memiliki waktu tunggu 0—2 bulan. Ia pun menilai waktu tunggu merupakan hal yang lazim karena lulusan memerlukan jeda dalam mencari pekerjaan. 


Ali mengungkapkan, “Semakin cepat semakin bagus. Dengan adanya link and match dengan industri menjadi faktor lulusan SMK langsung terserap industri.”


Keberhasilan Transformasi Pendidikan Vokasi di SMK


Dalam kegiatan tersebut, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Tatang Muttaqin, mengungkapkan bahwa hal ini tidak lepas dari berbagai upaya pemerintah dalam memperkuat link and match antara pendidikan vokasi dan kebutuhan industri.


“Kami terus meningkatkan kualitas kurikulum, menghadirkan program magang industri, serta membangun kemitraan dengan perusahaan untuk memastikan lulusan SMK siap kerja,” ungkap Tatang.


Selain program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) dan teaching factory, Tatang pun menerangkan keberhasilan ini pun dipengaruhi oleh kualitas tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan (PTK) melalui Program Upskilling dan Reskilling Guru Vokasi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Tatang menyebutkan, terdapat 7 UPT Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi yang menjadi penyelenggara upskilling dan reskilling sehingga para guru memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar industri.




Tatang menjelaskan, “Program Upskilling dan Reskilling telah membantu 51.904 pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kompetensinya selama periode 2022-2024.” 


Tahun ini program tersebut pun telah menjangkau 14.413 PTK yang berhasil meningkatkan kompetensinya di berbagai bidang vokasi, mulai dari pertanian, kemaritiman, teknologi, elektronika dan otomotif, bisnis dan pariwisata, bahkan guru vokasi bidang seni dan budaya. (Zia/Cecep)