Bantu Petani Melon Blitar, PENS Ciptakan Teknologi “Replon Dashboard”

Bantu Petani Melon Blitar, PENS Ciptakan Teknologi “Replon Dashboard”


Surabaya, Ditjen Vokasi - Inovasi perguruan tinggi vokasi didorong untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. Pengembangan inovasi tersebut difasilitasi pemerintah melalui program Dana Padanan atau Matching Fund. Salah satunya adalah seperti yang dilakukan oleh tim dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan mengembangkan teknologi “Replon Dashboard” untuk para petani melon.


Replon merupakan sistem internet of things (IoT) dan Aplikasi Monitoring Tanaman Melon yang dikembangkan oleh Ronny Susetyoko bersama tim dosen dan mahasiswa.  Prototipe Sistem IoT dan Aplikasi Monitoring Tanaman Melon ini sendiri sudah dihibahkan dan dimanfaatkan oleh para petani melon di Kecamatan Wates, Blitar, Jawa Timur. 


Ketua Program Matching Fund Replon, Ronny Susetyoko, mengatakan bahwa ide pengembangan Replon bermula dari permasalahan yang banyak dihadapi oleh petani melon. Menurutnya, budi daya tanaman nabati seperti melon bukanlah hal yang mudah. 


“Apalagi jika dilakukan dengan metode konvensional, mengandalkan ilmu perkiraan,” kata Ronny.


Menurutnya, di samping permasalahan seputar bercocok tanam, petani melon juga menghadapi sejumlah permasalahan lain, seperti pemasaran yang juga kerap dikeluhkan oleh petani.


“Pertanian merupakan sektor penting di Kecamatan Wates Blitar, dengan produk Melon. Dan, sektor ini membutuhkan sentuhan teknologi mulai dari cara menanam, pemupukan, perawatan, hingga panen dan pemasaran,” ujar Ronny. 


Replon Dashboard terdiri atas Aplikasi Android yang memuat tampilan web untuk login petani dan monitoring, sistem kontrol (rangkaian elektronika) dan sistem sensor tanah serta udara yang dapat membantu pengukuran suhu dan kelembaban udara. 


Untuk menanam melon dibutuhkan kondisi tanah yang kondusif unsur haranya. Melalui sensor tersebut, dapat diukur pula komposisi NPK tanah. Setelah dipastikan kondisi tanah baik, maka tahap berikutnya akan dilakukan penanaman. Pasca-penanaman, tanaman melon akan dimonitor tumbuh dan kembangnya hingga menghasilkan buah. 


Ilham Zulfahmi selaku Ketua Kelompok Tani Republik Melon di Wates mengatakan bahwa kehadiran teknologi ini dapat membantu banyak petani melon dalam mengatasi permasalahan mereka, mulai dari proses penanaman hingga penjualan. 


“Di Kelompok Tani Republik Melon, ada 70-an anggota. Namun, yang sudah masuk ke data base sekitar 50-an, dan rata-rata memiliki banyak masalah dan yang paling menonjol permasalahan produktivitas,” kata Ilham.


Menurutnya, produksi melon dari petani menurun panennya, sementara kebutuhan pasokan tetap harus terpenuhi. Untuk mengatasi hal itu, kadang dilakukan peremajaan tanah melalui penanaman tanaman lombok dan tomat meskipun belum diketahui efektivitasnya.  


Sebagai ilustrasi, pada tahun pertama penanaman di lahan green house seluas 10 m x 50 m, terdapat sekitar 1.000 pohon dengan kapasitas panen 1 buah per pohon dan berat 2 kg. Di tahun kedua mulai menunjukkan adanya penurunan dan di tahun ketiga penurunan pun terjadi antara 30%-50%, dan bahkan ditemui kondisi sama sekali tidak panen.


“Dengan adanya sistem IoT ini, saya berharap dapat meningkatkan produksi melon Kelompok Tani Republik Melon, secara di wilayah ini terdapat 350 bangunan green house, yang dimiliki oleh 70-an orang petani. Mewakili kelompok tani, saya sampaikan terima kasih kepada tim PENS,” imbuhnya.


Pada saat yang sama, dilakukan pula pendampingan alih teknologi kepada perwakilan petani yang hadir pada kegiatan tersebut. Setiap petani yang akan menggunakan prototipe akan didata dan dibuatkan akun. Melalui akun tersebut, petani dapat memonitor kebunnya masing-masing tanpa mengunjungi kebun. Dan, jika sudah tiba masa panen, petani di Kecamatan Wates juga dapat memonitor jumlah dan distribusinya. (PENS/Nan/Cecep)