Saling Terintegrasi, SMK Syubbanul Wathon Kembangkan Produk Tefa Fesyen hingga Merchandise
Magelang, Ditjen Vokasi – Untuk mengasah kompetensi siswa dan memaksimalkan waktu pembelajaran, SMK Syubbanul Wathon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah kembangkan kegiatan teaching factory (Tefa) yang saling terintegrasi antarkonsentrasi keahlian.
SMK Syubbanul Wathon semakin menegaskan eksistensinya sebagai SMK yang berorientasi pada kreativitas dan inovasi. Dengan memperkuat konsep Tefa, SMK Syubbanul Wathon berhasil mengintegrasikan berbagai lini produksi kreatif, mulai dari fesyen, gim, fotografi, hingga merchandise yang semuanya dirancang dan dikelola oleh para siswa.
Melalui Tefa, SMK Syubbanul Wathon menggabungkan proses pembelajaran dengan produksi nyata sehingga siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga terjun langsung ke dalam dunia produksi berstandar industri.
Ada hal yang menarik dari pengembangan Tefa di SMK Syubbanul Wathon di mana SMK Syubbanul Wathon mengintegrasikan produk Tefa dari Konsentrasi Keahlian Tata Busana dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Bidang fesyen menjadi salah satu produk unggulan dari SMK Syubbanul Wathon.
Melalui kegiatan ini, para siswa dilibatkan untuk proses produksi fesyen yang sesuai dengan tren pasar. Mereka juga dilatih untuk menciptakan produk yang tidak hanya modis, tetapi juga memiliki nilai jual tinggi. Ada berbagai produk fesyen yang diproduksi oleh siswa Konsentrasi Keahlian Tata Busana, SMK Syubbanul Wathon, salah satunya ialah mukena dan baju.
Produk yang dihasilkan oleh siswa Konsentrasi Keahlian Tata Busana kemudian dibantu divisualisasikan oleh siswa Konsentrasi Keahlian DKV agar mendukung proses pemasaran. Tidak hanya itu, baju-baju yang diproduksi oleh siswa Tata Busana pun diperindah dengan ornamen-ornamen sablon digital yang dikerjakan siswa DKV.
Kepala SMK Syubbanul Wathon, Sholihin, menyampaikan bahwa konsentrasi keahlian yang ada di SMK Syubbanul Wathon saling bekerja sama untuk mengembangkan kegiatan Tefa yang ada di sekolah. Berbagai hasil fesyen yang diproduksi kemudian disempurnakan dari segi katalog, visualisasi dalam bentuk foto dan video oleh konsentrasi DKV dan Teknik Komputer Jaringan.
“Kolaborasi itu sangat penting karena kita tidak bisa berdiri sendiri. Semua harus jalan dan semua harus maju bersamaan sehingga nanti keluaran sumber daya manusia (SDM) yang disiapkan bisa maksimal. Kami dari pihak sekolah perlu memberikan layanan pendidikan yang optimal untuk mencapai cita-cita yang diinginkan,” ucap Sholihin.
Sementara itu, Nurya Oktaviana, guru Konsentrasi Keahlian DKV, mengungkapkan bahwa kolaborasi antarbidang ini memungkinkan terciptanya produk-produk yang lebih variatif dan inovatif. Misalnya, siswa di bidang fesyen dapat bekerja sama dengan siswa di bidang desain grafis untuk menciptakan motif atau pola pakaian yang unik, sementara siswa di bidang merchandise dapat membantu menciptakan aksesori pelengkap dari koleksi pakaian tersebut.
“Kerja sama lintas konsentrasi keahlian ini akan memancing kemampuan siswa dalam bekerja sama dan memecahkan masalah. Hal ini yang nanti pasti akan ditemui siswa saat sudah benar-benar terjun ke dunia kerja,” ucap Nurya Oktaviana.
Selain fesyen, SMK Syubbanul Wathon juga berfokus pada pengembangan produk merchandise yang mencakup berbagai kategori, seperti kaos kustom, aksesoris, mug, dan suvenir lainnya.
Proses pembuatan merchandise ini melibatkan berbagai teknologi modern, seperti sablon digital, teknik pencetakan 3D, dan lainnya. Para siswa diberikan kebebasan untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam menciptakan desain-desain merchandise yang unik dan menarik.
Hasilnya, produk-produk merchandise yang dihasilkan memiliki kualitas yang mampu bersaing di pasaran. Para siswa juga dilatih untuk melihat peluang pasar sehingga produk yang mereka ciptakan selalu relevan dan diminati oleh konsumen.
Keberhasilan SMK Syubbanul Wathon dalam mengintegrasikan berbagai bidang produksi, seperti fesyen dan merchandise, tidak lepas dari sinergi yang kuat antara para siswa, guru, mitra industri. Mitra industri yang diundang untuk mengajar di sekolah memberikan pengalaman dan pengetahuan tersendiri bagi para siswa untuk melihat dunia usaha dan dunia industri (DUDI) lebih luas. (Aya/Cecep)