POLNEP PERKENALKAN DUNIA PESAWAT TANPA AWAK

Pontianak, Ditjen Diksi -- Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) bersama PT Arah Teknologi Indonesia mengadakan program pelatihan pesawat tanpa awak  di Gedung Inkubator Bisnis Teknologi, Polnep, Pontianak, Kalimantan Barat (9/2). Pada program tersebut, mereka yang tertarik pada dunia penerbangan, khususnya pesawat tanpa awak, dapat ikut belajar dari merakit sebuah pesawat tanpa awak hingga menerbangkannya.

 

Selain itu, mereka juga diedukasi mengenai regulasi-regulasi pengoperasian pesawat tanpa awak, mengingat masih banyak masyarakat yang belum mengetahui regulasi terkait ruang udara.

 

“Program Pelatihan Pesawat Tanpa Awak ini diikuti oleh 12 orang terpilih dari 60 pendaftar yang terdiri atas dosen dan mahasiswa dari Politeknik Negeri Pontianak dan mahasiswa Universitas Tanjungpura serta masyarakat umum. Rangkaian pelatihan direncanakan berjalan selama 3 bulan ke depan,” ungkap Zulfikar, Ketua Inkubator Bisnis Teknologi Polnep.

 

PT Arah Teknologi Indonesia adalah perusahaan rintisan (startup) di bidang pengembangan teknologi tanpa awak yang sejak 2018 merupakan tenant pada Inkubator Bisnis Teknologi Polnep.

 

Penyelengaraan Pelatihan Pesawat Tanpa Awak oleh PT Arah Teknologi Indonesia merupakan bentuk dukungan, sekaligus aplikasi dari Program Kampus Merdeka, Merdeka Belajar, dengan menerapkan pendekatan kegiatan kewirausahaan dan studi/proyek independen lintas disiplin/keilmuan.

 

Di samping itu, Program Pelatihan Pesawat Tanpa Awak juga mengajak mahasiswa/mahasiswi untuk belajar tidak hanya dari kampus. Akan tetapi, mereka juga dapat belajar dari para ahli sesuai dengan keahlian di bidangnya di luar kampus.

 

Lebih lanjut dijelaskan Zulfikar, output dari pelatihan ini nantinya masing-masing dari mereka dapat merakit sebuah pesawat tanpa awak, kemudian menerbangkannya. “Pada Pelatihan ini kami menyediakan fasilitas-fasilitas secara gratis, mengingat alat-alat, bahan, serta spare part pesawat tanpa awak terbilang cukup mahal. Jadi, mereka yang tertarik namun tidak memiliki biaya, tetap dapat belajar di pelatihan ini,” terangnya.

 

Zulfikar juga menjelaskan, kemajuan teknologi yang berkembang pada saat ini membuat kemudahan di banyak hal. Dengan teknologi pesawat tanpa awak dapat menunjang serta mempermudah tugas manusia dalam pengawasan, pengambilan video area, pemetaan, penyiraman tanaman, dan lain-lain.

 

“Tujuan dari diadakannya pelatihan tersebut adalah untuk mengenalkan, melatih, serta mengedukasi anak-anak muda yang tertarik pada dunia penerbangan pesawat tanpa awak. Selain itu, kami berharap ilmu serta pengalaman yang didapat dari pelatihan ini dapat mengembangkan kompetensi, meningkatkan kemandirian dan daya saing angkatan kerja,” tutur Zulfikar.

 

Sebelumnya, Polnep telah memproduksi pesawat tanpa awak yang dinamai Maps VTOL dengan mengusung konsep gabungan dari copter dan pesawat. Menurut Tony yang merupakan alumni Elektro Polnep, Maps VTOL dapat diterbangkan di tempat yang terbatas (tidak membutuhkan landasan) sehingga lebih mudah dioperasionalkan di berbagai kondisi lapangan. Pesawat ini sudah digunakan, antara lain di BPN Provinsi Kalimantan Barat, KLHK, TOPDAM XII, dan para Konsultan di Kalimantan Timur.

 

Ke depan, akan diproduksi lebih banyak lagi Maps VTOL yang dapat terbang selama 50 menit dengan cakupan wilayah 500 ha dan dapat dikontrol pada jarak 15 km, sehingga dapat menghasilkan citra foto udara daerah terpencil, daerah yang tidak ada akses, daerah konflik dan daerah berbahaya.

 

‘Selain itu, Maps VTOL dapat memetakan desa dengan luasan 3.000 hektare dalam waktu satu hari. “Sehingga, diharapkan semua desa di Indonesia bisa dipetakan dan didata sesuai dengan potensi desa masing-masing,” ujar Tony. (Diksi/Erwandi/AP/NA)