Kiprah ‘Rumah Belajar’ Sukseskan Merdeka Belajar

Jakarta, Ditjen Diksi – Satu dekade sudah kiprah Rumah Belajar menjadi platform pembelajaran yang dapat diakses one stop service. Selama 10 tahun, Rumah Belajar mengalami banyak perkembangan dan berbagai transformasi untuk dapat memberikan fasilitas dan layanan belajar terbaik untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Mendikbud-Ristek Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan, cara untuk mencapai kemerdekaan belajar adalah menghilangkan batas-batas waktu dan ruang untuk belajar. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi. Karenanya, Rumah Belajar menjadi langkah strategis yang perlu untuk didukung, terutama pada masa pandemik. Di samping itu, kiprah Rumah Belajar yang telah mengalami transformasi dan progres yang lebih baik telah membantu dalam menyukseskan Merdeka Belajar.

“Portal Rumah Belajar ini merupakan salah satu produk layanan unggulan dari Kemdikbud-Ristek. Sampai hari ini tercatat lebih dari 217 juta kunjungan, dan produk yang ada telah dimanfaatkan oleh lebih dari 20 juta pengguna,” ungkap Nadiem.

Di samping itu, pengembangan terhadap konten pembelajaran yang disediakan oleh Rumah Belajar juga terus dilakukan. Hingga saat ini, telah tersedia lebih dari 5.000 konten pembelajaran, mulai dari video pembelajaran, audio pembelajaran, multimedia pembelajaran, game edukatif, simulasi laboratorium edukatif, bank soal, buku sekolah elektronik, peta budaya, karya sastra, bahkan materi pembelajaran ruang angkasa.

Sementara itu Plt. Sekretaris Jenderal Kemdikbur-Ristek Ainun Na’im mengatakan, Rumah Belajar yang telah diresmikan pada tahun 2011 lalu dapat mendukung pembelajaran di masa pandemik, sehingga risiko learning loss atau proses belajar yang berhenti itu tidak terjadi.

“Selama 10 tahun berkiprah mendukung proses belajar mengajar di sekolah-sekolah, Rumah Belajar telah menyediakan berbagai fasilitas pembelajaran secara daring. Tentu, Rumah Belajar sangat membantu kita, khususnya di masa pandemik untuk proses pembelajaran di era digital,” jelas Ainun.

Terlebih, semakin dibutuhkannya teknologi dalam pendidikan di era industri 4.0 ini, Kemdikbud-Ristek mendukung akselerasi portal pendidikan melalui digitalisasi yang dalam hal ini melalui portal Rumah Belajar. Selain itu, Rumah Belajar juga diperkuat dengan adanya kolaborasi, sinergi, serta dukungan dari berbagai pihak, termasuk guru-guru hebat yang ditunjuk menjadi Duta Rumah Belajar. Hingga saat ini, Rumah Belajar telah memiliki 142 Duta Rumah Belajar yang tersebar di seluruh Indonesia melalui program Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komputer (PembaTIK).

Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh seorang praktisi pendidikan, Bukik Setiawan, bahwa semakin solid komunitas dan interaksi yang dilakukan oleh berbagai pihak, maka akan menjadi kekuatan dari stamina untuk mewujudkan tujuan bersama dalam melakukan perbaikan akselerasi pembelajaran.

“Kehadiran interaksi antarguru, antarmurid, serta antarpara penggerak itu akan sangat menentukan percepatan dari Merdeka Belajar. Kalau interaksi bisa kolaboratif dan saling mendukung, tentu upaya-upaya untuk Merdeka Belajar akan lebih cepat dan masif,” ujar Bukik.

Adapun mengenai Merdeka Belajar, Bukik menjelaskan setidaknya ada tiga prasyarat yang harus dipenuhi agar bisa terwujud, yakni paradigma merdeka, teknologi, serta aspek sosial.

“Merdeka itu bukan berarti bebas, tapi orang yang mengatur sendiri tanggung jawabnya dengan kemampuan dan kecakapannya sendiri. Saya lihat teman-teman PembaTIK ini menjadi potensi untuk menyebarkan paradigma ini. Paradigma ‘merdeka’ tidak bisa berjalan sendiri, dan perlu adanya dukungan dan kolaborasi,” jelas Bukik.

Bukik melanjutkan, teknologi yang dimaksud sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi perwujudan Merdeka Belajar. Dengan Rumah Belajar, harapannya adalah paradigma “merdeka” bisa diakselerasi dan diperluas dengan berbagai teknologi yang disediakan oleh Rumah Belajar. (Diksi/Tan/AP)