Ubah Kesan Kuno Jamu Tradisional, Teaching Factory SMKN 1 Matan Hilir Selatan Kembangkan Jamu Kekinian

Ubah Kesan Kuno Jamu Tradisional, Teaching Factory SMKN 1 Matan Hilir Selatan Kembangkan Jamu Kekinian

Ketapang, Ditjen Vokasi – Menjaga kesehatan adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh masing-masing individu. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga imunitas diri kita. Misalnya adalah dengan mengonsumsi jamu.


Perkembangan zaman yang begitu cepat mendorong lahirnya banyak inovasi produk pada bidang beverage. Inovasi ini tentunya tidaklah salah. Akan tetapi, perkembangan ini juga ikut berdampak pada tingkat peminat jamu tradisional terutama pada generasi muda.


Sebagian besar anak-anak muda lebih suka mengonsumsi minuman masa kini, seperti coffee latte, boba, dan minuman kekinian lainnya. Padahal minuman tersebut mengandung lebih banyak gula dan kafein yang tentunya jika dikonsumsi secara berlebihan tidak baik untuk tubuh.


Melihat gaya hidup seperti ini, SMKN 1 Matan Hilir Selatan, Kalimantan Barat mencoba membuat produk minuman kekinian yang bagus untuk kesehatan. Mengingat di daerah Matan Hilir banyak tumbuh tanaman obat keluarga, akhirnya melalui kegiatan teaching factory (Tefa) SMKN 1 Matan Hilir Selatan pun membuat minuman jamu kekinian. 


“Di sini itu tanaman seperti jahe, kunyit, sereh banyak sekali, bahkan masyarakat juga membudidayakannya. Nah, melihat banyaknya tanaman ini kan sebenarnya peluang baik karena kita tidak perlu jauh-jauh mencari bahan dasar. Kita tinggal beli tanaman tersebut dari masyarakat sekitar. Sekarang kita tinggal mikir bagaimana pengolahannya agar menjadi produk yang banyak penggemarnya,” ucap Farhannyza Syebant, guru Produktif SMKN 1 Matan Hilir Selatan.


Produksi jamu kekinian dimulai pada tahun 2021 saat pandemi covid masih melanda. Momen ini merupakan waktu yang bagus karena pada saat itu semua orang berlomba-lomba untuk menjaga imunitas agar tetap sehat. 


Berbeda dari jamu kekinian lainnya, SMKN 1 Matan Hilir Selatan mencoba membuat inovasi lain agar peminat jamu tersebut tidak hanya dari orang-orang yang berusia lanjut saja, tetapi bisa menarik minat anak-anak muda. 


“Kita bikin kafe dengan menu utamanya adalah jejamuan. Tempat tersebut dibangun di tengah-tengah kota agar strategis. Seperti yang kita tahu bahwa tren anak-anak sekarang itu sukanya nongkrong entah itu buat nugas ataupun aktivitas lainnya. Adanya kafe ini itu menjadi peluang yang besar karena menjadi salah satu tempat yang bisa dituju,” ucap Farhannyza.


Semua produk ini mulai dari produksi hingga pemasaran diolah oleh siswa Jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) SMKN 1 Matan Hilir Selatan. Produk jamu yang diberi merk Herbal Healthy ini ada banyak ragamnya. Ada produk yang siap untuk diminum, serbuk, dan ada yang berbentuk seperti teh. Dalam sebulan, penjualan produk jamu bisa mencapai lebih dari 100 botol dengan harga jual mulai dari 10 ribu. 


“Sebagai pendidik kita ini wajib untuk mengarahkan siswa agar bisa mandiri salah satunya adalah dengan mengajarkan siswa untuk berwirausaha. Melalui kegiatan ini siswa bisa belajar bagaimana mengolah produk, bagaimana menyervis konsumen, dan bagaimana berbisnis. Harapannya nanti siswa lebih banyak memilih untuk berwirausaha. Selain bermanfaat untuk dirinya sendiri dengan berwirausaha secara tidak langsung mereka sudah membuka lapangan kerja,” ucap Farhannyza.


Sementara itu, Heleni Darmawati Safitri, siswa Jurusan APHP, yang ikut terlibat dalam pengolahan jamu tersebut merasa senang karena dengan adanya unit produksi tersebut, ia bisa mengaplikasikan secara langsung ilmu yang telah didapatkan di kelas.


“Senanglah, kita bisa belajar bisnis dengan memanfaatkan tanaman yang tumbuh di sekitar kita dan bisa melihat sebenarnya apa sih yang diinginkan. Kemudian produk yang kita buat kan ini dasarnya adalah jamu tradisional cuma dikemas secara modern saja. Selain enak minuman ini juga menyehatkan badan,” ucap Safitri. (Aya/Cecep)