Transformasi Pendidikan Vokasi Kemaritiman ala SMK Perikanan dan Kelautan Puger

Transformasi Pendidikan Vokasi Kemaritiman ala SMK Perikanan dan Kelautan Puger

Sejak 2015 SMK Perikanan dan Kelautan Puger terus bertransformasi melalui pembelajaran berbasis teaching factory (tefa), mulai dari aneka olah hasil ikan dan laut, kapal penangkap ikan fiberglass, hingga terbaru tambak udang vaname.

 

Jember, Ditjen Vokasi - Udang vaname (litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan di Indonesia saat ini. Sebaran produksi udang jenis ini tidak hanya terpusat pada daerah sentra produksi seperti Lombok saja, tetapi juga menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Salah satunya adalah Kabupaten Jember, Jawa Timur. 

 

Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Daerah Kabupaten Jember memang giat melakukan pengembangan budi daya udang vaname sebagai salah satu komoditas unggulan mereka. Ketersediaan lahan untuk budi daya yang sangat luas dan belum dimanfaatkan serta potensi pasar udang vaname yang tinggi menjadi alasannya.

 

Di sisi lain, pemerintah juga menargetkan peningkatan ekspor udang hingga 250 persen di tahun 2024 mendatang. Sementara itu, sektor perikanan tangkap juga kian menurun karena banyak faktor. 

 

Kami akan support SDM (sumber daya manusia) pesisir karena salah satu kendala terbesar saat ini adalah kurang ada percepatan untuk sumber daya manusia pesisir yang dapat mengelola sumber daya alam pesisir yang ada. Dengan mengembangkan SDM, masyarakat pesisirlah yang akan mengelola sendiri sumber daya alam mereka. Tidak ada investor asing, kata Kepala SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Kuntjoro Basuki, mengenai alasannya mengembangkan teaching factory budi daya tambak udang vaname. 

 

Udang vaname sendiri merupakan salah satu jenis udang idola para pembudi daya. Jenis udang ini memiliki karakteristik spesifik, salah satunya memiliki keberlangsungan hidup yang tinggi karena mampu hidup pada kisaran salinitas yang luas, mampu beradaptasi dengan lingkungan bersuhu rendah, dan memiliki ketahanan yang cukup baik terhadap penyakit. Kontribusi jenis udang ini juga cukup tinggi terhadap volume ekspor, yakni mencapai 85 persen. 

 

Masyarakat Jember dan sekitarnya banyak yang mulai membudidayakan udang ini. Akan tetapi, mereka rata-rata masih petani budi daya tradisional, belum memakai teknologi. Kalau yang pakai teknologi biasanya investor karena teknologinya memang cukup mahal, Kuntjoro menambahkan. 

 

Melihat potensi udang vaname yang tinggi di Jember, Kuntjoro pun merintis tefa budi daya udang vaname sebagai salah satu tefa untuk Program Studi Agribisnis Perikanan Payau Laut. Ia menggandeng PT Istana Cipta Sembada yang sudah bermitra lama dengan sekolah.

 

Melalui program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (SMK PK SPD) 2022, SMK Perikanan dan Kelautan Puger merintis pembangunan tefa tambak udang vaname di Dusun Jeni, Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Jember.  Nilai investasi tambak ini mencapai Rp3,5 miliar yang berasal dari pemadanan industri dan juga pemerintah.

 

Tefa berupa budi daya udang vaname ini memanfaatkan lahan tidur milik warga di dusun tersebut. Lokasinya berada di sebelah utara jalur lintas selatan Jember sehingga lahan atau tambah tersebut dipastikan tidak berada pada sepadan pantai.

 

Oleh mitra industri, lahan tidur milik warga ini dibeli dan diwakafkan kepada Yayasan Pendidikan dan Pondok Pesantren Darsul Bihar Jember yang menaungi SMK Perikanan dan Kelautan Puger. Selain dibeli ada juga lahan yang disewa dari warga sekitar lokasi tambak.

 

Jadi, kami mencoba untuk memanfaatkan sumber daya alam pesisir yang selama ini kurang termanfaatkah oleh warga. Kami coba kembangkan lahan tidur ini menjadi lebih produktif dengan tefa ini, kata Kuntjoro. 

 

Rencana pembangunan tefa ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Namun, niatan tersebut urung terealisasi hingga akhir sekolah mendapatkan bantuan program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan 2022. 

 

“Kepada semua pihak, kami mengungkapkan terima kasih dan apresiasi atas dukungan kepada SMK Perikanan dan Kelautan Puger. Selama 22 (dua puluh dua) tahun ini kami terus berjuang untuk bertransformasi untuk melahirkan SDM kemaritiman yang unggul,” kata Kuntjoro. 

 

Tefa berupa tambak udang vaname ini memiliki 3 kolam produktif dengan luas ketiga kolam 4.823 m2. Daya tampung udang pada kolam pertama sejumlah 255.300 ekor, kolam kedua sejumlah 255.300 ekor, dan kolam ketiga sejumlah 212.850 ekor. Jika ditotal tambak tersebut mampu menampung setidaknya 700.000 ekor udang. 

 

Dari jumlah tersebut, potensi keuntungan untuk estimasi produksi per musim sebanyak 14.469 kg (14,4 ton) atau Rp1.125.160.443,00. Biaya produksi per musim senilai Rp809.000.000,00 dan jumlah laba per musim senilai Rp315.000.000,00 dengan masa panen 90120 hari. 

 

Seluruh proses produksi budi daya tambak udang ini akan melibatkan para siswa secara langsung. Bahkansejak persiapan lahan, persiapan wadah, sampai persiapan media, para siswa juga sudah dilibatkan secara langsung. Para siswa juga akan dilibatkan pada proses budi daya, panen, pascapanen, dan pemasaran. Tambak udang ini sendiri diperkirakan akan panen perdana pada April mendatang.

 

Tidak hanya memiliki tambak yang memadai, tefa ini juga dilengkapi dengan dua laboratorium, yakni kualitas air yang akan melakukan riset-riset bagaimana pengolahan limbah cair yang ideal dari kegiatan budidaya ini. Laboratorium lainnya adalah laboratorium hama dan penyakit yang akan menjadi pusat penelitian untuk hama dan penyakit pada kegiatan budi daya tambak udang. 

 

Kami bekerja sama dengan Pusat Studi Pesisir dan Kelautan, Universitas BrawijayaMalang sebagai pendamping pembelajaran. Ini akan menjadi salah satu pusat penelitian akuakultur pertama di Indonesia, kata Kuntjoro menambahkan. 

 

Pemberdayaan Masyarakat 

 

Keberadaan teaching factory (tefa) di SMK Perikanan dan Kelautan Puger tidak hanya menjadi tambak seperti pada umumnya. Selain sarana pembelajar untuk mendukung kompetensi lulusan, tambak ini juga memiliki nilai tambah lainnya, yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir 

 

Menurut Kuntjoro, akan banyak kompetensi yang terlatih melalui tefa ini. Kuntjoro menyebut setidaknya tiga dari lima program keahlian yang ada di SMK Perikanan dan Kelautan Puger akan terimbas dalam kegiatan tefa ini. Yang sudah pasti adalah Agribisnis Perikanan, Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan, dan Teknikal,” kata Kuntjoro. 

 

Dengan demikian, Kuntjoro yakin bahwa ikhtiar untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM kemaritiman, kelautan, dan perikanan melalui tefa bisa terwujud. Para lulusannya dapat mengisi sektor industri budi daya yang membutuhkan banyak tenaga kerja, mulai dari kegiatan praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi.

 

“Dengan bekal yang kami berikan selama belajar, para lulusan kami tentu bisa merancang sendiri masa depannya, apakah ingin berwirausaha dengan menjadi pembudi daya atau ingin bekerja di sektor budi daya, seperti pada bidang pengolahan, pendistribusian, dan sebagainya. Semua kompetensi sudah kami bekali di tefa yang memang sudah sangat relevan dengan industri, kata Kuntjoro.

 

Tidak hanya kompetensi siswa, keberadaan tambak udang ini juga bermanfaat dan berdampak luas pada masyarakat, baik sebagai percontohan tambak di sekitar dan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat pesisir. Bersama para mitra, SMK Perikanan dan Kelautan Puger akan melakukan pendampingan terhadap masyarakat sekitar, khususnya para pembudi daya udang yang masih tradisional. Mereka akan didampingi dalam hal penggunaan teknologi sehingga bisa bertumbuh menjadi pembudi daya yang lebih modern. 

 

Melalui SMK kami juga akan melakukan pelatihan-pelatihan bagaimana budi daya udang yang akan kami lakukan bersama mitra. Kami juga akan membantu masyarakat untuk mengakses permodalan atau bantuan-bantuan bagi para petani pembudi daya, kata Kuntjoro. 

 

Dengan berbagai apa yang diupayakan, Kuntjoro yakin bahwa keberadaan SMK Pusat Keunggulan tidak hanya akan memberi manfaat bagi sekolah, tetapi juga kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar sekolah.

 

Sebagai informasi, SMK Perikanan dan Kelautan Puger merupakan salah satu SMK Pusat Keunggulan di sektor kemaritiman. Sejak 2015 sekolah ini sudah menerapkan pembelajaran berbasis tefa pada kompetensi keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan (APHP)Hasil produksi dari kompetensi keahlian APHP berupa olahan hasil ikan dan laut, di antaranya adalah abon, stik ikan, dan bakso ikan yang dijual di outlet SMK, melalui online, dan jaringan OPOP (one pesantren one product).

 

SMK Perikanan dan Kelautan Puger kembali membuka tefa berikutnya pada 2021 saat mereka ditunjuk sebagai pelaksana SMK Center of Excellence (CoE) dan berlanjut menjadi SMK Pusat Keunggulan. Sekolah ini membuka tefa dan memproduksi kapal penangkap ikan berbasis fiberglass yang dikerjakan oleh taruna kompetensi keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan dan taruna kompetensi keahlian Desain dan Rancang Bangun Kapal

 

Tefa tersebut menggandeng PT Samudra Sinar Abadi Shipyard (PT SSA), Surabaya sebagai mitra industri serta Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan Fakultas Teknik Perkapalan, Universitas Jember sebagai perguruan tinggi pendamping program. Hingga September 2022, setidaknya sudah terjual 4 (empat) buah kapal dan kini sedang dalam proses produksi Kapal Wisata Bottom Glass pesanan PT Bank Mandiri Indonesia. (Diksi/Nan/NA)