Tepung Putak, Inovasi Pakan Ternak Unggas Politeknik Pertanian Negeri Kupang dari Limbah Batang Pohon
Kupang, Ditjen Vokasi – Demi menekan harga pakan ternak unggas di Nusa Tenggara Timur (NTT), dosen Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang menciptakan inovasi pakan dari limbah batang pohon gebang.
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam produksi unggas. Upaya harus dilakukan untuk mengurangi biaya pakan dan meningkatkan keuntungan bagi peternak NTT. Salah satu cara yang bisa dilakukan ialah melalui pemanfaatan bahan pakan alternatif.
NTT merupakan salah satu wilayah penghasil pohon gebang. Pohon ini tumbuh secara liar di kawasan NTT. Akan tetapi, pemanfaatan pohon ini belumlah maksimal karena masyarakat NTT menganggap pohon ini hanyalah limbah. Padahal, hampir seluruh bagian pohon termasuk batang, daun, dan buahnya bermanfaat bagi manusia dan hewan.
Oleh karena itu, dosen Jurusan Peternakan Politani Kupang, Catotjie Nalle, melakukan inovasi dengan memanfaatkan batang pohon gebang sebagai alternatif bahan pakan ternak.
“Batang pohon gebang di sini hanya dibiarkan saja sehingga saya berpikir mengapa tidak kita manfaatkan untuk membuat bahan pakan pengganti jagung. Apalagi, harga jagung di sini sedang tinggi sehingga pemanfaatan batang pohon ini bisa menekan biaya pakan ternak,” ucap Nalle.
Satu pohon gebang dapat menghasilkan sekitar 8 hingga 10 batang kayu dengan panjang 70 cm dan diameter 60 cm. Menurut Nalle, satu pohon gebang dapat menghasilkan 1.140,5 kg empulur basah. Satu kg empulur basah dapat menghasilkan sekitar 0,438 kg putak. Dengan demikian, satu pohon gebang dapat menghasilkan 499,54 kg putak yang dapat digunakan sebagai pakan unggas.
Sagu atau putak dibuat dari inti batang pohon gebang yang diperoleh dari lima lokasi berbeda di Timor Barat. Proses pembuatan putak dari empulur pohon gebang dilakukan dengan beberapa tahapan yakni batang pohon gebang dipotong menjadi 8—10 batang kemudian empulurnya dikeluarkan. Batang empulur yang berbentuk bulat dipotong kecil-kecil. Sebelum digiling dengan hammer mill, empulur basah dijemur selama dua hari untuk menghilangkan serat yang keras dan tidak tercerna.
Kandungan gizi yang terdapat pada putak cukup tinggi. Putak kaya akan ekstrak bebas nitrogen (73,68%), namun miskin protein kasar (2,15% hingga 3,66%). Kandungan serat deterjen netral pada putak berkisar antara 18,87% hingga 26,75% dibandingkan dengan 36,53% pada jagung kuning. Nilai energi metabolis semu putak sebesar 10,67 MJ/kg DM. Putak dapat dimasukkan ke dalam pakan starter ayam pedaging hingga 20% tanpa efek merugikan apa pun.
“Pemberian pakan yang mengandung serat tinggi akan meningkatkan viskositas usus, populasi mikroba patogen, dan menurunkan aktivitas enzim pankreas dan daya cerna nutrisi. Peningkatan populasi mikroba patogen akan berdampak negatif terhadap kesehatan usus dan kinerja pertumbuhan,” ucap Nalle.
Selain itu, kandungan pati yang terdapat dalam putak juga cukup tinggi yakni 59,12 hingga 69,32 g/100 DM. Pati merupakan komponen karbohidrat utama dalam putak. Kandungan pati dalam putak hampir sama dengan kandungan pati jagung, yaitu berkisar antara 61 hingga 78 g/100 g. Kandungan pati dalam sagu menjadi sumber energi yang penting bagi hewan.
Tepung putak yang telah dihasilkan kemudian diuji cobakan pada ayam broiler di salah satu peternakan di NTT. Dari hasil uji coba tersebut didapatkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada unggas yang diberi pakan dasar putak selama periode pertumbuhan 28 hari. Peningkatan ini disebabkan oleh tingginya konsumsi pakan dari pakan dasar tersebut. Peningkatan konsumsi pakan pada kelompok unggas yang diberi pakan basal putak kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti warna, tekstur, dan rasa pakan basal putak.
“Unggas itu lebih tertarik dengan pakan yang berwarna seperti merah dan hijau. Warna tepung sagu adalah kemerahan sehingga jika dicampur dengan bahan pakan lain kemudian dipelet akan menghasilkan warna pelet yang lebih cerah,” ucap Nalle.
Saat ini, tepung putak inovasi Politeknik Pertanian Negeri Kupang belum diproduksi dalam skala besar. Namun, setelah alat-alat pendukung telah siap semua, tepung putak ini akan diproduksi dan didistribusikan untuk masyarakat umum.
“Tepung putak mempunyai potensi untuk digunakan sebagai bahan pakan unggas karena kandungan pati, daya cerna, dan palatabilitasnya yang tinggi. Dari segi ekonomi, harga putak lebih murah dibandingkan harga gabah jagung. Adanya tepung putak ini diharapkan mampu menekan biaya pengeluaran untuk pakan ternak,” ucap Nalle. (Aya/Cecep)