Tak Hanya DUDI, Riset Vokasi Harus Responsif pada Kebutuhan Pemda

Tak Hanya DUDI, Riset Vokasi Harus Responsif pada Kebutuhan Pemda

Surabaya, Ditjen Vokasi - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi terus mendorong perguruan tinggi vokasi  untuk lebih responsif terharap kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan pemerintah daerah (Pemda), baik kabupaten/kota maupun pemerintah provinsi (Pemprov) melalui riset-riset terapan yang dilakukan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sendiri telah menyiapkan ekosistem kolaborasi melalui Kedaireka dan program Matching Fund untuk menghasilkan riset-riset terapan yang diperlukan oleh DUDI serta Pemda. 

 

Mengapa Kemendikbudristek meluncurkan Kedaireka dan Matching Fund? Karena kami ingin membangun ekosistem kolaborasi riset inovasi. Kami ingin riset-riset perguruan tinggi vokasi lebih mendengarkan kebutuhan industri dan juga Pemda, kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, saat menutup kegiatan Matchmaking Innovation Forum x KeRIs BUMN di The Westin Hotel Surabaya, Rabu (14/12).

 

Diakui Kiki, sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi, kegiatan penelitian bagi perguruan tinggi merupakan kewajiban sekaligus tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Sementara itu, tujuan penelitian yang dilakukan oleh industri lebih berorientasi pada masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan performa perusahaan dan meningkatkan profit bagi usaha mereka.  

 

Melalui Kedaireka kami ingin membalik ide-ide yang dibangun. Menggali ide yang menjadi dasar dari penelitian ini harus berdasarkan kebutuhan industri atau permasalahan-permasalahan dan kebutuhan dari pemerintah daerah yang ada di seluruh Indonesia, kata Dirjen Kiki.

 

Dengan demikian, lanjut Kiki, riset-riset terapan yang dilakukan oleh perguruan tinggi vokasi akan mampu menghasilkan produk ataupun karya yang inovatif, bermanfaat, dan bermakna bagi pemerintah daerah maupun bagi industri. Ini dikarenakan riset-riset terapan vokasiberhasil menjawab permasalahan riil yang dihadapi industri maupun pemerintah daerah. 

 

Pada kesempatan tersebut, tak lupa, Kiki juga menekankan pentingnya kolaborasi untuk menghasilkan karya-karya yang inovatif. “Dengan kolaborasi, kita bisa segera membangun bangsa dan negara Indonesia yang mandiri dan berdaya saing. Ingat bahwa tidak ada inovasi tanpa kolaborasi, kata Kiki berpesan. 

 

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang ikut hadir dalam penutupan acara mengatakan bahwa perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam mendukung dan mengembangkan riset dan teknologi yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah, utamanya yaitu riset dan teknologi yang terkait dengan pelayanan terbaik untuk publik dan juga untuk membantu menyejahterakan masyarakat daerah. Terlebih, Pemprov Jawa Timur memiliki jumlah penduduk cukup besar dengan cakupan wilayah yang juga sangat luas.

 

Sudah saatnya perguruan tinggi dan instansi pemerintah daerah untuk saling bekerja bersama-sama untuk menjawab persoalan dan bisa membantu masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya, kata Emil. 

 

Pemprov Jawa Timur sendiri, menurut Emil, sejak awal sangat mendorong karya-karya inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi, khususnya dalam menggairahkan bidang penelitian dan inovasi untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah diwujudkan melalui program Belanja Inovasi (Belanova).

 

Salah satu yang terbaru adalah kerja sama antara Pemprov Jawa Timur dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk meningkatkan pembangunan program Satu Data (SATA) Jawa Timur. “Sebelumnya, juga ada Disinfektan Permanen Antivirus CoFilm, Disinfectant Coating Antivirus yang juga dikembangkan ITS, kami aplikasikan di Gedung Negara Grahadi,” kata Emil.

  

Sebagai informasi, Matchmaking Innovation Forum x KeRIs BUMN sendiri merupakan sebuah forum yang bertujuan untuk mempertemukan antara sejumlah perusahaan  BUMN dengan para inovator dari perguruan tinggi akademik maupun perguruan tinggi vokasi, termasuk dengan pengusul penerima program Matching Fund 2022. 

 

Mengusung tema “Indonesia Innovation Outlook 2023: Penguatan Kolaborasi Riset & Inovasi Strategis yang Berkelanjutan, Matchmaking Innovation Forum x KeRIs BUMN menghadirkan 50 BUMN, 11 perusahaan, 25 pengusul penerima Matching Fund 2022, serta 100 inovator, di mana 16 inovator berkesempatan memaparkan inovasinya di hadapan indusri. Acara ini sendiri dibuka oleh Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek yang hadir secara daring dalam kegiatan tersebut. (Diksi/Nan/NA)