SV Undip Kembangkan Kapal HDPE Pengganti Kapal Kayu Nelayan

SV Undip Kembangkan Kapal HDPE Pengganti Kapal Kayu Nelayan

Semarang, Ditjen Diksi -- Tim peneliti dari Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (SV Undip) saat ini tengah mengembangkan konstruksi pembuatan kapal dengan bahan HDPE (high density polyethylene). Kapal berbahan HDPE didedikasikan untuk pembuatan kapal nelayan yang mulai kesulitan mendapatkan kayu yang berkualitas.

Kreasi yang diwadahi dalam penelitian berjudul "Konstruksi Kapal HDPE Alternatif Penganti Kapal Kayu pada Konstruksi Kapal Ikan Nelayan Pantura" dilatarbelakangi masalah yang dihadapi para perajin kapal nelayan sekarang ini. Selain kesulitan mendapat bahan baku kayu yang berkualitas, harga kayu juga sangat mahal sehingga berat bagi para nelayan.

"Memang benar, bahwa para perajin kapal nelayan Pantura saat ini mengalami kesulitan mendapat kayu yang berkualitas. Di sisi lain, harga kayu juga sangat mahal. Oleh karena itu, saya bersama teman-teman dosen dibantu para mahasiswa mengembangkan prototipe kapal ikan dengan konstruksi berbahan HDPE yang dinilai lebih ekonomis dan ramah lingkungan," kata Mohd. Ridwan, Koordinator Pengembangan Kapal HDPE SV Undip.

Kaprodi D-4 Teknologi Rekayasa Konstruksi Perkapalan SV Undip ini mengatakan, penelitian tersebut sangat penting bagi kemaritiman nasional. Pasalnya, kapal-kapal milik nelayan di wilayah Pantura yang menjadi penyangga kebutuhan ikan di Jawa umurnya sudah banyak yang tua. Peremajaan kapal nelayan menjadi sebuah keniscayaan, sebab kalau itu tidak dilakukan bakal membahayakan para nelayan.

Diungkapkan Ridwan, kapal-kapal kayu yang dipakai para nelayan sekarang kondisinya mencemaskan. Alhasil, sangat berbahaya kalau tetap dipaksakan berlayar karena risikonya sangat besar.

Diketahui, kapal-kapal nelayan yang rata-rata berukuran 6 meter dengan lebar 2 meter, atau kapal sejenis dengan ukuran di bawah 10 meter seperti kapal Sopek masih digunakan berlayar sejauh 6 mil, dan nyaris digunakan setiap hari.

"Selain membantu nelayan mendapatkan bahan yang lebih ekonomis, pengembangan prototipe kapal berbahan HDPE juga berkontribusi pada program lingkungan. Kapal HDPE akan meminimalisasi penebangan pohon yang mengganggu kelestarian lingkungan," tegas Ridwan.

Mengenai keunggulan pemakaian bahan HDPE untuk konstruksi kapal adalah hasil uji bahwa bahan ini memiliki ketahanan terhadap bahan kimia dan benturan yang tinggi, kebal terhadap karat, antibusuk, tidak berlumut dan berjamur, serta tidak diganggu serangga. Selain itu, bahan kimia HDPE juga tahan terhadap perubahan cuaca dan benturan.

Keunggulan lain dari HDPE untuk badan kapal nelayan adalah usia pakai atau daya tahan yang lebih lama dibanding kayu, bobotnya ringan, serta memiliki kelenturan yang tinggi yang memudahkan pembuatan kapal sesuai model sesuai dengan kondisi dan keinginan.

Saat ini, ungkap Ridwan, bahan HDPE juga telah banyak digunakan oleh industri di negara Eropa maupun Cina. Sedangkan di dalam negeri, bahan ini juga mulai banyak digunakan karena materialnya mudah diperoleh.

Yang menarik, bahan HDPE juga dapat didaur ulang dan memiliki nomor 2 pada simbol daur ulang, serta aman dan memiliki risiko lebih rendah bagi kesehatan dan lingkungan.

Ditilik dari biaya produksi, penggunaan bahan HDPE lebih hemat 50 persen dibanding dengan menggunakan bahan kayu. Pemakaian kayu untuk kapal nelayan biasanya membutuhkan biaya material sekitar Rp25 juta, jika memakai bahan HDPE sekitar Rp15 juta.

Kemudian soal bobot, kapal nelayan berbahan kayu beratnya sekitar 2-3 ton, sedangkan HDPE kurang dari 1 ton atau hanya 750 kg. Dari sisi waktu pembuatannya, pemanfaatan bahan HDPE memerlukan waktu yang relatif singkat dan untuk setiap desain bisa dilakukan pencetakan ulang, sehingga memudahkan perajin kapal nelayan.

"Yang menjadi kesulitan kami saat ini adalah alat potong yang harus memakai Router Cnc. Saat ini kita menggunakan cara manual dan sedikit membutuhkan waktu, serta harus berhati-hati karena pemotongan harus sesuai ukuran yang diinginkan," ungkap Ridwan.

Sebagai informasi, penelitian yang juga dipakai menjadi media pembelajaran berbasis proyek/project based learning (PBL) untuk mewadahi kegiatan magang mahasiswa ini menggandeng perusahaan asal Bekasi, Jawa Barat, yang juga berupaya mengembangkan kapal berbahan HDPE yang ramah lingkungan. Dengan adanya badan usaha selaku mitra, akan memudahkan pemasaran produk.

“Tujuan utama penelitian adalah meminimalisasi penggunaan bahan dasar kayu, menyediakan bahan yang lebih murah, ekonomis, dan layak laut. Manfaat lainnya adalah terpenuhinya link and match dengan dunia industri bersama kampus,” pungkas Ridwan. (Diksi/FJ/AP/NA)