SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen Kembali Produksi Film Layar Lebar

Malang, Ditjen Diksi - Setelah sukses merilis film Cita-Citaku Setinggi Balon (CCSB) pada Februari lalu, SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kembali memulai produksi film layar lebar terbaru berjudul Laundry Story: Cinta di Ujung Senja. Produksi film ini sekaligus membuktikan bahwa SMK tidak hanya bisa membuat film pendek, tetapi juga mampu membuat film layar lebar.

 

Film Laundry Story: Cinta di Ujung Senja akan menjadi film kedua yang diproduksi SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen. Pembuatan film berdurasi lebih dari satu jam ini merupakan bagian dari program teaching factory untuk kompetensi keahlian produksi film.

 

Seperti film CCSB, film terbaru ini juga masih menggandeng MIXPRO sebagai minta industri pada pembuatannya yang diperkirakan akan memakan waktu sekitar satu bulan.

 

"Kami berharap film Laundry Story: Cinta di Ujung Senja akan menjadi film layar lebar karya anak SMK yang berstandar film nasional,” kata Kepala SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, Siswanto Trimulyono dalam sesi zoom meeting “Rilis Film SMK, Laundry Story“ (31/5).

 

Siswanto berharap, sebagai film produksi anak SMK, film ini nantinya bisa masuk pada festival-festival film seperti Festival Film Indonesia (FFI). “Dengan film ini, kami berharap ini bisa menjadi pembuktian bahwa, SMK bisa!” tambahnya.

 

Adapun proses produksi film akan dimulai pada 6 Juni mendatang. Pengambilan gambar akan dilakukan di Malang dan Yogyakarta. Selain melibatkan siswa SMK sebagai pemain, film ini juga akan menghadirkan sejumlah artis yang sudah cukup punya nama. Sementara itu, produksi dalam film ini sepenuhnya akan dilakukan para siswa, seperti pengambilan gambar dan pengeditan.

 

Dalam acara yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, menyambut baik rencana produksi film Laundry Story: Cinta di Ujung Senja karya SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen ini. Menurutnya, sebagai salah satu SMK Pusat Keunggulan (PK) untuk jurusan perfilman, produksi film ini merupakan bentuk nyata pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau PBL.

 

 “Jadi, kalau SMK Pusat Keunggulannya itu jurusan perfilman, ya memang harus mampu menghasilkan film, tetapi jangan asal membuat film,” kata Wikan.

 

Sebagai produk teaching factory dan project based learning (PBL) maka film Laundry Story: Cinta di Ujung Senja harus benar-benar digarap dengan serius dan profesional, mulai dari pra produksi, produksi, sampai pada pendistribusian. Dengan demikian, film yang dihasilkan benar-benar bisa diterima masyarakat dan mendatangkan keuntungan.

 

”Targetnya harus masuk bioskop, maka proses produksi filmnya juga harus sesuai standar, bagaimana proses editing plot twist yang harus dibuat semenarik mungkin, dan sebagainya,” ujar Wikan.

 

Di film Laundry Story: Cinta di Ujung Senja ini, Wikan ikut terlibat pada penulisan naskah skenarionya. Wikan juga membuat dan menulis lirik lagu yang akan menjadi salah satu theme song dalam film tersebut.

 

Sementara itu, Direktur MIXPRO, Andhika Prabangkara mengaku senang bisa dilibatkan kembali dalam produksi film layar lebar anak SMK ini. “Alhamdulillah ini sudah produksi kedua kami dengan SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen,” tuturnya.

 

Menurut Andhika, pembuatan film ini mendapat dukungan pendanaan melalui program SMK PK Skema Pemadanan Dukungan sehingga ia memastikan film yang akan dibuat ini bisa lebih baik dan berkualias.

 

Sebagai production house, MIXPRO memiliki target membuat film layar lebar lebih dari dua film setiap tahunnya. Namun, pihaknya kerap kesulitan mendapatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang perfilman. Oleh karena itu, MIXPRO banyak melakukan kerja sama dengan SMK-SMK yang memiliki jurusan film, termasuk SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen. Kerja sama yang dilakukan seperti penyelarasan kurikulum jurusan broadcasting dan perfilman, serta magang bagi siswa termasuk produksi film layar lebar.

 

Andika optimistis, film ini akan lebih baik karena sejumlah alat produksi sudah sesuai dengan standar industri film-film layar lebar. Sementara untuk pendistribusiannya, selain sudah bekerja sama dengan Cinemapolis yang merupakan salah satu jaringan bioskop di Indonesia, film ini rencananya akan diputar melalui sistem pop-up cinema (layar tancap) untuk menjangkau penonton yang lebih banyak. ”Kami tetap memungut biaya, agar para penonton bisa menghargai produksi film anak SMK ini,” terangnya.

 

Sementara mengenai tema cerita dalam film ini, Andika masih merahasiakannya. Namun, Andika memastikan film bergenre romance remaja ini layak ditonton berbagai kalangan usia. Pasalnya, akan banyak hal positif lain yang bisa dibawa pulang oleh penonton. Film ini diperkirakan akan mulai tayang pada Oktober mendatang.

 

SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen sendiri merupakan salah satu SMK PK di Kabupaten Malang yang memiliki kompetensi keahlian broadcasting dan perfilman. Saat ini setidaknya ada 18 SMK yang sudah ditetapkan pemerintah sebagai pilot project sebagai SMK perfilman. (Diksi/Nan/AP/NA)