“Si Kumbang”, Kapal HDPE Karya PPNS yang Ramah Lingkungan
Surabaya, Ditjen Vokasi - Selain berhasil membangun kapal kayu berteknologi modern seperti Kapal Pencalang Putra Sunan Drajat, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) juga berinovasi membuat kapal dari dengan material plastik HDPE yang bisa didaur ulang.
HDPE atau high density polyethylene merupakan polimer plastik dengan sifat fleksibel yang membuatnya ideal untuk berbagai aplikasi. Pengembangan kapal HDPE di PPNS sendiri dilakukan oleh I Putu Artha Wibawa, dosen Teknik Konstruksi Kapal PPNS yang juga ketua tim proyek pembangunan Kapal Pencalang Putra Sunan Drajat.
Kapal ikan berbahan HDPE bernama Si Kumbang ini telah diresmikan bersamaan dengan peluncuran Kapal Pencalang Putra Sunan Drajat beberapa waktu lalu. Kapal ini mampu melaju cepat dan bermanuver lincah di laut.
Menurut Putu Arta, ide pembuatan kapal ikan dengan material HDPE ini berawal dari ketersediaan material kayu berkualitas untuk membuat kapal-kapal nelayan yang semakin sulit didapatkan saat ini. Sementara itu, penggunaan material seperti fiberglass reinforced plastic (FRP) yang selama ini kerap digunakan pada kapal-kapal nelayan berdampak pada persoalan lingkungan.
“Material HDPE lebih ramah lingkungan karena bisa didaur ulang,” kata Putu Arta.
Kelebihan lain dari material HDPE pada kapal ikan Si Kumbang adalah sifatnya yang ringan dan awet. Kapal dengan material HDPE memiliki waktu pakai yang lebih lama dibandingkan dengan penggunaan material fiber.
“Masa pakai untuk material HDPE pada kapal ini bisa lebih lama dibandingkan dengan kapal yang terbuat dari fiber dan juga lebih ramah lingkungan karena memang merupakan jenis plastik yang bisa didaur ulang,” kata Putu Arta.
Kapal Si Kumbang dirancang dengan berbasis rigid buoyant boat (RBB) yang biasanya banyak digunakan pada jenis-jenis kapal-kapal patroli. Jenis kapal RBB ini lebih terjamin stabilitas dan keamanan kapal. RBB juga memungkinkan kapal untuk bisa bermanuver lebih leluasa.
“Pemanfaatan konsep RBB pada kapal ikan dimaksudkan sebagai modifikasi dari konsep kapal ikan dengan cadik yang selama ini banyak dijumpai pada kapal-kapal ikan di berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya.
Penggunaan material HDPE pada kapal Si Kumbang membuat proses pembuatan kapal ini juga sedikit berbeda, utamanya pada teknik pengelasan yang digunakan. Proses pengelasan pada material HDPE ini menggunakan metode hot gas welding dan sambungan yang digunakan yaitu single V groove. Proses pengelasan ini menggunakan variabel suhu yang sudah ditentukan.
Masih menurut Putu Arta, pembuatan kapal berbasis HDPE ini sendiri merupakan bagian dari program Riset Keilmuan Terapan oleh Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) tahun 2022. Salah satu tujuannya adalah untuk memperkenalkan kapal HDPE kepada masyarakat, khususnya nelayan dan galangan kapal kecil yang memang masih belum banyak digunakan di Indonesia.
“Kalau di luar negeri sebenarnya sudah cukup banyak. Akan tetapi, di Indonesia masih sedikit karena memang biaya produksinya yang bisa mencapai dua kali lipat dari biaya pembuatan kapal fiberglass,” kata Putu Arta.
Kapal HDPE Si Kumbang ini sendiri memakan waktu pembuatan selama 2 bulan. Kapal ini memiliki panjang total 7 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 0,45 meter. Proses pembangunan dilakukan di Bengkel Nonmetal PPNS dengan melibatkan tim peneliti dosen dan mahasiswa serta 2 mitra industri galangan kapal yaitu PT Samudra Sinar Abadi dan PT Fiberboat Indonesia. (Nan/Cecep Somantri)