Selain Menggunakan Bahasa Sederhana, Berikut Lima Strategi Berkomunikasi dengan Anak Autis
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, saat berinteraksi dengan penyandang autisme, komunikasi bisa menjadi tantangan tersendiri. Beberapa hal harus diperhatikan agar komunikasi bisa berjalan dengan baik.
Autism spectrum disorder (ASD) merupakan gangguan fungsi otak dan saraf serius dan kompleks yang memengaruhi perilaku dan proses berpikir manusia. Gangguan ini memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, bersosialisasi, berperilaku, dan belajar. Autisme dapat dicirikan dengan gaya komunikasi yang khas. Namun, jika keterampilan komunikasi mereka dilatih bukan tidak mungkin akan mampu menciptakan percakapan yang bermakna dengan penyandang autisme.
Berikut adalah sejumlah strategi komunikasi efektif yang harus dipertimbangkan saat berbicara dengan penyandang ASD sebagaimana dirangkum dari sejumlah sumber.
Penggunaan bahasa yang sederhana, kesabaran, penerapan isyarat dan gerakan nonverbal, dan perumusan pertanyaan terbuka adalah beberapa taktik yang termasuk dalam kategori ini.
Menggunakan bahasa sederhana dan menghindari jargon
Saat berbicara dengan penyandang autisme, penting untuk menggunakan bahasa yang tidak rumit dan lugas, serta menghindari jargon dan frasa lain yang dapat membuat pemahaman mereka tidak jelas. Ini dikarenakan penyandang ASD mungkin mengalami kesulitan memahami ide abstrak atau bahasa metaforis, penting untuk menyampaikan informasi dengan cara yang langsung dan konkret.
Sebaiknya, Anda juga mengulang informasi atau instruksi penting beberapa kali, dan memberi mereka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan klarifikasi jika mereka membutuhkannya.
Berikan waktu untuk memproses informasi
Berkomunikasi dengan mereka yang berada dalam spektrum autisme membutuhkan kesabaran dan empati. Ada kemungkinan mereka membutuhkan waktu ekstra untuk membaca dan mencerna materi sebelum menjawab pertanyaan. Ketegangan dan kecemasan yang timbul karena tergesa-gesa atau disela dapat secara signifikan menghambat kemampuan mereka untuk berkomunikasi.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memberi mereka waktu yang cukup untuk menyerap dan bereaksi terhadap informasi baru. Cara ini menunjukan bahwa kita peduli dengan apa yang mereka katakan dan sangat membantu mereka untuk menumbuhkan rasa percaya dan membuka jalur komunikasi.
Menggunakan isyarat dan gestur nonverbal
Anak dengan autisme mungkin memiliki masalah dalam memproses informasi dan merespons komunikasi verbal dengan tepat. Oleh karena itu, isyarat nonverbal dan bahasa tubuh mungkin berguna dalam beberapa situasi. Terkadang isyarat nonverbal seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh lebih akurat menyampaikan apa yang mereka pikirkan. Sebagai sarana untuk meningkatkan komunikasi, sketsa dan diagram merupakan alat yang dapat berguna. Dengan menggunakan metode ini, kebingungan tentang pokok bahasan dapat berkurang.
Mengajukan pertanyaan terbuka
Dari pada pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak, ajukan pertanyaan terbuka kepada anak-anak autis. Cara ini merupakan praktik yang baik ketika berkomunikasi dengan penyandang autis untuk mendorong mereka menjelaskan lebih lanjut daripada sekadar mengajukan pertanyaan ya atau tidak.
Dengan mengajukan pertanyaan terbuka, seseorang dapat memperoleh tingkat pengetahuan yang lebih tinggi tentang sudut pandang dan perspektif yang dimiliki oleh orang lain. Selain itu, sebaiknya batasi jumlah pertanyaan yang kita ajukan pada satu waktu agar tidak membuat mereka kewalahan dan mempersulit interaksi dengan mereka.
Waspadai kepekaan sensorik
Ingatlah bahwa banyak penyandang autisme juga menderita kepekaan sensorik, seperti tidak tahan terhadap suara keras atau cahaya terang. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan kondisi tersebut dan sesuaikan situasi sebagaimana yang mereka perlukan. (Berbagai Sumber/Nan/Cecep)
Sumber foto : Freepik