Sejarah Bahasa Isyarat: Dari Zaman Kuno hingga Modern
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Bahasa isyarat telah menjadi salah satu alat komunikasi yang digunakan kaum tunarungu. Bahkan, saat ini diperkirakan ada ratusan bahasa isyarat berbeda yang digunakan di seluruh dunia yang berkembang dengan kontek sejarah dan budayanya masing-masing. Namun, seperti apa sebenarnya sejarah bahasa isyarat ini?
Dikutip dari sejumlah sumber, pada dasarnya bahasa isyarat bukanlah penemuan modern. Bahasa isyarat telah ada selama berabad-abad lalu dan berkembang seiring dengan bahasa lisan yang memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari pada kaum tunarungu.
Konon, penggunaan isyarat untuk komunikasi sudah ada sejak peradaban kuno. Catatan sejarah menunjukkan bahwa manusia purba mengandalkan isyarat dan sinyal visual jauh sebelum bahasa lisan berkembang. Bahkan, individu tunarungu di Yunani kuno diyakini sudah menggunakan bahasa bahasa isyarat meskipun belum sempurna.
Beberapa penduduk atau suku asli di berbagai negara, seperti Suku Indian Dataran di Amerika Utara juga terbiasa menggunakan bahasa isyarat sebagai cara untuk berkomunikasi antarsuku dengan bahasa lisan yang berbeda.
Meskipun sistem awal tersebut bukan merupakan bahasa isyarat yang diformalkan, hal ini telah meletakkan dasar bagi pengembangan metode komunikasi visual yang lebih terstruktur.
Sementara itu, bahasa isyarat yang bersifat formal pertama kali terdokumentasi muncul di Eropa selama periode Renaisans dan Pencerahan. Bahasa-bahasa ini sering kali dikembangkan dalam komunitas-komunitas Tunarungu yang kemudian dipengaruhi oleh para pendidik dan advokat. Misalnya adalah penggunaan Old French Sign Language (OFSL) pada Komunitas Tunarungu di Paris yang mulai digunakan pada awal abad ke-18. Bahasa ini kemudian menjadi dasar bagi French Sign Language (LSF) yang lebih modern.
Seiring perkembangan waktu, pendirian sekolah untuk tunarungu memainkan peran penting dalam pengembangan dan penyebaran bahasa isyarat. Pada tahun 1760, sekolah umum pertama untuk tuna rungu didirikan di Paris oleh Charles-Michel de l’Épée. Ia menyadari pentingnya bahasa isyarat dan memasukkannya ke dalam metode pengajarannya.
Di Amerika, American Sign Language (ASL) mulai muncul awal abad ke-19 saat Thomas Gallaudet, seorang pendidik Amerika, melakukan perjalanan ke Eropa untuk mempelajari pendidikan tunarungu. Ia membawa pulang Laurent Clerc, seorang guru tunarungu dari Prancis untuk mendirikan sekolah pertama untuk tuna rungu di Hartford, Connecticut. ASL berkembang dari perpaduan LSF dan sistem isyarat lokal yang digunakan oleh komunitas tunarungu di Amerika Serikat..
Saat ini, hampir semua negara memiliki sistem bahasa isyaratnya masing-masing yang berkembang dalam kontek sejarah dan budaya yang unik. Misalnya, British Sign Language (BSL) yang digunakan di Inggris yang berbeda dari ASL dan memiliki tata bahasa dan kosakatanya sendiri.
Selain itu, ada juga Japanese Sign Language (JSL) yang digunakan di Jepang yang mencakup fitur-fitur unik, seperti penggunaan gerakan mulut untuk menyampaikan makna. Sementara di Indonesia kita mengenal Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang merupakan sistem bahasa isyarat yang dipakai dalam pembelajaran di sekolah luar biasa, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. (Berbagai Sumber/Nan/Cecep)
Sumber foto : Freepik