Program Inovasi Telah Berjalan Sepanjang 2024 dan akan Berlanjut sampai 2027
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menangah (Kemendikdasmen) terus mendorong pendidikan yang inklusif. Untuk mewujudkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Ditjen Pendidikan Vokasi PKPLK), Kemendikdasmen menerima kunjungan dari Kedutaan Besar Australia dalam rangka audiensi High-level Reflection Program Inovasi, pada Jumat (14-02-2024) di Jakarta.
Pertemuan ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Australia di bidang pendidikan, melalui program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi). Program Inovasi adalah program kemitraan bilateral kedua negara untuk meningkatkan pembelajaran dan keterampilan dasar bagi seluruh siswa sekolah dasar di Indonesia, termasuk siswa penyandang disabilitas.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK, Tatang Muttaqin, menyambut baik langkah kerja sama tersebut karena sejalan dengan visi Kemendikdasmen dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.
“Dengan program inovasi ini, kami berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan memberdayakan setiap siswa, serta peningkatan kompetensi guru dalam mengajar,” ungkap Tatang dalam sambutannya.
Tatang melanjutkan bahwa sejauh ini lingkungan belajar yang adaptif dan ramah bagi anak-anak disabilitas dapat mendorong motivasi belajar. Selain itu, guru-guru di sekolah pun menjadi aktor utama dalam meningkatkan proses pembelajaran yang komprehensif.
Tatang menambahkan, “Jangka panjangnya adalah anak-anak mampu percaya diri untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah dan tinggi serta mengasah keterampilan untuk peningkatan taraf hidup.”
Merangkul Semua Anak dengan Program Inovasi
Program Inovasi telah berjalan sejak 2024 dan akan berlanjut sampai 2027. Menurut penjelasan Minister Counsellor for Governance and Human Development di Kedutaan Besar Australia, Hannah Derwent, program ini telah berjalan di 6 provinsi, dan mengeksplorasi daerah 3T untuk menjadi prioritas utama di fase berikutnya.
“Kami sangat mengapresiasi peningkatan kerja sama untuk program ini. Ada beberapa modul pembelajaran inklusi yang kami tawarkan sehingga program dapat berjalan dengan lancar,” terang Hannah dalam sambutannya.
Sesi diskusi ini pun mencakup pengembangan kurikulum inklusif, pelatihan guru, serta pemanfaatan teknologi untuk mendukung pembelajaran yang lebih adaptif dan ramah bagi semua siswa. Dalam sesi tersebut juga, terdapat penjelasan terkait pengelolaan program di level regional seperti di kabupaten/kota.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Saryadi, menekankan pendidikan inklusif dapat diakses oleh semua anak, terlepas dari kondisi mereka. Saryadi juga menyebutkan praktik baik sekolah luar biasa (SLB) dan unit layanan disabilitas (ULD) telah meningkatkan kualitas pembelajaran untuk siswa-siswa disabilitas di Indonesia.
“Dengan adanya Program Inovasi ini bisa menjadi langkah bersama untuk mendukung pendidikan inklusif di sekolah-sekolah umum sehingga berdampak positif pada mental siswa,” ungkap Saryadi menambahkan.
Kunjungan Kedutaan Besar Australia ini menandai langkah nyata dalam upaya mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif dan setara di Indonesia. Dengan kolaborasi yang erat antara kedua negara, diharapkan semakin banyak satuan pendidikan dasar yang mampu mengakomodasi kebutuhan semua siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif. (Zia/Cecep)