SAGA EV, Sepeda Motor Listrik Konversi Karya Siswa Kompetensi Keahlian Otomotif SMKN 1 Cempaga

SAGA EV, Sepeda Motor Listrik Konversi Karya Siswa Kompetensi Keahlian Otomotif SMKN 1 Cempaga

Kotawaringin Timur, Ditjen Vokasi – Dalam upaya menanggulangi perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, penggunaan energi ramah lingkungan semakin menjadi fokus utama di Indonesia. 


Berbagai inisiatif dan proyek inovatif bermunculan, mulai dari pemanfaatan energi surya hingga konversi kendaraan berbahan bakar bensin menjadi listrik. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan energi bagi generasi mendatang. 


Pemerintah, industri, dan masyarakat bersinergi dalam mewujudkan transformasi energi ini. SMKN 1 Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah melalui Kompetensi Keahlian Otomotif pun menunjukkan komitmen mereka terhadap lingkungan dan masa depan energi bersih. Salah satu bentuk komitmen yang ditunjukkan ialah dengan mengembangkan sepeda motor listrik konversi yang diberi nama “SAGA EV”. 


SAGA EV merupakan hasil konversi dari sepeda motor berbahan bakar bensin menjadi sepeda motor listrik. Proses konversi ini melibatkan berbagai tahap, mulai dari pemilihan motor listrik yang sesuai, perancangan sistem kelistrikan, hingga pemasangan komponen-komponen pendukung. 


Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan Otomotif, SMKN 1 Cempaga, Febry Anggoro, menuturkan bahwa dalam projek pengembangan ini para murid merubah sepeda motor bebek 125 cc menjadi motor listrik dengan tenaga 2 kw (2.000 Watt) dengan tetap memanfaatkan komponen-komponen utama pada sepeda motor tersebut.  


Dengan menggunakan baterai 72 volt-20 ah, sepeda motor mampu melesat dengan kecepatan maksimum 80 km/jam dengan jarak tempuh 70 km. Kelebihan motor listrik SMKN 1 Cempaga antara lain tidak akan mati meskipun dikendarai dalam kondisi hujan dan melewati genangan air. Selain itu, terdapat pilihan mode berkendara dan transmisi mundur sehingga motor listrik ini dapat diatur melalui aplikasi mode berkendara sesuai kebutuhan dan keinginan pemilik kendaraan.


“Demi keamanan dan kenyamanan dalam berkendara seluruh komponen pendukung keselamatan lain pada sepeda motor tetap berfungsi dengan normal. Kecepatan kendaraan pun memang diatur dan dibatasi hanya maksimal  80 km/jam meskipun sebenarnya masih bisa diatur untuk dapat mencapai kecepatan yang lebih tinggi sampai dengan 100 km/jam,” ucap Anggoro. 


Kepala SMKN 1 Cempaga, Suwandi, menyampaikan bahwa kegiatan pengembangan sepeda motor listrik karya murid SMKN 1 Cempaga ini akan terus disempurnakan dan dikembangkan. 


“Para murid dengan pendampingan guru pembimbing terus menyempurnakan projek dengan target keamanan dan kenyamanan berkendara yang diutamakan,” ungkap Suwandi. (Aya/Cecep)